Shimizu Kiyoko
Siapa manusia tercantik sejagad SMA XXI?
Bu Damini (penjaga perpus)? Memang sih beliau cantik. Tapi ada Yang lebih cantik lagi.
Siapa?
"Kiyoko!"
Jelita dengan sejuta pesona menoleh. Tak heran gelar primadona disandang olehnya. Setiap gerak tubuhnya saja benar-benar mempesona.
Kiyoko diam ditempat, menunggu teman sejawatannya berlari mendekat.
Shirofuku Yukie, berlari kecil. Gadis itu pun tak kala Ayu dengan Kiyoko. Tapi tetap saja Shimizu Kiyoko yang nomor satu. Bukan hanya soal fisik, aura dan sikap juga jadi hal yang harus dipertimbangkan.
"Cie... Yang bentar lagi ultah," ucapnya tatkala sudah berada didepan Kiyoko.
Menyematkan rambut kebelakang telinga dengan anggun, Kiyoko balas ucapan tersebut dengan senyuman.
Keduanya berjalan beriringan. Kebetulan tujuan mereka sama, perpustakaan.
"Kiyoko, udah dapet bocoran fansclub lo mau ngasih apa?"
Kiyoko menggeleng pelan.
"Mau gue kasih tahu?"
"Nggak usah."
"Tapi ada yang berbeda dari proyek ultah lo kali ini."
Primadona hanya diam menyimak gadis berambut disebelahnya.
"Kali ini bukan si Noya yang mandorin projek ultah lo. Malah gue denger dia nggak ikut andil."
"Oh ya?" walau begitu tak ada keterkejutan dalam nada bicaranya.
Yukie mengangguk penuh antusias. "Gue juga denger kalau si Noya bakal pensiun jadi fansclub lo."
"Oh ya? Akhirnya sadar juga."
"Lo nggak kaget? Maksud gue, dia kan kayak udah yang Cinta mati sama lo gitu. Eh nggak ada angin, nggak ada topan, tiba-tiba berhenti begitu aja. Aneh."
"Dia cuma udah sadar aja."
Keduanya sampai di perpustakaan tepat begitu kalimat Kiyoko selesai dituturkan.
Yukie pergi kearah deretan rak buku, sementara langkah Kiyoko mengarah ke meja resepsionis.
"Lho, bu Damini nya kemana?" jelita mengedar pandangan mencari sosok penjaga perpus yang sudah akrab dengan dirinya.
Siswi Yang ditunjuk sebagai pengganti sementara bu Damini terperangah. Alih-alih menjawab pertanyaan Kiyoko, ia justru sibuk memuji kecantikan Kiyoko di dalam hati.
Primadona sekolah mengernyit. Lalu melambaikan tangan didepan si gadis pengganti. Kendati begitu, Si gadis masih tersesat di dunianya.
"Permisi?"
"Eh iya." Merasa konyol, gadis itu tertawa canggung. "Maaf, Mbak Kiyoko."
Kiyoko mengangguk singkat. "Bu Damini kemana ya?"
"Beliau lagi kebelakang dulu kak. Nggak lama lagi juga balik." Masih dengan cengiran kelewat lebar, ia mencoba bersikap seramah mungkin. "Barangkali mau minjem buku, di data sama saya aja dulu mbak."
"Nggak." Senyumnya tak kalah Ayu dengan senyum Amanda rawles. "Saya tunggu disini aja. Soalnya saya ada perlu dengan bu Damini. Nggak apa-apa kan?"
"Nggak kok mbak." Mendadak si gadis pengganti jadi grogi. Yajelas grogi. Untuk beberapa menit kedepan, gadis impian para adam di sekolah ini akan berada didekatnya. "Duduk dulu aja mbak, barangkali capek."
"Nggak usah. Saya berdiri aja disini," jawabnya santun.
Keduanya pun terlarut dalam kesibukan masing-masing. Kiyoko Yang sibuk membaca daftar pengembalian buku telat yang diletakan diatas meja. Dan gadis penunggu Yang sibuk mencuri pandang pada Kiyoko.
Sebenarnya primadona tahu, ada sepasang mata Yang sesekali menatapnya. Tapi dia memilih acuh.
Namun acuh tak bisa lagi menjadi pilihan tatkala pandangan keduanya beradu.
Gadis penunggu meringis pelan. Serangan malu kembali ia rasakan. Batin sudah siap bila Kiyoko mencercanya.
"Ada Yang salah sama saya?"
Nada bicara dingin masuk dalam perhitungan gadis penunggu. Kendati begitu, tetap saja ia merasa tidak siap. "Nggak kok mbak."
"Terus kenapa kamu liatin saya?"
"Itu, mbak cantik banget soalnya. Saya jadi terpesona hehehe..."
Kiyoko mengernyit. "Lesbi?"
Gadis pengganti langsung menyangkal. "Saya masih normal mbak. Saya masih suka Jefrin Nichol sama Iqbal Ramadan mbak!"
Sang Primadona masih bergeming.
"Serius mbak. Saya cuma kagum aja sama kecantikan dan keanggunan mbak." Tangannya bergerak menggaruk pipi Yang tidak gatal. "Sebenarnya saya sedang bandingin diri saya dengan mbak."
"Membandingkan?"
"Itu mbak, bukannya saya merasa sok cantik membandingkan diri dengan mbak. Cuma tadi, temen saya bilang kalau ada fans mbak yang suka sama saya." Ia menjelaskan dengan terburu. "Saya heran aja mbak, kok bisa mendadak selera jomplang. Masa dari yang tadinya suka sama mbak Kiyoko malah jadi suka sama saya."
Kiyoko mengulum senyum. "Perasaan suka seorang fans ke idola dan rasa suka cowok ke ceweknya itu sekilas terlihat sama. Tapi sangat berbeda."
"Eh gimana mbak, maksudnya apa?"
"Juga, jangan jadikan fisik sebagai tolak ukur selera. Bisa jadi dia nemuin sesuatu di kamu yang nggak bisa dia temuin di saya."
Gadis pengganti mengerjapkan mata berkali-kali. Entah dianya yang bodoh, otanya yang tumpul, atau iq nya jungkir balik. Rasanya, perkataan sang primadona begitu sulit dia cerna.
"Gue mau pinjam buku ini, sama ini ya..." Seorang lelaki bermata sipit dengan kasar meletakan tiga buah buku didepan wajah jelita penjaga perpus.
"Sopan kah anda begitu?"
"Buruan, nggak usah pake sewot."
"Gue lupa nama lo siapa?"
"Gue tahu lo selalu iri dengan gue. Tapi jangan sejahat itu dong." Pemuda itu menghela napas.
"Siapa nama lo?"
Pemuda itu berdecak kesal. "Sunarto Rintarojak."
"Maaf lo ga bisa minjem buku disini, dosa lo udah banyak."
"Juminem [name], lo gitu banget sama temen sendiri."
"Eh jadi kamu yang namanya Nem?"
Kedua insan yang tengah berdebat menoleh pada primadona sekolah. Sedatangnya Suna, Kiyoko memang sengaja mengatupkan mulut rapat. Ia tidak ingin terlibat. Walau begitu, telinganya aktif mendengar. Dan begitu nama Juminem [name] terucap dari mulut Suna, dara Ayu tersebut pun bergegas membuka mulut.
"Iya, mbak saya Nem," aku gadis pengganti. "Kenapa ya?"
Senyum Kiyoko mengembang. Seketika dunia menjadi cerah. Kedua juniornya terperangkap dalam pesona gadis pujaan.
"Kalian cocok, aku dukung kalian bersatu."
ೄྀ࿐ ˊˎ-
Satu minggu yang lalu
✺ * · ✧ ⋆ · * . · . · · .. ✷ ✧ . . · + · * ✫ * ✷ ⊹ * ˚ . . + · ⋆ * . * . . · . · . * · . · · + . · ** ˚ . . + · ⋆ * . * . . · . · .
𝒟𝒶𝓃𝒹ℯ𝓊𝓁𝒻
22-01-2021
˚ ⊹ · * ✧ ⋆ · * . · . · · .. . . · + · * ✫ * ⊹ * ˚ . . · ⋆ * . * . . · . · . * ·
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro