Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛𝐁𝐫𝐞𝐚𝐤𝐟𝐚𝐬𝐭❜

Tubuh Jungkook terasa remuk, tidak biasanya sampai seperti ini hanya karena kehujanan. Matanya masih memejam sementara tangannya refleks mencari keberadaan seseorang yang ia peluk semalaman. Keningnya mengernyit, Dahyun kemana?

Membuka matanya yang terasa berat. Jungkook mengedarkan pandangannya sampai akhirnya Dahyun muncul dengan membawa nampan dengan semangkuk bubur dan segelas susu di atasnya.

"Sudah bangun?"

Ini jelas pemandangan langka karena biasanya Jungkook yang bangun lebih dulu. Sementara kali ini, Dahyun sudah cantik dan wangi. Wanita itu mendudukan dirinya di kursi samping ranjang. Menyimpan nampannya di atas nakas, lantas melepaskan kompresan dikening Jungkook, menggantikannya dengan tangannya untuk mengukur suhu tubuh lelakinya. "Demamnya sudah turun. Masih pusing?"

Jungkook mengangguk lemah. "Sedikit. Noona bagaimana? Sudah sembuh?" tanyanya dengan suara berat dan serak, seksi sekaligus lucu.

"Tentu saja, kau tidak lihat aku sudah dandan cantik seperti ini?"

Jungkook tersenyum. Suka sekali melihat sisi baru yang Dahyun tunjukan padanya ini. Saat galak saja dia suka, apalagi saat manis seperti ini.

"Ah ya, kau harus sarapan dulu, setelah itu minum obat biar cepat sembuh."

Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk, Dahyun membantu menyimpan bantal di kepala ranjang untuk lelaki itu bersandar.

"Mau kusuapi?" Jungkook mengangguk. Dahyun menyendok buburnya, meniupnya beberapa kali sebelum menyuapkannya pada Jungkook.

"Bagaimana? Enak?" tanyanya penasaran.

Jungkook terdiam. Bubur macam apa ini? Asin sekali. Namun alih-alih menggeleng, lelaki itu malah mengangguk dan mencoba menelan bubur itu walaupun sulit. "Hmm ... Enak. Noona buat sendiri?"

"Iya. Sebenarnya aku tidak bisa memasak tapi membuat bubur tidak sesulit itu ternyata."

Pantas saja, rasanya mengerikan. "Noona tidak mau mencobanya?"

Dahyun langsung menggeleng. "Aku tidak suka bubur, jadi habiskan ya. Aaa ... Anak pintar." Wanita itu mengusak rambut boba Jungkook gemas sementara lelaki itu sudah pasrah saja memakan bubur asin itu. Bisa dipastikan, setelah menghabiskan semangkuk bubur ini, lidahnya pasti mati rasa.

"Apa ibumu suka memanjakanmu seperti ini juga saat kau sakit?" Pertanyaan random, Dahyun tiba-tiba saja memikirkan hal itu. Ingin tahu, bagaimana rasanya punya ibu, pasti menyenangkan.

"Iya, perlakuannya tidak jauh berbeda seperti noona sekarang. Dia selalu menganggapku bayi."

Dahyun terkekeh kecil, kembali menyuapi lelaki itu secara teratur. "Lalu ayahmu?"

Jungkook terdiam. Mengunyah dan menelan bubur itu tanpa ekspresi—ngebug. "Dia galak. Selalu menekanku supaya memenuhi ekspektasinya, dalam hal ini, ibuku juga membelanya."

Dahyun mengangguk paham. "Biarpun begitu, kau tidak membenci mereka, kan?"

"Tentu saja tidak. Mereka menyayangiku, walaupun dengan cara yang berbeda dari yang lain."

"Ya, terkadang mereka emang agak menyebalkan, ya? Tapi kita tetap tidak bisa membenci mereka. Ayahku juga begitu, kadang aku kesal melihat dia yang bekerja keras untuk berperan sebagai ibu juga untukku, padahal dengan menjadi ayah yang baik juga sudah cukup. Padahal ayahku cukup tampan untuk mencari ibu baru untukku."

"Noona ... Kau pasti merindukan ibumu ya?" tanya Jungkook ragu. Dahyun terdiam. Menunduk, tangannya yang memegang sendok itu mengaduk bubur perlahan.

"Tentu saja. Aku selalu iri melihat orang lain yang masih memiliki keluarga lengkap. Sedangkan aku? Memiliki foto keluarga saja tidak. Aku selalu membaca surat yang ditinggalkan ibuku setiap kali mengingatnya dan—arrgghh, hentikan. Aku tidak mau menangis sekarang, ini masih pagi." Dahyun mengipas-ngipas wajahnya yang memerah dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Jungkook malah dengan iseng meniupnya membuat Dahyun memukul bahunya karena air matanya jadi keluar.

Jungkook tertawa. "Ibu noona pasti sangat cantik."

"Tentu saja! Dia lebih cantik dariku, pantas saja ayahku cinta mati padanya."

"Wah ... Aku jadi ingin melihat fotonya."

"Nanti saja aku tunjukan. Aaa ... Ini yang terakhir." Jungkook menerima suapan terakhir itu membuat Dahyun bersorak senang. Buburnya habis tanpa sisa. Lelaki itu langsung meminum susunya untuk menghilangkan rasa tak enak dilidahnya.

"Jungkook-ah, karena kau masih sakit, kita diam saja di sini untuk hari ini. Langitnya juga mendung, sebentar lagi pasti hujan."

Jungkook mengangguk. Ia mengambil obat dan meminumnya. Lelaki itu merasa lebih baik sekarang. "Jadi ... Kita akan melakukan apa di sini?"

Pertanyaan ambigu. Dahyun refleks mengendikan kepalanya pada tv. "Mau nonton?"

"Boleh."

Dahyun segera membawa nampan berisi mangkuk dan gelas yang sudah kosong itu ke wastafel dan mencucinya. Setelah semuanya beres, ia segera bergabung ke atas ranjang. Mengambil remot dan menyalakan tv.

"Mau nonton film apa?"

"Film apa saja, terserah noona."

Akhirnya Dahyun memilih salah satu film romance favoritnya. My Tomorrow, Your Yesterday. Film romance lintas waktu, tidak pernah bosan untuk menontonnya berulang kali.

Jungkook menepuk sisi ranjangnya, meminta Dahyun untuk mendekat. Wanita itu lantas menggeser duduknya, merapatkan duduknya. Jungkook menyandarkan kepalanya pada bahu Dahyun dengan selimut yang menyelimuti mereka sebatas pinggang. Lampunya dimatikan dan gorden otomatis menutup.

Setengah jam berlalu. Diluar sana, hujan mulai turun. Keduanya yang semula nonton malah berakhir ditonton. Sama-sama tertidur dengan posisi duduk.

Begitulah, hari terakhir mereka berada di penginapan berlalu. Sangat sederhana namun hangat.




[]

Ya, konsep awalnya emg gini, ringan :")

Harusnya ini di up pagi, tapi aku lupa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro