Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛𝐒𝐨𝐫𝐫𝐲, 𝐧𝐨𝐨𝐧𝐚❜

Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Dahyun saat ini?

Menerima lamaran Jimin demi reputasinya walaupun tak menjamin kebahagiaan karena hatinya sudah dimiliki oleh orang lain? Atau justru memilih untuk mengabaikan segalanya dan berlari mengejar Jungkook yang jelas-jelas tengah merasa kecewa padanya?

Suara letupan kembang api tiba-tiba saja terdengar dari luar, keras sekali hingga menyita perhatian semua orang yang mulai berhamburan ke luar untuk menyaksikan pesta kembang api yang sepertinya dimulai lebih awal. Jimin bahkan sampai bertanya-tanya, namun Dahyun segera memanfaatkan momen ini untuk pergi dan mengejar Jungkook.

Dahyun menoleh saat Jimin memegang lengannya. "Mau kemana?"

"Bukan urusanmu." Dahyun menyentak tangannya supaya dilepaskan namun cekalan tangan Jimin di lengannya malah semakin mengerat hingga lengannya memerah.

"Jangan mengejarnya. Aku sudah tahu semuanya tentang Jungkook, sebaiknya hubungan kalian di akhiri saja sampai sini sebelum semuanya terlambat. Demi kebaikanmu."

"Demi kebaikanku? Bukannya kebaikanmu? Kau pasti telah merencanakan semua ini, kan? Termasuk melamarku dihadapan banyak orang supaya aku tidak bisa menolak? Kau benar-benar tidak berubah ... Selalu saja melakukan semua keinginanmu tanpa memikirkan perasaan orang lain. Persetan dengan kontrak! Aku sudah tidak peduli lagi!"

"Baiklah." Jimin melepaskan cekalan di lengannya. Tenang sekali, walaupun wajahnya sudah menyiratkan ketajaman lewat sorot matanya. "Pergilah, aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, sekarang semua keputusan ada di tanganmu."

Dahyun sudah tidak mau mendengarnya lagi, wanita itu segera turun dari panggung. Meninggalkan ruangan yang telah kosong karena orang-orang sudah berada di luar untuk menyaksikan pesta kembang api yang menjadi puncak acara ulang tahun sekaligus malam tahun baru ini.

Maniknya meliar, mencari sosok Jungkook yang sepertinya belum pergi terlalu jauh. Ia yakin, Jungkook masih ada di sini, belum pergi kemana-mana, ia hanya perlu menemukannya.

Dahyun gelisah, giginya tak henti menggigiti bibir bawahnya sementara Jungkook tak kunjung mengangkat panggilannya. "Ayolah, angkat panggilanku, kumohon."

Dahyun berjalan ke arah barat daya, berlawanan dengan tempat dimana orang-orang tengah berkumpul dan berpesta. Jungkook pasti sedang berada di tempat yang tenang saat ini, mengingat lelaki itu selalu menjauhi keramaian disaat seperti ini. Dan benar saja, ia melihat punggung yang familiar itu tengah berdiri di dekat pohon yang menghadap ke arah kolam.

Sesekali tangannya akan melemparkan batu hingga memantul beberapa kali di atas air sebelum benar-benar tenggelam. Tanpa ragu, kedua tangan Dahyun langsung melingkar di perut lelaki itu, memeluknya dari belakang seraya menyandarkan kepalanya di punggung Jungkook, membuat tubuh bidang itu seketika tersentak, namun kembali rileks saat tahu siapa yang memeluknya.

"Hah ... Akhirnya aku menemukanmu."

Jungkook terdiam, hendak melepaskan pelukannya namun Dahyun malah semakin mengeratkan peluknya seraya menggeleng. "Diam sebentar, seperti ini. Aku masih ingin bicara." Dahyun menarik napasnya, sesuatu dalam dirinya terasa semakin menekannya. Sesak dan merasa bersalah, bercampur menjadi satu. Seolah rasa yang sebelumnya tidak bisa ia perlihatkan pada orang lain tadi, jadi muncul begitu saja saat bersama dengan Jungkook.

"Mian, aku tidak mendengarkan perkataanmu tadi. Aku ... Aku terlalu sibuk memikirkan acaranya sampai mengabaikanmu. Dan soal lamaran tadi, aku sama sekali tidak menduganya, aku begitu malu sampai tidak bisa mengatakan apa-apa dan orang-orang langsung keluar saat kembang api di nyalakan, entah siapa yang—"

"Aku yang menyalakannya."

Tautan tangan Dahyun terlepas, Jungkook berbalik. Sorot matanya masih sama seperti tadi, dingin. Seperti bukan Jungkook, entah kenapa Dahyun merasa asing. Mungkin karena baru pertama kali melihat sisi seperti ini pada Jungkook, namun tatapannya seolah mengatakan kalau dirinya sudah tidak berarti apapun.

"K-kenapa kau melakukannya? Apa kau mencoba ... Menyelamatkanku?"

Jungkook terdiam. Tatapannya malah mengarah pada tangan kanan Dahyun, jari manisnya masih belum terisi cincin apapun. "Ani, aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan."

Dahyun tersenyum, hendak memeluk Jungkook lagi tapi lelaki itu malah melangkah mundur. Menjauh.

"W-wae? Kau masih marah padaku?" tanya Dahyun bingung.

Jungkook menggeleng. Menelan salivanya payah, lelaki itu sampai membasahi bibirnya sebelum berkata, "ani, aku tidak marah hanya ... Kesal dan cemburu? Entahlah, aku bingung tapi noona, sepertinya aku harus segera menghentikan ini."

"Menghentikan apa? Hubunganku dengan Jimin? Aku akan segera memutuskan kontraknya! Secepatnya! Aku sudah tidak peduli lagi dengan semua milikku, dia bisa mengambil semuanya asal jangan kau. Aku hanya membutuhkanmu! Hanya kau." Dahyun mengatakannya dengan cepat seiring dengan rasa sesak yang kembali muncul ketika melihat respon yang tidak biasanya dari Jungkook. Seharusnya lelaki itu merasa senang, tapi air mata malah keluar dari maniknya, membuatnya segera menghapusnya lagi.

"Ahh, ini salahku. Seharusnya tidak seperti ini." Jungkook malah linglung sendiri. Hidungnya bahkan sudah memerah, Dahyun juga kini menyadari kalau kelopak mata Jungkook sedikit membengkak, apa sebelumnya, lelaki itu juga menangis? Tapi kenapa?

"Kau kenapa? Apa ada hal yang tidak aku tahu, hm?"

Jungkook menggeleng. "Ani, noona. Seharusnya kita tidak seperti ini. Seharusnya tidak ada hubungan apapun diantara aku dan noona karena—arrghh sial, bagaimana ini?! Aku sudah benar-benar gila karena sungguhan mencintaimu!"

"Jungkook! Kau ini kenapa?! Jangan membuatku takut!"

"Noona, ayo kita pergi dari sini! Kita ... Kita pergi ke mana pun, ke luar negri lebih bagus. Ayo, kita tidak punya waktu lagi." Jungkook langsung menarik tangan Dahyun, membawanya pergi dengan setengah menyeret.

"Kita mau pergi kemana? Jungkook, kau tahu, sikapmu hari ini sangat aneh! Aku benar-benar—aw! Jungkook sakit!"

Jungkook langsung melepaskan cekalannya. Melirik Dahyun yang meringis karena cengkramannya tadi terlalu kuat bahkan kukunya sampai meninggalkan bekas di pergelengan tangan mungil wanita itu.

"Mi-mian ... Pasti sakit sekali ya, noona, maafkan aku." Jungkook segera mengusap-ngusap pergelangan tangannya. Cemas, panik dan kalut, semuanya tergambar jelas. Sepertinya memang ada yang disembunyikan olehnya, hingga bersikap aneh seperti ini.

"Noona, aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya. Sekarang sebaiknya kita pergi dulu dari sini sebelum—"

Bugh!

Pukulan kuat itu tiba-tiba saja melayang ke pipi Jungkook, hingga membuat kening lelaki itupun membentur dinding di sebelahnya. Manik Dahyun melebar, kejadian itu berlangsung secepat kilat hingga ia hanya mampu mematung di tempat, sementara darah sudah keluar di sudut bibir Jungkook.

"Dasar anak sialan! Bukannya mencari pembunuh kakakmu, kau malah berkencan?" ujar seorang lelaki paruh baya berbadan tinggi dan besar. Wajahnya mirip sekali dengan Jungkook, sepertinya lelaki ini adalah ayahnya. Tapi, apa yang barusan lelaki itu katakan? Pembunuh? Namun perkataan selanjutnya membuat Dahyun semakin kaget, seolah ada belati yang menghunus langsung ke jantungnya.

"Dan kau, apa tidak cukup satu nyawa putraku melayang karena ulahmu sehingga kau mengincar putraku yang lain? Dasar jalang sialan."


[]

Hehe, gimana? Silahkan tinggalkan reaksi kalian sepuasnya disini🤣

Anyway, happy new year, semoga di tahun 2022, akan ada lebih banyak kebahagiaan dan berita baik yang kita dapatkan ya, stay safe dimanapun kalian berada, ily💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro