❛𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐃𝐚𝐲❜
Seharusnya, Dahyun merasa senang karena mereka bisa menghabiskan waktu berdua lagi. Kencan seperti ini sudah jarang mereka lakukan, apalagi semenjak kepulangan sang ayah. Lelaki paruh baya itu selalu memiliki cara untuk memisahkan mereka. Dan sekarang, adalah puncaknya, yang membuat mood Dahyun sangat jelek bahkan setelah mereka pergi keluar untuk kencan.
"Jungkook-ah, tak bisakah kau tetap tinggal di apartemen ku?" tanya Dahyun untuk yang kesekian kalinya. Iya, ayahnya itu menyuruh Jungkook untuk tinggal di tempat lain dan angkat kaki dari apartemennya.
"Inginnya sih begitu, tapi kan Om sudah melarang. Lagipula tempat tinggalku nanti tidak begitu jauh dari apartemen noona, kita tetap bisa bertemu."
"Tetap saja. Aku sudah terbiasa tinggal bersamamu. Kita bujuk daddy lagi ya? Siapa tahu dia berubah pikiran."
Jungkook malah menggeleng. "Ani, om memang benar, tidak baik jika kita terus tinggal serumah. Apalagi sekarang banyak yang memperhatikan aku dan noona, nanti kalau muncul rumor tidak baik bagaimana?"
Dahyun berdecak, melipat kedua tangannya di dada dengan wajah ditekuk sebal. "Ish, menyebalkan. Kenapa kau membuatku terdengar seperti wanita murahan, sih? Kau sepertinya memang sudah tidak mau tinggal denganku lagi ya?"
Alih-alih tersinggung, Jungkook malah tersenyum. Ketika Dahyun berbalik memunggunginya, Jungkook langsung memeluknya dari belakang, menempelkan dagunya dibahu wanita itu.
"Aigoo ... Sekarang noona semakin manja ya, aku suka." Jungkook mendusel di tengkuk Dahyun, mengecupnya gemas berulang kali membuat pipi dan leher Dahyun kontan memerah.
"Ya, geumanhe. Orang-orang mulai memperhatikan kita."
"Hehe, mian. Habis gemas sekali sih, jadi makin sayang." Jungkook melayangkan kecupan dalam di pipi Dahyun hingga bersuara sebelum akhirnya melepaskan pelukan dan berjalan bersisian dengan Dahyun.
Dahyun sampai membeku sesaat. Berkedip beberapa kali dengan wajah memanas. Gila, padahal itu hanya kecupan tapi perlakuan Jungkook padanya barusan membuatnya kacau.
Meraih tangan mungilnya dan memasukannya ke dalam saku miliknya. Dahyun menoleh ketika Jungkook menggenggam tangannya dibalik saku coat lelaki itu.
"Biar hangat, aku tidak suka dingin," alibinya. Dahyun mendengkus geli, "Bilang saja kalau kau tidak mau aku jalan jauh-jauh darimu."
"Iya, karena itu juga. Aku tidak mau melihat lelaki lain yang mencoba menggoda noona seperti tadi. Noona milikku, jadi hanya aku yang boleh menggoda noona."
"Posesif sekali, tapi bagaimana dong, aku juga masih miliknya Jimin, tuh?" pancing Dahyun membuat Jungkook langsung mendelik sebal ke arahnya.
"Noona, jangan membuatku cemburu."
"Wae? Aku hanya berkata jujur."
"Ck, menyebalkan." Jungkook melepaskan genggaman tangan mereka lantas berjalan lebih dulu. Dia merajuk.
Dahyun yang melihatnya hanya tertawa. "Ya! Kachi ga!" pekiknya, lantas berlari dan memeluk lengan kekar Jungkook, kembali berjalan bersisian dengan mesra.
*Tunggu aku
Kali ini, giliran Jungkook yang kacau. Sesuatu yang menempel di lengannya membuatnya hilang fokus. Jungkook berdeham, "N-noona ... Peluknya jangan terlalu erat."
"Wae? Kau tidak suka?"
"A-ani, lupakan." Jungkook memalingkan wajahnya, berusaha fokus melihat ke depan. Mengabaikan godaan Dahyun yang malah semakin merapatkan tubuhnya.
Sejak mereka menginjakan kaki di sini, Dahyun sudah menduga kalau hal ini akan terjadi. Jungkook yang berlarian ke sana kemari, menariknya untuk menaiki wahana ini dan itu sudah sangat membuatnya kewalahan. Namun hal tersebut tak menghilangkan euphoria kebebasan yang mereka rasakan. Canda tawa dengan senyuman penuh kebahagian selalu menghiasi wajah keduanya. Seolah kembali ke masa kecil yang sangat menyenangkan, tanpa masalah kehidupan yang membelenggu.
Berteriak lepas ketika viking yang mereka naiki berayun keatas dan ke bawah berulang kali hingga saling menabrak saat menaiki bom bom car. Kencan kali ini adalah yang terbaik.
Setelah makan siang, keduanya pergi ke bioskop. Menonton film romantic comedy yang menggelitik sekaligus membuat berbunga-bunga. Tak jarang tangan mereka tidak sengaja bersentuhan saat mengambil popcorn, pun mereka juga berbagi minuman yang sama. Dahyun begitu fokus menonton hingga tertawa saat ada adegan lucu yang di tampilkan, membuat Jungkook diam-diam memperhatikannya.
"Noona ... Kau menyukai film tadi?" tanya Jungkook setelah mereka keluar dari bioskop. Hari sudah sore, matahari sudah bersiap untuk turun ke tempat peristirahatannya. Sinar jingga menyorot hangat, sunset kali ini begitu cantik dengan daun maple yang berguguran di sepanjang jalan.
"Sangat! Perutku sampai sakit karena terus tertawa. Kau pintar memilih film, lain kali kita nonton lagi ya."
Jungkook mengangguk, "Dengan senang hati. Aku suka melihat noona tersenyum dan tertawa. Cantik sekali."
Dahyun mengulum bibirnya menahan senyum sementara pipinya merona. "Y-ya, berhenti menggodaku."
"Aku serius. Noona cantik sekali. Makanya jangan senyum ke lelaki lain ya, noona, nanti aku marah."
Dahyun terkekeh seraya menggeleng tak habis pikir. "Ada-ada saja."
Lampu-lampu mulai dinyalakan saat matahari telah benar-benar tenggelam. Tempat ini kini terlihat bak pasar malam yang menyuguhkan keindahan malam dengan berbagai permainan, pertunjukan hingga kuliner yang sedang tren.
Dahyun tengah berada di toilet saat ponselnya bergetar karena panggilan ayahnya namun panggilan itu langsung mati sebelum ia mengangkatnya. Dahyun mengernyit saat melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal. Pun saat ia melihat pesan dari Jimin, ia mendapati foto ayahnya yang tengah bersama Jimin.
Tak mau ambil pusing, Dahyun kembali mematikan ponselnya dan keluar dari toilet. Maniknya menyapu pandangan, mencari sosok Jungkook yang tidak ada di sekitarnya. Padahal tadi, lelaki itu bilang akan menunggunya di luar, tapi kemana dia sekarang?
Dahyun memutuskan untuk menunggu di sana. Ponsel Jungkook mati, Dahyun sama sekali tidak bisa menghubunginya. Sudah satu perempat jam ia menunggu, namun Jungkook tak kunjung menunjukan batang hidungnya.
Dahyun mulai gelisah, maniknya terus melihat ke sekeliling, namun Jungkook tidak kunjung terlihat sampai sebuah boneka berkepala kotak tiba-tiba saja muncul, mengintip di balik dinding sebelahnya.
"Annyeong noona cantik~"
Dahyun menahan tawanya saat mendengar suara yang dibuat-buat itu. Terdengar menggelikan sekaligus lucu. Wanita itu sudah tahu siapa dalang dibalik boneka menggemaskan itu, hanya saja ia pura-pura tidak tahu. Ingin melihat, sejauh mana Jungkook bisa bersandiwara.
"Annyeong, namamu siapa?"
"Naneun Koko. Koko koko ya~"
Tawa Dahyun pecah. Jungkook muncul dengan boneka itu ditangannya. Segera menyodorkan boneka itu seraya menggaruk tengkuknya malu. "Ini hadiah. Aku mendapatkannya saat menunggu noona dari toilet."
"Gumawo." Wanita itu tak bisa menahan senyumnya saat melihat boneka berkepala kotak dengan tubuh mungil dan daun di atas kepalanya. Unik sekali. "Kau tahu, sebelumnya tidak pernah ada lelaki yang memberiku boneka selain daddy."
"Jinjja?"
"Eum, mereka lebih sering memberiku tas atau baju. Terakhir kali Jimin memberiku hadiah perhiasan." Menyadari perubahan raut wajah Jungkook, Dahyun segera menambahkan. "Tapi aku suka ini! Sungguh! Aku akan memeluknya setiap kali teringat padamu."
"Akunya tidak akan dipeluk?"
"Tidak, kau kan mau pindah. Jadi Koko yang akan menemaniku tiap malam."
"Mwo?"
"Wae? Aku benar, kan?"
"Ish, menyebalkan. Sini kembalikan bonekanya! Biar aku—" Jungkook terdiam saat Dahyun menarik tangannya supaya agak menunduk lalu melayangkan kecupan di pipinya.
"Thank you, aku akan menjaga Koko dengan baik."
"Akunya tidak?"
"Iya, Jungkook juga."
"Hanya di pipi?"
"Mau di bibir juga?"
Jungkook mengangguk membuat Dahyun menangkup wajahnya dan mengecup bibirnya cepat. "Sudah ya?"
Jungkook menggeleng. "Lebih lama. Aku ingin ciuman, bukan kecupan."
Jantung Dahyun nyaris meledak saat mendengarnya. Kejujuran Jungkook itu sangat membahayakan dirinya. Dahyun menggeleng, melepaskan tangannya di pipi lelaki itu seraya berjalan mundur, menjauh. Namun Jungkook berhasil meraih tali di coat Dahyun, menariknya dengan mudah membuat tubuh Dahyun kembali mendekat ke arahnya.
"Noona, jangan memancingku, nanti aku semakin suka," bisiknya tepat di telinganya. Mengecupnya beberapa kali hingga rahang dan pipi, membuat Dahyun menggelinjang geli.
"Ya, jangan di sini."
Jungkook tak menjawab, tangannya telah melingkar di pinggang mungil Dahyun, lantas menariknya mendekat ketika ia menempelkan kedua belah bibir mereka. Melumat bibir yang sejak tadi ia inginkan. Bibir manis yang telah menjadi candu. Pertahanan Dahyun runtuh, wanita itu mulai membalas ciuman Jungkook, bertepatan dengan pertunjukan air mancur yang menari-nari dengan lampu warna-warni.
Malam ini akan menjadi malam terakhir mereka tinggal bersama dan dengan semua momen yang mereka nikmati hari ini, malam ini tidak akan pernah terlupakan.
Andai kisah mereka tertuang dalam sebuah cerita, Dahyun rela jika saat ini, menjadi akhir dari kisah cinta mereka. Hanya dia dan Jungkook. Tidak ada yang lain.
Selamanya, bahagia.
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro