❛𝐎𝐮𝐫 𝐃𝐚𝐲❜
"Noona ... "
Jungkook kembali mengetuk pintu kamar Dahyun yang dikunci. Tumben sekali, biasanya tidak pernah dikunci.
"Noona ... Kau masih tidur? Noona."
Tok! Tok! Tok!
Jungkook terus mengetuk pintu, kali ini agak kencang namun tetap tidak ada balasan dari dalam. Suara air pun tidak ada, hening sekali, tidak ada suara.
"Noona." Jungkook sampai menelpon ponsel Dahyun, barulah terdengar suara ponsel dari dalam, namun panggilannya pun tidak kunjung di angkat. Jungkook berdecak, kenapa masih belum di buka? Sekarang sudah jam sembilan, seharusnya Dahyun sudah bangun.
Dipanggilan ketiga, barulah terdengar suara kunci pintu yang dibuka. Dahyun muncul dengan menggunakan masker yang menutupi separuh wajahnya.
"Eoh, noona ... Kau mau pergi?"
"Eoh itu ... Aku harus pergi membeli sesuatu."
"Mau ku antar?"
"Tidak! Kau di sini saja, aku tidak akan lama." Dahyun langsung menutup pintu kamar dibelakangnya tanpa membiarkan lelaki itu melihat ke dalam kamarnya. Jungkook mengernyit, curiga.
"Kenapa pintunya di kunci tadi?"
"Eoh? Itu karena—"
"Noona sedang menyembunyikan sesuatu ya?"
Dahyun menggeleng panik. "Tidak! Aku tidak menyembunyikan apapun!"
Jungkook menatapnya penuh selidik sementara Dahyun menelan salivanya payah, tegang. "Seolma ... Noona sedang menyembunyikan seseorang di dalam?"
"Mwo? Tentu saja tidak!"
"Sungguh? Kalau begitu aku ingin lihat." Jungkook langsung meraih gagang pintu dibelakang tubuh Dahyun lalu membukanya. Lelaki itu menyapu pandangan, dan segera bergerak ke arah ranjang dengan gundukan mencurigakan. Lantas membuka selimutnya membuatnya membeku seketika.
"Noona, apa ini ... Darah?"
Dahyun meringis, sia-sia sudah ia menyembunyikannya dari Jungkook. Lelaki itu masih syok, matanya membulat.
"Aneh, padahal semalam kita tidak melakukannya, kan? Lagipula sudah bukan yang pertama kali tapi kenapa—"
"Jungkook, aku sedang datang bulan."
"Nde?!"
Wajah Jungkook kontan memerah. Lelaki itu menggaruk lehernya. Ia jadi malu, apalagi Dahyun, ini sangat memalukan.
"Ya ... Hari pertama, saat aku bangun sudah seperti itu, untung kita tidak tidur bersama semalam."
Jungkook berdeham, telinganya memerah, mencoba bersikap biasa saja. "Eoh ... begitu, aku tidak tahu, jadi itu sebabnya noona menyembunyikannya dariku?"
Dahyun mengangguk. "Ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan persediaan pembalutku habis. Aku lupa memindahkannya ke sini, karena biasanya aku tinggal di mansion."
Jungkook mengangguk-angguk, lelaki itu ingin cepat-cepat pergi dari sana, suasana ini membuatnya canggung dan malu luar biasa namun Dahyun menahan tangannya saat akan keluar.
"Jungkook-ah, apa kau bisa membantuku?"
Jungkook kontan menggeleng. "A-aku ada urusan! Aku harus membeli—"
"Bagus, aku titip beli pembalut ya."
"Nde?!"
"Butuh waktu belasan menit jika menunggu sampai supirku memindahkan persediaan di mansion kemari, dan aku akan menyuruh pelayan untuk membersihkan ranjangku ini. Kumohon ... Mau ya, eum?" Dahyun menggoyang-goyangkan tangan Jungkook seraya memberikan tatapan memohon. Puppy eyes.
"Aisshh noona, aku malu, lagipula aku tidak tahu harus membeli yang mana."
"Nanti aku kirimkan fotonya." Dahyun bertumpu pada bahu Jungkook, lantas berjinjit untuk mengecup pipinya kilat. "Saranghae."
Wanita itu langsung pergi untuk membuka pintu, mempersilahkan pelayannya masuk untuk membersihkan kamarnya. Sementara Jungkook mengacak rambutnya frustasi, kenapa jadi ia yang kena?
Tatapannya bertemu dengan Dahyun, wanita itu mengisyaratkannya untuk segera pergi. Menghela napas panjang, pun akhirnya Jungkook menyambar hoodie-nya dan pergi ke super market terdekat. Ini hari tersial dan memalukan dalam hidupnya.
Bagaimana cara menangani wanita yang tengah datang bulan?
Jungkook tidak tahu. Situasi seperti ini belum pernah terjadi padanya sebelumnya. Ia benar-benar bingung.
Sudah cukup ia menanggung rasa malu saat membelikan pembalut, dan sekarang ia merasa jadi pacar yang jahat karena tidak bisa merawat Dahyun dengan baik.
Pacar? Ya, anggap saja seperti itu. Kata selingkuhan sudah ia tendang jauh-jauh ke dasar lautan.
Sudah sejak lima menit yang lalu, Dahyun di dalam kamarnya. Iya, kamar Jungkook, karena ranjang Dahyun masih dibersihkan. Katanya butuh waktu 1-2 hari, otomatis wanita itu akan tidur di kamarnya mulai saat ini.
Setelah mencari tahu lewat internet, akhirnya Jungkook buatkan segelas teh hangat dan menyiapkan beberapa makanan ringan serta buah-buahan yang telah dipotong. Setelah semuanya siap, ia membawanya ke kamar, sempat mengetuk pintu beberapa kali sebelum masuk ke dalam.
Dahyun tengah berbaring membelakanginya. Jungkook menyimpan nampan itu di atas nakas kemudian duduk di sisi ranjang.
"Noona, kau tidur?"
Dahyun langsung mengubah posisi tidurnya jadi telentang lalu menggeleng. "Kau habis darimana? Kenapa lama sekali?"
"Aku habis menyiapkan ini untuk noona. Masih sakit?" tanya Jungkook perhatian seraya merapihkan rambut Dahyun.
Dahyun mengangguk, "Sangat. Obat pereda nyeri pun sudah tidak mempan."
"Jinjja?"
"Eum, biasanya hanya hari pertama dan kedua, setelahnya tidak begitu terasa." Dahyun meminum teh buatan Jungkook lalu kembali memeluk guling di tekankan pada perutnya, itu cukup ampuh untuk mengurangi rasa nyerinya selain memakai penghangat.
"Noona ... setelah makan, kita nonton yuk?" Jungkook menyuapi Dahyun buah-buahan. Satu untuk Dahyun dan satu untuknya, terus begitu berulang kali.
"Shiro, aku malas."
"Terus, noona akan terus di kamarku begitu? Sepanjang hari?"
"Tentu saja tidak!" Dahyun menelan buah stroberi itu. "Aku sedang ingin melakukan hal lain."
"Apa?"
Dahyun memperhatikan wajah Jungkook selama beberapa detik, membuat lelaki itu berkedip bingung. Tangannya terangkat, menyentuh pipi dan rahang sebelah kirinya. Perlahan, Dahyun mendekatkan wajahnya, membuat Jungkook semakin gugup. Lelaki itu memejamkan matanya, bibirnya tanpa sadar sudah maju, siap menerima ciuman namun yang terjadi malah ....
"Jungkook-ah, kau punya jerawat!" Dahyun malah girang sampai tertawa. "Ini, dekat telingamu, besar juga, warnanya merah."
Jungkook menatap Dahyun kesal, balas menyentuh jerawat di dekat hidung Dahyun. "Noona, juga punya ini."
"Iya, itu sebabnya aku menutupinya dengan masker pagi tadi." Dahyun menyamankan posisi duduknya, entah kenapa, ia jadi bersemangat. "Ini tidak bisa dibiarkan, kita harus melakukan perawatan."
"Katanya sedang sakit? Diluar juga sedang hujan noona. Berangin. Nanti sakitnya bertambah. Kalau demam lagi bagaimana? Biarpun pakai mobil, ada baiknya kita di rumah saja."
"Kalau begitu kita lakukan di sini saja." Dahyun turun dari ranjang, lantas meraih tangan Jungkook. "Ayo, kita ke ruang tengah. Aku akan menyiapkan semuanya."
Jungkook menurut saja, walaupun masih bingung. Padahal tadi wanita itu terus mengeluh sakit, tapi sekarang justru malah banyak bergerak. Aneh, tapi tak apa, lebih baik melihatnya seperti ini dibanding lesu seperti tadi.
[]
Epilog
Jungkook memejamkan matanya, pasrah saja saat Dahyun mengenakan bando dikepalanya supaya rambutnya tidak menghalangi wajah. Wanita itu sudah memakai bando yang sama dengannya, pun akhirnya sheet mask berwarna putih itu dipakaikan ke wajahnya.
"Nah, sudah beres. Bagaimana? Sejuk, kan?"
Jungkook menarik tubuh Dahyun untuk bersandar padanya. "Eum, noona, perutnya sudah tidak sakit?"
"Ya, sekarang sudah lebih baik. Jungkook-ah?"
"Eum?"
"Haruskah kita melakukan ini setiap hari? Bukankah wajahmu itu juga perlu perawatan? Kalau kau hanya mengandalkan klinik, sama saja dengan bohong jika tidak dirawat setiap hari."
"Noona sepertinya suka sekali ya melakukan ini."
"Eum, ini membuatku merasa rileks dan tenang. Bagaimana? Mau, kan? Kita bisa melakukannya pagi atau malam sebelum tidur."
"Iya, asal noona senang."
"Jinjja?! Assa, pokoknya aku akan membeli banyak skincare. Jangan lupa imbalannya ya."
"Imbalan?"
"Iya, memangnya ada yang gratis ya? Skincare nya saja sudah mahal."
"Baiklah, kalau begitu aku akan memberikan noona imbalannya sekarang." Jungkook langsung mengecup tengkuk leher Dahyun cepat beberapa kali, membuat wanita itu terkikik geli.
"Aishh ya, geumanhe!"
Saat Jungkook berhenti, posisi Dahyun telah berada di bawahnya. Kedua tangan Jungkook menumpu di sisi tubuh Dahyun, terdiam sesaat dengan manik saling menatap.
"Noona, apa maskernya sudah bisa di lepas?" Getaran diponsel Dahyun seolah menjawab pertanyaannya, waktunya telah habis, sekarang waktunya masker itu dibuka.
Jungkook memejamkan matanya saat tangan Dahyun bergerak untuk melepaskan masker di wajahnya. Baru setelahnya, Jungkook melepaskan masker di wajah Dahyun. Melihatnya dari atas sini, wajah wanita itu terlihat sangat lembab dan bersinar, pun sebelum Dahyun membuka matanya, Jungkook telah menyambar bibirnya. Melumat permukaannya perlahan sampai Dahyun membuka bibirnya, balas memangut bibirnya hingga meremas leher Jungkook.
Sore hari dengan hujan menggelegar diluar sana. Suasana di dalam apartemen itu justru malah sebaliknya. Entah keberuntungan atau justru kesialan karena mereka tidak bisa bercinta mengingat Dahyun yang tengah datang bulan, namun dengan santainya, Jungkook malah menyeletuk.
"Noona ... Bisa membantuku untuk mengeluarkannya? Pakai tangan saja, atau mulut juga boleh, pliss."
Dan ya, kalian bisa menebak akhirnya seperti apa. Sulit sekali untuk menolak godaan bayi besarnya ini. Memang, wajah menggemaskan itu lama-lama bisa menjadi kelemahan seorang Im Dahyun.
[]
Hasil menghalu pas nahan sakit datang bulan :v sorry kalo absurd, jadi pengen punya dek yoon :")
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro