Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Knock Knock Loving You (1)

Pingxie Fanfiction Collection
Written by Shenshen_88

Disclaimer
Dao Mu Bi Ji belong to Kennedy Xu

Places, event, and organization in this story are fiction.

======

Knock Knock Loving You

"Villain wears many mask, none so dangerous as the mask of virtue"
(Ichabod Crane)

*****

Wu Xie duduk dekat jendela, menatap keramaian jalan yang tidak dia minati. Hiasan labu berjajar di beberapa tempat dengan seringai menakutkan yang terukir di permukaannya. Malam perayaan Halloween, dia kembali ke saat-saat yang paling dia benci ketika pikirannya terus memeriksa kembali saat terakhir mengikuti perayaan semacam itu, dan bagaimana jejak kenangan kelam menghantuinya sepanjang waktu.

Malam itu, setelah pulang dari kerja paruh waktu di sebuah toko, Wu Xie memutuskan tidak mengikuti pesta perayaan Halloween di taman dekat perumahan. Dia memilih duduk di Coffee Talk, sebuah kedai kopi dengan gaya vintage yang tenang, berjarak lima menit jalan kaki dari hiruk pikuk pesta kostum anak-anak dan remaja. Dia hanya ingin menenangkan diri sebentar saja, karena ia memiliki seseorang yang menunggunya di rumah.

Kedai kopi tidak memiliki banyak pengunjung malam ini. Tidak ada dengung percakapan selain alunan musik "Romance in F" yang mengalir lewat pengeras suara.

Suara langkah kaki berderap dan tergesa tiba-tiba mengusik ketenangan kedai. Seorang tamu lagi telah datang, dan bergerak ke arah Wu Xie berada.

"Pangzhi?" Sepasang mata Wu Xie cemerlang oleh kegembiraan melihat siapa yang datang. Pemuda gendut yang selalu meramaikan kampus dengan tindakan onarnya, terlihat mengendap-endap dengan gaya mencurigakan. Satu tas hitam tersampir di bahunya.

"Terkejut?" Pangzhi menyeringai.

"Aku tidak menduga kedatanganmu. Kupikir kau bergabung di pesta perayaan Halloween bersama kawan-kawanmu."

"Aku baru saja melarikan diri," gumam Pangzhi, terkekeh. Tangannya meletakkan tas hitam di kursi.

"Jadi di dalam situ ada kostummu?"

"Vampir." Pangzhi memasang wajah seram dan membuka mulut lebar-lebar memperagakan cara vampir menghisap darah korban.

"Uh! Keren, bukan?" Wu Xie tertawa kecil.

"Yah, tapi jujur saja. Perayaan ini membosankan. Walaupun aku tak pernah kehabisan inspirasi dalam kostum mengerikan."

Pangzhi memanggil pelayan dan memesan secangkir espresso, dia bergabung di meja Wu Xie yang telah lebih dulu memesan kopinya.

"Tentu saja. Kita tidak akan pernah kehabisan monster dan hantu untuk diduplikasi," sahut Wu Xie dengan gaya filosofis.

Keduanya terlibat percakapan yang cukup akrab, memberikan rasa hangat pada hati Wu Xie yang tengah sepi.

Pelayan datang menyajikan secangkir espresso di atas meja, tepat di hadapan Pangzhi.

"Mengapa kau berada di sini? Tidak mengikuti perayaan Halloween?" tanya Pangzhi, menyesap kopinya.

Wu Xie menggeleng, ekspresinya rumit. "Aku berhenti merayakan Halloween sejak delapan tahun yang lalu."

"Woah? Benarkah? Kau akan kehilangan satu momen hiruk pikuk yang menyenangkan."

"Kita tidak akan merasa kehilangan atas kesenangan yang tak pernah kita miliki." Wu Xie mengukir senyuman pahit, seolah menahan luka.

Sebagai pemuda yang telah hidup selama dua puluh tahun, Wu Xie mempercayai kalimat itu. Misalnya saja, sejak awal, kasih sayang orang tua tidak pernah benar-benar ada untuknya. Sehingga ia tidak pernah merasa kehilangan karena ia memang tidak pernah mendapatkannya. Mereka bertengkar, berpisah, dan ayahnya menjadi pemabuk yang sering memukulinya sebelum pria itu akhirnya mati konyol dalam sebuah kecelakaan. Sang ibu pergi dan tak pernah kembali, dan Wu Xie berjuang kuliah sambil bekerja demi melanjutkan hidup.

"Kau memiliki kenangan buruk terkait Halloween?" tanya Pangzhi hati-hati. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya.

"Tidak secara langsung," desahnya, lantas dengan cepat mengubah ekspresi, dan membelokkan percakapan dengan luwes.
"Mari kita bicarakan hal lain. Bagaimana hubunganmu dengan para gadis penggemarmu? Kudengar mereka mendirikan semacam klub."

"Omong kosong!" Pangzhi mengibaskan tangan, mengusir asap rokok yang naik di depan wajahnya.

"Ada mayat!!!"

Teriakan itu melengking dari arah taman tempat anak-anak dan remaja berkumpul dengan mengenakan berbagai kostum.

"Apa yang terjadi?!" Wu Xie dan Pangzhi tercengang oleh kerasnya teriakan itu.

"Ayo kita lihat! Mungkinkah ada masalah?" Pangzhi mematikan rokok pada alas cangkir dan berdiri seketika.

Menyambar tas masing-masing, keduanya bergerak cepat, menyelesaikan pembayaran, dan melesat ke luar kedai.

*****

Seorang pria separuh baya ditemukan tergeletak dekat tiang lampu jalan. Beberapa meter darinya, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun berkostum Frankenstein meringkuk ketakutan. Seorang anak perempuan lain berdiri di sana, menjerit melihat kondisinya. Pria separuh baya itu tewas dengan kepala mengucurkan darah. Jelas sekali luka itu disebabkan benturan benda keras. Mungkin terbentur tanpa sengaja, atau mungkin dipukul oleh seseorang.

Wu Xie dan Pangzhi terlibat dalam keriuhan itu. Beberapa orang anak berlarian panik, yang lebih dewasa berusaha menelepon ambulan. Sisanya adalah kekacauan, tangisan, dan jeritan keputusasaan. Tampaknya, perayaan Halloween malam ini benar-benar telah mengundang monster sesungguhnya.

"Sepertinya ini pembunuhan," gumam Wu Xie. Wajahnya terlihat sepucat kertas, menatap kondisi pria malang itu penuh kengerian.

"Siapa yang terakhir kali bersamanya?" dia bertanya pada beberapa orang anak yang berkumpul di lokasi.

"Dia ... " anak perempuan yang menjerit itu menjawab dengan suara gemetar ketakutan, telunjuknya terarah pada anak laki-laki berkostum Frankenstein.

Wu Xie berjongkok di hadapan anak itu hingga tatapan mereka sejajar. "Bisa kau katakan apa yang terjadi?"

"Aku dan temanku mengetuk pintu setiap rumah untuk membagikan permen apel."

"Kalian hanya berdua saja?"

"Jalanan tidak gelap, dan banyak hiasan labu serta lampu. Kami berpencar. Banyak anak yang melakukan itu tapi tak pernah ada bahaya apa pun sebelumnya."

"Tapi ini malam hari ..." Wu Xie mendesah tidak paham.

"Seorang penjahat bisa saja mengintai dari balik kegelapan," Pangzhi menyela, suaranya memancarkan kekhawatiran.

Anak itu terlihat mengatur nafas dengan sulit, mengendalikan tangisannya. "Pria itu berjalan terhuyung-huyung sewaktu aku melihatnya."

Jeda sejenak, saat ia mencoba bersikap tegar.

"Di datang dari sana." Telunjuknya mengarah pada satu jalan kecil lurus dengan lampu-lampu jalan temaram.

Wu Xie terkesiap, menghirup udara malam untuk mengisi paru-parunya yang mendadak terasa sesak. Jalan kecil itu menuju rumahnya. Barisan rumah paling kecil dan sederhana dari seluruh rumah di kawasan ini.

"Dia terlihat menakutkan, tampangnya mirip penjahat di film-film. Kemudian dia mencoba bicara padaku."

"Apa yang dikatakan pria itu?"

"Dia memintaku ikut dengannya."

Wu Xie tertegun sejenak. Firasatnya mengatakan bahwa pria malang itu bermaksud tidak baik sebelum akhirnya seseorang menghajarnya sampai mati.

"Kau bersedia ikut dengannya?"

Anak itu menggeleng kuat-kuat. "Tidak. Ibu menyuruhku agar selalu hati-hati pada orang asing."

"Anak pintar," gumam Wu Xie, menepuk lembut bahunya yang masih gemetaran.

"Setelah itu apa yang kau lihat?" ia lanjut bertanya.

"Pria itu mulai memaksaku. Kemudian aku berteriak tapi dia membekap mulutku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba ada suara pukulan yang keras, pria itu terjatuh dan mati dengan kepala berdarah."

"Kau melihat pelakunya?"

Anak itu menggeleng ragu-ragu.

"Hanya sekelebat bayangan hitam. Gerakannya cepat sekali. Mungkinkah dia hantu?" ia terbata-bata, takut akan kesimpulannya sendiri.
"Ini malam Halloween, bukan?"

Wu Xie hanya meringis.

"Hantu tidak membunuh manusia," hiburnya.

Wu Xie dan Pangzhi belum memutuskan apa yang harus dilakukan sewaktu keriuhan kembali terjadi setelah ambulan datang diiringi sirine yang meraung-raung.

"Polisi mungkin akan tiba sebentar lagi," Pangzhi berbisik pada Wu Xie.
"Apa kau masih ingin melibatkan diri?"

"Aku penasaran, mari kita jelajahi kawasan ini. Mungkin pelakunya masih berada di sini. Kita harus segera menemukannya sebelum ia berkeliaran dan menghabisi korban lain."

Pangzhi berpikir bahwa itu bukan ide buruk. Dia mengangguk dan mengedarkan pandangan ke sekitarnya yang masih kental dengan nuansa Halloween.

"Dari mana kita memulai?" ia bertanya pada Wu Xie.

Ekspresi Wu Xie terlihat berbeda dari sebelumnya. Ada rona muram di wajah pemuda itu.

"Mari kita susuri jalan itu." Dia menggerakkan dagu pada jalan kecil remang-remang dari arah mana pria malang itu datang sebelum nyawanya melayang.

Diselimuti ketegangan, keduanya mulai berjalan dalam kebisuan, waspada, dan menyimpan banyak pertanyaan di benak masing-masing.

*****

Ada satu hal yang selalu kuinginkan saat hari Halloween tiba. Memakai kostum monster, makan kue dan membagikan permen. Saat aku kecil dulu, aku selalu ingin mengundang teman-temanku dan merayakan Halloween bersama. Seiring waktu berlalu, tahun berganti, aku pun beranjak remaja. Aku menyadari bahwa hidupku tidak seperti dunia anak normal lainnya. Aku tidak lagi menginginkan perayaan. Sebaliknya, aku menginginkan keheningan dan ketenangan yang mendalam. Mundur ke satu sisi di mana aku bisa sehari saja menjauhkan diri dari hidupku yang payah.

Malam ini perayaan Halloween. Aku tidak mengenakan kostum, atau berkeliaran di toko kue bersama teman-teman. Aku sendirian, merasa damai meskipun kesepian, dan aku terpenjara di satu tempat yang jauh dari hiruk-pikuk perayaan.

Ada kutukan kelam di malam ini yang menghantuiku dengan caranya sendiri. Kilau labu kuning yang menyala dengan mata-mata kosong menghitam. Bayangan monster berkeliaran, mengepung, menyerang, menghujaniku dengan pukulan brutal, dan mitos tentang roh jahat yang menghantui. Semuanya terkemas dalam satu ketakutan yang tersembunyi, melengkapi kegelapan malam yang putus asa.

Kegembiraan di pesta Halloween?

Omong kosong.

Knock! Knock!

Ada bunyi ketukan di luar pintu. Aku menatap pintu penuh rasa ngeri, terlalu takut membayangkan apa yang ada di baliknya. Ketukan terus berlanjut, dan seolah tanpa sadar, aku membuka pintu.

Sesosok bayangan tinggi dan hitam berdiri di depan pintu, dan satu pemuda lain yang babak belur terlihat meringkuk di kakinya. Bayangan hitam itu memakai jaket dengan penutup kepala, wajahnya ditutupi sehelai kain hitam. Tidak ada wajah yang bisa dikenali, hanya sepasang mata yang menyorot tajam, membuatku terpesona sekaligus merinding. Kemudian tatapanku beralih pada pemuda babak belur yang duduk di teras dalam cara yang menyedihkan.

"K-kau?" suaraku bergetar saat mengenali siapa pemuda yang meringkuk itu. Dia menggerakkan wajahnya ketakutan, merangkak dan menyentuh kakiku yang hanya mengenakan sandal rumah.

"Wu Xie, maafkan aku ... " pemuda itu nyaris menangis.

Maaf?

Aku mencibir benci. Tempo hari pemuda sialan ini memukuliku habis-habisan hanya karena ingin merampas dompetku. Sungguh preman sialan!

"Pergi dari hadapanku! Aku benci melihatmu!"

"Jika kau tidak memaafkanku, pria ini akan menghajarku sampai mati," pemuda malang itu merengek lagi.

"Aku tidak peduli. Pergilah ke neraka!"

Aku mundur dan membanting pintu hingga terhempas dengan keras. Aku menunggu beberapa saat lagi, waktu aku mengintip lewat tirai jendela. Aku melihat dua sosok itu telah menghilang.

[Tbc]

***Knock-Knock Loving You***
By Shenshen_88

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro