❛𝐏𝐢𝐠𝐠𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤❜
Mobil berwarna merah itu telah melesat disepanjang jalan sekitar pantai sejak tadi. Jungkook melirik ke arah kursi penumpang di belakang di mana Dahyun masih menenggelamkan wajahnya dilipatan lututnya, meringkuk kecil dengan jaket besarnya yang menutupi tubuhnya.
Rasanya Jungkook ingin memeluk tubuh mungil itu, tapi ia tidak bisa melakukannya. Dahyun menyuruhnya untuk terus menyetir sampai ke ujung pantai yang letaknya cukup jauh dari resort yang menjadi tempat pesta musim panas itu berlangsung.
Jungkook frustasi juga sebenarnya. Dia bingung, tidak tahu apa yang sudah menimpa Dahyun sampai bisa seperti ini. Satu hal yang pasti, Jimin pasti jadi salah satu penyebabnya. Kalau saja keadaannya memungkinkan, ia ingin sekali menghajarnya namun jika itu terjadi, ia mungkin akan berurusan dengan pihak berwajib karena sudah membuat kegaduhan. Apalagi mengingat reputasi Jimin disana, bisa-bisa ia diserang balik.
Maka prioritasnya saat ini hanyalah Dahyun. Hatinya perih saat melihat betapa kacaunya Dahyun saat ini tapi ia tidak bisa berbuat banyak selain membantunya untuk pergi dari tempat pesta yang mendadak jadi mimpi buruk di siang bolong.
"Noona, tunggu di sini ya, aku akan segera kembali."
Jungkook melepaskan seatbelt-nya lantas keluar dari mobil itu. Berlari menuju salah satu toko pakaian terdekat untuk mereka berdua. Hari sudah semakin sore, mereka—terutama Dahyun—butuh pakaian ganti yang hangat untuk bisa melewati malam ini. Mereka bisa saja kembali ke apartemen saat ini, tapi Jungkook tidak mau, liburan musim panasnya akan sia-sia jika mereka kembali secepat ini, setidaknya ia harus melakukan sesuatu yang bisa membuat Dahyun melupakan kejadian tadi.
Setelah Jungkook pergi, Dahyun mengangkat kepalanya. Matanya bengkak sekali, tubuhnya menggigil sementara pandangannya kosong. Pikirannya terlalu penuh hingga Dahyun sudah tak mampu lagi untuk menampungnya. Semuanya berantakan, kacau, entah apa yang akan terjadi padanya kalau saja Jungkook tidak datang disaat yang tepat.
"Aiisshh memalukan." Dahyun kembali menenggelamkan wajahnya saat kejadian tadi terlintas lagi dalam benaknya. Saat ini ia pasti jadi bahan pembicaraan orang, salah satu hal yang paling ia benci di dunia ini. Membayangkan omongan mereka yang diluar batas saja sudah membuatnya sangat tersiksa.
Dahyun mendongak saat seseorang mengetuk pintu mobil, lalu pintu itu dibuka, menampilkan Jungkook dengan napasnya yang memburu. "Noona, ayo, mereka sudah menyiapkan semuanya."
"Mwo?"
"Ayo, noona harus ganti baju, kamar mandinya juga ada jadi noona bisa sekalian membersihkan diri di sana."
Dahyun masih memproses ucapan Jungkook itu tapi lelaki itu malah langsung memajukan tubuhnya, menatapnya serius. "Noona, gwenchana? Mau ku gendong lagi?"
Dahyun kontan menggeleng. "Tidak usah, di mana tempatnya?"
Bukannya menjawab, Jungkook malah melirik ke bawah, tepat pada kaki Dahyun yang tidak menggunakan alas apapun.
"Aku gendong saja ya? Tempatnya agak jauh, kaki noona nanti sakit." Jungkook langsung membalikan tubuhnya, mengubah posisinya jadi berjongkok. "Naiklah noona, aku akan menggendongmu."
"Tidak usah."
Jungkook berdecak. "Noona, kau tidak pakai sandal."
"Tak apa, pasir kan lembut."
"Jalanannya bukan hanya pasir, tapi ada bebatuan dan aspal juga, masih mau menyeker?"
Dahyun mati kutu. Ingin mendumal tapi Jungkook ada benarnya juga. Ia akhirnya turun, mengalungkan lengannya di leher lelaki itu setelah menanggalkan jaket besar Jungkook yang menutupi tubuhnya tadi, membuat lelaki itu dapat merasakan sesuatu yang menyentuh punggungnya. Jungkook menelan salivanya payah lantas berdiri dan mulai berjalan menuju tempat tadi.
"Noona, kau meninggalkan jaketnya di mobil ya?"
"Iya." Dahyun meletakan kepalanya diceruk leher Jungkook membuat lelaki itu berdeham rendah.
"Ah pantas saja aku dapat merasakannya."
"Merasakan ... " Dahyun berpikir sejenak. "Ya! Kau harus mencuci otakmu itu!"
"Wae? Aku tidak bilang apa-apa noona."
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini?"
"Apa?"
"Ah lupakan, percepat saja jalanmu ini kenapa lambat sekali?"
"Sengaja, biar lebih lama hehe." Jungkook malah tertawa tanpa dosa membuat Dahyun meliriknya sebal. Dasar, bukan Jungkook namanya jika tidak usil seperti ini tapi berkat itu, Dahyun bisa melupakan sejenak kejadian memalukan tadi.
Tanpa ia sadari, Jungkook telah berhasil mengikis dinding tebal yang selama ini dia bangun untuk membentengi dirinya. Masuk tanpa izin dan membuat lahannya sendiri di dalamnya. Masih kecil, tapi pondasinya cukup kuat hingga Dahyun tak bisa mengusirnya pergi.
Gumawo, Jungkook-ah
[]
Asupan pagi, yang lebih hangatnya buat nanti malem <3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro