❛𝐒𝐧𝐚𝐤𝐞 & 𝐋𝐚𝐝𝐝𝐞𝐫𝐬 𝐩𝐭. 𝟐❜
Sebuah getaran ponsel seolah menyadarkannya. Dahyun segera mendorong tubuh Jungkook yang telah mengungkungnya. Lipstiknya telah memudar belum lagi tatanan rambutnya yang rusak, ikat rambutnya telah Jungkook lepaskan sejak tadi.
Manik Dahyun langsung melebar saat melihat nama Jimin tertera di layar ponselnya. Astaga, ia lupa kalau pesta masih terus berlangsung. Segera berdiri dan bercermin untuk merapihkan dirinya, Jungkook yang masih belum mengerti hanya menatapnya bingung.
"Noona mau pergi?" tanyanya.
"Ya, kau tunggu disini dulu selama belasan menit, baru keluar. Pastikan tidak ada yang melihatmu."
"Memangnya ada apa? Bukankah acaranya telah selesai? Sekarang kan tinggal pesta biasa, hanya tinggal dinikmati saja."
"Pacarku datang." Dahyun mengulas lipstik lagi ke bibirnya, menyisir rambutnya dan membiarkannya terurai begitu saja. "Mereka juga pasti curiga kalau aku terlalu lama disini. Seharusnya aku pergi ke toilet."
"Eoh? Kalau begitu aku keluar duluan saja ya." Jungkook berjalan mendekat, menyeletingkan bagian belakang dress Dahyun yang masih terbuka. "Noona, jangan lupa tutupi belakang leher dan bahumu ini. Mian, aku tidak sengaja meninggalkan bekas tadi."
Setelah mengatakan itu, Jungkook mengecup bahunya lagi sembari tersenyum menatapnya lewat cermin lalu pergi ke luar meninggalkan Dahyun seorang diri. Menghela napas, Dahyun kembali merapikan rambutnya, sebagian ia uraikan juga ke depan untuk menutupi bahunya setelah menutupi beberapa tanda dengan make up supaya sama dengan warna kulitnya. Ini gila, apa yang baru saja dia lakukan di sini?
"Im Dahyun, kau sudah gila."
Jungkook keluar dari ruangan itu, mati-matian menahan diri untuk tidak tersenyum karena kejadian tadi. Bersikap seolah tidak pernah ada yang terjadi walaupun ekspresi wajahnya tidak bisa bohong. Jelas, auranya terlihat sangat kontras dengan Jungkook yang tadi, sebelum bertemu secara diam-diam dengan Dahyun.
Rekan modelnya masih ada ditempat yang sama, segera ia kembali bergabung dengan mereka berempat. Usia mereka tidak jauh berbeda, dan Jungkook yang paling muda diantara mereka.
Jaehyun yang duduk disampingnya menyenggol bahunya pelan. "Darimana saja kau? Lama sekali baru kembali."
"Habis bersenang-senang, huh?" timpal Mingyu. Jungkook menggeleng sembari tertawa, tapi kupingnya memerah, semakin mengundang mereka untuk menggodanya.
Berusaha mengalihkan perhatian, Jungkook menegak segelas wine sampai habis. Maniknya meliar, menyadari ada sekumpulan wanita yang sejak tadi memperhatikannya. Well, terus terang saja, tidak ada yang jelek di sini, semuanya cantik tapi tetap tidak mampu menggeser tahta Dahyun. Entahlah, dia berbeda. Bisa dikatakan, Dahyun tidak perlu memakai baju yang terbuka untuk menggodanya, hanya memakai pakaian biasa saja sudah mampu membuatnya menegang. Astaga, kendalikan pikiranmu, Yoon Jungkook. Jangan sampai si Kookie berdiri sekarang.
"Oh hyung!" Jungkook refleks menyapa Jimin yang berada tak jauh darinya. Jungkook hendak mendekatinya kalau saja Jaehyun tidak menahannya.
"Kau sudah gila? Kau tidak tahu dia siapa? Kenapa menyapanya seperti itu?" omelnya. Jelas, hanya orang gila yang tak tahu tatakrama yang bisa menyapa orang seperti Jimin kelewat santai seperti itu.
"Eoh, wae? Memangnya dia siapa?" tanya Jungkook kebingungan.
"Dia itu pimpinan. Perusahannya sudah ada dimana-mana, termasuk brand fashion ini, semuanya miliknya tapi dikelola oleh pacarnya."
"Pacar?"
"Iya, Im Dahyun. Mereka salah satu pasangan paling disegani di kota ini."
"Huh?" Jungkook meragukan indera pendengarannya namun ketika ia melihat Jimin memeluk seorang wanita yang tidak lain adalah Dahyun, semuanya terjawab sudah. Rupanya, pacarnya Dahyun adalah Jimin, orang yang pernah bermain tenis dengannya. Bisa-bisanya ia baru tahu sekarang.
" ... Tadinya aku ingin sekalian berkunjung ke apartemen pacarku, tapi dia tidak sedang ada di sini."
"Eoh? Pacar hyung tinggal di sini?"
"Emm, awalnya jarang ditempati tapi semenjak ia menabrak seekor kucing dan ingin merawatnya, ia jadi lebih sering ke sini ketimbang ke mansionku."
"Menabrak kucing?"
"Iya. Lucu bukan? Padahal tidak biasanya dia seperti itu. Dia bisa saja langsung membawa kucing itu ke tempat perlindungan kucing, tapi dia tidak melakukanya, katanya kucingnya bagus. Tapi sampai sekarang aku belum pernah melihatnya."
Jungkook kembali mengingat percakapannya dengan Jimin kala itu lalu otaknya otomatis memutar percakapannya dengan Dahyun pula yang terdengar mirip.
"Aku suka sifatmu yang blak-blakan dan jujur itu."
"Orangnya tidak suka?"
"Belum, aku masih mencoba memandangmu sebagai lelaki."
"Mwo? Memangnya selama ini noona memandangku sebagai apa?"
"Kucing."
"Mwoya, jadi kucing yang selama ini mereka bicarakan adalah aku?" Jungkook membeku sesaat dengan tampang bodoh.
"Kucing apa?" tanya Jaehyun. Jungkook menggeleng. Ia kembali melihat ke arah Jimin tadi tapi lelaki itu tidak ada, tahu-tahu ada yang menepuk bahunya dan ketika ia berbalik, seseorang langsung memeluknya akrab.
"Hey, Jung. Akhirnya kita bertemu lagi ya," ujar Jimin hangat. Jungkook tersenyum kikuk, ia melirik ke arah Dahyun yang sepertinya juga heran melihat kedekatan mereka.
"Eoh hyung—ah, maksudku sajangnim, maaf sebelumnya kalau aku lancang, aku benar-benar tidak tahu kalau—"
"Santai saja, jangan kaku seperti itu. Aku juga baru tahu kalau kau rupanya adalah model baru di sini. Kupikir kau atlet." Jimin terkekeh hingga matanya menyipit. Hangat sekali. Dalam hati Jungkook meringis, saingannya ternyata adalah orang yang selama ini ia segani. Bisa-bisanya dulu ia berharap Dahyun tidak pernah bertemu dengan Jimin, padahal mereka aslinya adalah sepasang kekasih. Ia merasa jadi orang paling bodoh sekarang.
"Ah iya, ini pacarku, kau tahu, kan? Kudengar kau juga bisa bergabung disini berkat Dahyun. Iya, kan, Sayang?" Jimin terang-terangan menunjukan kemesraannya sementara Dahyun tersenyum tipis.
"Yah ... Begitulah."
"Kapan kalian bertemu?" tanya Jimin pada Dahyun.
"Ah itu ... "
"Kami tidak sengaja berpapasan di jalan, kemudian Dahyun noona menawariku untuk menjadi model pengganti."
Jimin mengernyit. "Noona?" tanyanya heran.
"Ah ya itu—"
"Memangnya ada apa dengan panggilan itu? Semua model disini memang memanggilku seperti itu," ujar Dahyun membela Jungkook. Ia kemudian mengalungkan tangannya pada Jimin. "Ayo kita pergi dari sini, biarkan mereka menikmati pestanya, eum?" bujuknya.
Jimin melirik Jungkook dan Dahyun sekilas lantas menggenggam tangan wanita itu erat. "Baiklah." Lelaki itu beralih pada Jungkook. "Nikmati pestanya, akan ada pertunjukan spesial ditengah malam nanti," ujarnya pada Jungkook sebelum akhirnya meninggalkan lelaki itu. Berjalan menuju lantai dansa untuk berdansa dengan Dahyun.
Jungkook kembali ke tempat duduknya. Maniknya tidak lepas dari sepasang kekasih itu. Hatinya memanas melihat Dahyun yang disentuh oleh lelaki lain didepan matanya. Apalagi ia dapat melihat senyum yang cantik itu beberapa kali menghiasi wajahnya.
Entah sudah berapa gelas wine dan bir yang ia habis kan. Namun kesadarannya sama sekali tidak hilang. Rasa sakitnya malah semakin terasa. Ia merasa dibohongi, ia benci mengakuinya kalau semua ini terjadi karena ulahnya sendiri. Bukan salah Dahyun atau Jimin, ini semua murni kesalahannya yang masih nekat untuk memperjuangkan cintanya.
Berdecih geli, rasanya Jungkook ingin menunjukan pada dunia kalau wanita yang tengah Jimin banggakan sebagai miliknya itu sudah pernah ia rasakan.
"Ya, aku masih punya kesempatan untuk memilikinya. Hyung, mian. Sepertinya aku sudah tidak bisa menganggapmu teman lagi."
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro