Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛𝐋𝐮𝐧𝐜𝐡❜

Mulanya, Dahyun tidak begitu peduli dengan bentuk tubuhnya. Ia merasa dirinya baik-baik saja, berat badannya ideal juga. Yang kurang mungkin hanya tinggi badannya saja, selain itu semuanya sempurna.

Namun semua itu terpatahkan saat ia melihat Jimin yang selalu berada di sekitar wanita yang cukup tinggi—walaupun tidak sampai melebihi tinggi Jimin—terutama sekretarisnya, Kwon Shijin, ia tinggi dan langsing. Bahkan Dahyun sampai tidak ingin berdiri di dekatnya karena selalu tidak percaya diri, apalagi ia juga tahu kalau ada beberapa bawahan yang sering membanding-bandingkannya dengan Shijin. Sepertinya, orang-orang di sana menghormatinya juga karena statusnya dengan Jimin, bukan karena kagum pada dirinya.

Omong-omong, Shijin itu rivalnya semasa sekolah menengah akhir. Mereka sempat menyukai kakak kelas yang sama, dan saling bersaing menjadi ranking tertinggi di sekolah. Makanya, Dahyun sangat menentangnya ketika wanita itu menjadi sekretaris Jimin tapi lelaki itu tak mau mendengarkan omongannya.

Alhasil, Dahyun meminum banyak suplemen penambah tinggi hingga mengikuti kelas senam dan menjaga pola makannya dengan diet. Sejauh ini, program yang diikutinya berjalan lancar, pun tubuhnya juga merespon dengan baik walaupun awalnya ia jadi sering pusing bahkan sampai pingsan.

Sekarang, dia sudah beradaptasi dengan semua itu, tapi dihadapkan dengan makanan dan minuman yang seperti ini, membuatnya goyah juga. Sulit dipercaya, Jungkook ternyata malah membawanya ke restoran favoritnya yang bahkan Jimin pun tidak tahu tempat ini.

"Noona, lebih suka keju atau cokelat?"

"Cokelat."

"Cokelat? Wah sama, aku juga suka cokelat!" Jungkook kemudian bertanya lagi. "Suka susu atau kopi?"

"Susu."

"Susu?! Aku juga susu!"

Dahyun mendelik sebal. "Jungkook-ah, apa maksudmu menanyakan hal random seperti tadi?"

"Apalagi? Tentu saja untuk mencari tahu kesukaan noona. Rupanya kesukaan kita sama ya, aku jadi senang. Kita memang cocok!"

Dahyun menggeleng tak habis pikir, ia melirik ke arah bangku di balkon yang menghadap ke pemandangan bukit dengan berbagai macam pohon yang beraneka ragam bahkan warna. Sebenarnya itu adalah bukit buatan, sengaja dibuat untuk membudidayakan beberapa jenis pohon yang berbeda dalam satu tempat sehingga dapat menghemat waktu untuk melihatnya sekaligus. Itu adalah tempat duduk favoritnya tiap datang kemari tapi sepertinya sudah di reservasi orang lain, melihat ada pelayan yang sengaja berjaga di sana supaya tidak diduduki oleh orang lain.

"Noona, sedang lihat apa?"

"Eoh? Ani." Dahyun segera berbalik, kembali menghadap Jungkook. "Kau sudah selesai memesan?"

Jungkook mengangguk, "Eum! Ayo noona, kita cari meja kita." Jungkook mengulum senyum setelahnya, salting sendiri karena sudah menyebut kita diantara dia dan Dahyun. Pun ketika ia ingin menggenggam tangan mungil itu, ia malah berakhir memegangi lengan mantel Dahyun saja yang kebesaran.

Sementara wanita itu pasrah saja diseret kemana pun, ia sudah berjanji akan menuruti keinginan Jungkook untuk hari ini.

Mereka duduk di balkon lain yang menghadap ke arah perkotaan dengan sungai berwarna biru di sampingnya. Seolah melihat kehidupan modern yang berbaur dengan alam.

"Noona ... Mau dengar suatu cerita?"

Dahyun mengalihkan pandangannya, memusatkan atensinya pada Jungkook yang tengah menatap pemandangan di samping mereka.

"Dulu, aku punya teman." Jungkook mulai bercerita. "Dia berbadan besar dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Orang-orang menjauhinya, sementara aku adalah teman sebangkunya. Kami tidak terlalu akrab, tapi aku tahu, dia menyukai gadis tercantik di kelas kami. Sang ketua kelas, peringkatnya juga tinggi."

Jungkook menarik napas sejenak. "Dihari valentine, dia memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada gadis tadi, dan tahu apa yang terjadi selanjutnya?"

"Dia ditolak."

"Benar! Bukan hanya itu, ia juga dipermalukan di depan kelas dan diejek karena tubuh dan penampilannya. Temanku itu jelas hancur, tapi dihari yang sama, ada orang lain yang menyatakan perasaan padanya. Gadis dari kelas sebelah, dia bukan orang populer tapi cukup cantik mengingat ada beberapa lelaki yang memberinya cokelat."

"Lalu mereka ... Pacaran?"

"Iya dan temanku yang gendut itu memutuskan untuk diet. Bukan karena pacarnya, melainkan untuk kesehatannya saja. Dari sana aku mulai tahu, kalau ada hal lain yang membuat seseorang bisa jatuh cinta selain karena melihat fisiknya yaitu hati. Fisik bisa saja berubah, tapi hati tidak bisa berbohong."

"Woah ... Kau bisa jadi penulis, Kook. Cerita barusan lumayan." Dahyun mengakuinya. Melihat dari penggalan kata yang digunakannya juga, terlihat rapi sekali, sepertinya Jungkook cukup berprestasi di sekolah.

"Noona, tahu tidak inti dari cerita barusan apa?"

"Kita harus diet supaya orang itu tetap mencintai kita."

"Noona! Serius?! Bukan itu maksudku!" Jungkook merajuk, Dahyun tertawa saja karena berhasil mengerjainya.

"Iya iya aku tahu. Maksudmu, kita tidak harus memperbaiki penampilan kita hanya untuk dicintai, kan?"

"Iya! Kalaupun tetap ingin memperbaiki, lebih baik dilakukan untuk kepuasan diri sendiri, bukan dorongan orang lain."

"Nah itu dia! Aku juga diet untuk kepuasan diriku sendiri."

"Eoh? Aduh, bukan itu maksudku. Bagaimana ya noona itu sudah—"

"Aku diet hanya untuk menjaga pola makan ku, sebenarnya ... Aku sedang ikut program penambah tinggi badan."

"Mwo?!"

"Iya, aku ingin tumbuh tinggi lagi. Di usiaku yang sekarang, pasti sulit, tapi masih ada kemungkinan kan, aku hanya ingin mencobanya."

"Kenapa ingin tinggi? Padahal segini sudah cukup."

"Cukup untuk apa? Leherku sampai pegal karena terus mendongak untuk melihatmu."

"Ya, sudah cukup." Jungkook menunduk kemudian melanjutkan dengan suara pelan, "Cukup untuk aku peluk."

Dahyun masih dapat mendengarnya. "Kau ingin memelukku?"

Jungkook mengangguk. "Tapi nanti, jangan sekarang."

"Kenapa? Kau harus menyiapkan mental dulu?" Dahyun terkekeh geli.

"Iya, aku takut tidak bisa menahan diri. Tapi noona ... Memangnya aku boleh memelukmu?"

"Eoh?" Sekarang giliran Dahyun yang terdiam, ia terlalu bersemangat menggoda Jungkook sampai tidak memikirkan dirinya sendiri.

"Noona ... Aku boleh memelukmu?"


[]

"Si dedek pake nanya segala, padahal langsung peluk aja kalo mau," ujar para abang jk dicerita sebelah yg gregetan 🗿



[]

Epilog lunch

Sehabis pemotretan grup selesai, semua kru dan model yang berpartisipasi di pemotretan majalah ini melakukan sesi foto bersama sebelum pulang.

Dahyun tengah memainkan ponselnya saat Jungkook tiba-tiba saja menarik tangannya, untuk bergabung dengan yang lain sampai flash kamera itu berkedip di detik ketiga, mengabadikan momen pemotretan hari ini yang sukses.

Semuanya tersenyum lebar, kecuali Dahyun yang masih memasang ekspresi kaget karena tubuhnya dirangkul hangat oleh Jungkook dari belakang.

Kejadiannya terlalu cepat, Jungkook juga sepertinya tidak sadar. Lelaki itu membungkuk berulang kali sembari mengucapkan, "Terimakasih, kalian sudah bekerja keras!" Berulang kali sampai ada seorang lelaki yang menghampirinya. Salah satu rekan seprofesinya, Kang Jaeyun.

"Wanita itu ... pacarmu?" tanyanya sembari melirik Dahyun yang pergi lebih dulu menuju mobilnya.

"Eoh? Memangnya kenapa?"

"Dia cantik, namanya siapa?"

Raut wajah Jungkook langsung berubah, ia melangkah mempersempit jarak mereka lantas berbisik tajam di telinganya.

"Maaf, tapi dia milikku."


[]

Langsung di klaim gk tu, giliran ngomong sama noona malah salting sendiri 🗿

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro