Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sugawara Kosasih

Fakta tentang Sugawara Kosasih.

Pertama, senyumnya seindah malaikat. Siapapun yang melihat sudut-sudut bibir pemuda itu terngkat, niscahya akan mendapat serangan jantung dadakan.

Fakta kedua, Sugawara sering terlibat dalam skandal perhomoan dengan Sawamura Day by day (teman sekelasnya) Kabar jalanan menyatakan mereka menjalin hubungan terlarang. Tapi nyatanya tidak begitu. Sawamura masih menyukai DJ dinar candy, Dan Sugawara masih menyukai Nisa sabyan. Dengan kata lain, mereka masih normal.

Kedekatan kedunyalah Yang membuat orang disekitar di paksa untuk berpikiran negatif.

Kadang, Sugawara lelah dengan gosip itu. Begitupula Sawamura. Tapi mau bagaimana. Mereka tidak bisa saja tiba-tiba menjauh hanya karena masalah sepela. Pertemanan macam itu.

Cara satu-satunya memang mereka berdua harus dapat pacar.

Fakta selanjutnya, Sugawara Kosasih hobi masak. Sugawara punya cita-cita untuk ikut kompetisi master chef.

Kata orang-orang, masakan Sugawara itu...

"Enaknya segitunya, sampe mau meninggal."

Senyum manis Sugawara mengembang tatkala mendapati pujian tersebut. Tangannya bergerak mengacak rambut jelita Yang tengah menikmati masakan buatannya. "Makannya jangan buru-buru, santai aja," ucapnya penuh kelembutan.

"Tapi sumpah kak, ini mantep banget!"

Lagi, Sugawara hanya tersenyum.

Ada kebanggaan tersendiri ketika masakan yang ia buat dapat memberikan kepuasan pada untuk orang lain.

"Lain kali ajarin gue masak ya kak."

"Eh serius Lo mau belajar masak?"

"Serius lah! Gue kan cewek, harus bisa masak dong."

"Oke, kapan?"

"Minggu gimana?"

"Minggu ya... gue mau nemenin Sawamura beli sepatu."

"Cie... Cie...  mau nge-date sama kak Sawamura."

Pemuda dengan tahi lalat disudut matanya itu menghela napas. "Nem, jangan ikut-ikutan ngejekin gue dong. Gue masih normal."

Juminem tertawa kecil. "Maaf kak, lucu aja soalnya."

"Nggak lucu tahu."

"Ih lucu loh kak. Banget malah."

Lantas, Sugawara menarik kotak bekal berwarna merah muda itu menjauh dsri jangkauan Nem. "Kalau masih ledekin, lo nggak boleh makan masakan gue lagi."

"Ampun kak!"

"Nah gitu." Kotak bekal kembali ke tangan Nem. "Makan aja, nggak usah ledek-ledek lagi."

"Kak."

"Apa? Mau ngejek lagi?"

"Suudzon aja. Gue mau nanya nih, serius."

"Apaan?"

"Mungkin nggak sih, kalau ada yang oleng dari mbak Kiyoko ke gue?"

"Maksudnya gimana?"

Nem berdecak. Jujur saja ia malu menanyakan ini. Takut bila orang lain menganggap nya terlampau percaya diri sehingga mau menyandingkan diri dengan Kiyoko.

"Gini loh, misalnya tadinya dia suka sama mbak Kiyoko, terus tiba-tiba jadi suka sama gue."

Pemilik senyum seindah malaikat itu mengelus dagu sejenak. "Hmm... bisa aja sih."

"Serius kak?"

"Serius."

"Tapi gue sama mbak Kiyoko nggak sebanding."

"Memang."

"Nah kan."

"Tapi buat menggerakkan hati itu dibutuhkan lebih dari sekedar fisik."

"Hah?"

"Bisa jadi yang buat dia berpaling itu hal yang cuma bisa ditemuin di lo dan nggak ada di Kiyoko."

"Gimana sih kak, gue kok bingung."

Gemas, Sugawara mendorong pelan kepala juniornya. "Sekarang udah 5g, otak lo kok masih aja 3g sih."

"Ya maap." Sambil mengerucutkan bibir, gadis itu mengusap kasar jidatmya.

"Emang nya siapa yang suka sama lo?"

"Eh, itu... sebenarnya belum tentu juga sih. Baru perkiraan."

"Siapa?"

"Dia —"

Mulut Juminem terkatup rapat. Apa ini yang disebut panjang umur. Tapi Nem yakin, alih-alih di doakan panjang umur, Noya lebih suka didoakan panjang kaki atau tubuh.

"Juminem [name], lo dicariin abah Nekomata."

Juminem mengernyit. Untuk apa pak satpam mencari dirinya. "Buat apa?"

"Udah ikut aja."

Tanpa persetujuan si jelita, tangannya telah di tarik Noya menjauh dari tribun sekolah.

Sugawara hanya diam seribu kata melihat Nem ditarik paksa begitu. sementara pemilik tangan memprotes keras. Kendati begitu, Noya acuh. 

Keduanya jadi tontonan para siswa-siswi yang kebetulan mereka lewati. Nem malu. Entah dengan Noya. Mengingat tak pernah sekalipun pemuda itu merasa malu saat melakukan sesuatu yang luar biasa ajaib.

"Eh Noy, arah pos satpam kan bukan kesitu!" Nem menarik paksa tangannya dari genggaman Noya. Berhasil. "Pos satpam kan kearah sebaliknya."

"Lah emang siapa yang bilang mau ke pos satpam?"

"Kan tadi lo bilang abah Nekomata nyariin gue."

"Apa iya?"

"Rasanya pen tak ih..." Jelita meremat-remat udara dengan kedua tangan. Wajahnya kentara begitu kesal. 

Tawa kecil Noya mengudara. Tingkah Nem terlihat sangat lucu di matanya. Padahal, kalau kata Sunaryo, Juminem yang sedang kesal itu mirip kingkong yang jadi model di kemasan obat nyamuk. Jatuh cinta memang dapat mengubah segala sesuatu.

"Ih malah ketawa!" Nem menggembungkan pipi. 

Bagi Noya, kegemasannya meningkat. Refleks, pemuda dengan tinggi rendah itu menjawil pipi Nem. Jelita mengadu kesakitan. Bahkan ia langsung membalas Noya dengan cubitan di lengan kanan lelaki tersebut.

"Nem sakit!" Noya kembali menjawil pipi pujaan hati.

"Aw!" lantas, Nem kembali membalas dengan memberikan cubitan ditempat yang sama. Sebelum Noya kembali mencubit pipinya, gadis itu sudah lebih dulu menjaga jarak. "Stop! lo kenapa sih, dasar aneh."

Jelas Nem merasa aneh. Hampir dua minggu, pemuda sejuta misteri (kelakuannya) itu selalu menghindar. Dan tiba-tiba saja, tidak ada boboiboy petir, tanah, atau angin, Noya langsung menyambangi bahkan menculiknya.

Bukannya tidak senang. Hanya saja waktu dan alasannya yang rancu membuat gadis itu kesal. Bayangkan saja kalian sedang menikmati hidangan kelas atas chef Juna lalu ditengah kegiatan kalian mencicipi makanan tersebut, kalian di culik alien. Dan si alien itu sendiri bingung kenapa ia menculik kalian. Bayangkan saja dulu.

"Dahlah, gue mau balik ke tribun."

"Eh tunggu, bentar!"

"Apa?" Juminem menatap garang.

"Itu... kenapa lo makan di tribun?"

"Pertama, kantin penuh. kedua, kalau di kelas ntar banyak yang minta. udah puas?"

"Eh tunggu dulu! masih ada lagi."

"Apalagi sih Noy?"

"Kenapa harus sama bang agus?"

"Agus siapa woy?! namannya Sugawara."

"Agus itu panggilan sayang gue ke dia. Jadi kenapa lo makan makanan dia."

"Orang dikasih ya gue terima. Gue makan. Toh emang enak."

"Oke, mulai besok gue bakal bikinin makanan buat lo. Jadi ntar makanan dari bang Agus buat gue. Dan lo makan makanan buatan gue. oke?!"

Jelita terdiam sejenak membayangkan akan seperti apa masakan buatan Noya. Masih segar diingatannya saat mata pelajaran prakarya, Noya membuat bakwan punch man. Jangan tanya rasa, rupanya pun sudah bikin bulu kuduk goyang caesar.

Lamunan Nem buyar tatkala Noya menepukkan kedua tangan didepan wajah si jelita. "Hey jangan melamun tak ada gunanany!" teriak Noya.

"Dahlah, gue mau balik ngabisin makanan."

Kembali Noya menggenggam pergelangan tangan gadis itu. "Eit, jangan!"

"Kenapa lagi Noya?"

"Itu karena gue..."

Jelita diam menunggu kata-kata yang masih menggantung diudara itu.

"..."

Nem masih menunggu.

"..."

Juminem sabar. Juminem anak soleh. Juminem strong.

"..."

Nem mulai tidak sabar.

"..."

Oke saatnya ngamuk.

"Noy, lo mau ngomong apasih --"

"Masakan bang Agus mengandung Hoaks!"

Entah harus bagaimana lagi Juminem menghadapi temen sekelasnya ini. sambil mengelus dada, Nem berkata, "pertama, namanya Sugawara bukan Agus. kedua, masakannya kak Suga itu sehat. Ketiga, bukan hoaks tapi boraks."

"Eh maaf, namanya hampir sama jadi keliru. Kok bisa sama ya, mereka saudara kembar ya hehehe..." pemuda itu tertawa keki. Sayang lawan bicaranya tak tertarik untuk ikut tertawa bersama. Nem malah mendengus kesal.

Jelita berdiri sambil melipat tangan. Kedua matanya terus memperhatikan Noya yang mulai mengeluarkan satu persatu jokes bapack-bapack andalannya. 

"Noy, lo kenapasih?"

Noya langsung membisu. 

"Tingkah lo emang biasanya absurd. tapi kali ini absurd banget. bahkan gue sampe nggak bisa memahami lagi."

"Maksudnya?"

"Oke, gue blak-blakan aja. Selama hampir dua minggu lo ngejauhin gue. Terus tiba-tiba aja lo deketin gue terus lo bertingkah aneh. Jangan-jangan lo..."

Tamat sudah riwayat Nishinoya Yudhoyono. Susah payah ia menahan diri untuk tidak mengatakan kalau dia tengah dilanda cemburu.

Pasrah adalah satu-satunya jalan. Soal apakah cintanya di acc atau harus di revisi itu masalah nanti. Tapi harapan Noya tentu saja cintanya dapat diterima si pujaan hati.

"... lo nggak suka karena gue bisa ngerasain masakan kak Sugawara secara gratis. Ngaku aja lo?!"

"Bismillah, headshot!"

Entah apa yang akan dilakukan Noya pada dirinya. Tapi karena raut wajah Noya jadi semenyeramkan raut wajah chef Juna yang sedang menyicipi masakan kurang maknyos dari para peserta, Nem memutuskan untuk langsugsung tancap gas. "Kabur!"

"Juminem, jangan lari ye lo!"

Dan hari kamis wage tersebut pun menjadi hari yang bersejarah di SMA XXI. Dimulai dengan adegan kejar-kejaran kedua cucu adam-hawa. Hingga berakhir dengan peristiwa Nishinoya yang nyemplung ke kolam ikan karena tidak bisa mengerem. Entah naas atau untung, Noya tidak jatuh sendiri. Pak kepsek yang kebetulan berada disekitar situ pun ikut terjatuh.

Keduanya basah.

Tentunya basah secara harfiah, bukan dalam artian lain.

Ah satu lagi fakta tentang Sugawara Kosasih. Fakta yang mungkin jarang diketahui orang-orang. Sugawara Kosasih sebenarnya adalah keponakan pak Gojou Satari, ayah dari Juminem [name].

Dengan kata lain, Juminem dan Sugawara adalah saudara sepupu.

  ✺ * ·          ✧    ⋆    · * . · .     · ·       .. ✷   ✧ . .       · +       ·  * ✫    * ✷ ⊹ * ˚      . . +       ·   ⋆        *        .          * .     . ·  .   ·     .           *  ·       . ·   · +  .        · ** ˚      . . +       ·   ⋆        *        .          * .     . ·  .   ·     .
𝒟𝒶𝓃𝒹ℯ𝓊𝓁𝒻
26-01-2021
˚         ⊹           ·  *    ✧    ⋆    · * . · .          · ·       ..     . .       · +       ·  * ✫    *                   ⊹ * ˚      . .        ·   ⋆        *        .          * .     . ·  .   ·     .           *  ·  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro