Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vision ~ 9


Wu Xie akan menunjukkan padanya tempat tinggal Touba. Apakah dia sungguh seserius ini menjadi informannya? Untuk alasan yang belum ia ketahui.

"Kau tahu di mana rumah Touba?" selidik Zhang Qiling.

Wu Xie mengangguk. "Tidak jauh dari Chloe Bars and Vins. Bahkan bisa dicapai dengan lima belas menit berjalan kaki."

"Aku tidak ingin merepotkanmu." Zhang Qiling sejenak ragu-ragu.
"Pangzhi pasti telah menemukannya dan ia akan segera mengabariku."

"Tidak masalah. Aku hanya perlu menunjukkannya padamu, setelah itu aku bisa langsung pergi ke bar."

Mendengar kesungguhan dalam suara Wu Xie, akhirnya Zhang Qiling menyerah. Dia mengemudikan mobilnya mengikuti setiap arahan Wu Xie untuk menuju ke rumah Touba.

Saat mobil berbelok untuk ke sekian kali memasuki satu jalan kecil berdebu, Wu Xie menunjuk pada satu flat tua dengan nomor terbuat dari logam karatan terpasang di pagar pembatas halaman. South Mail rd 132.

"Berhenti di sini," ujar Wu Xie.

Kerikil meludah dan debu naik ke udara akibat gesekan roda ban mobil yang menggesek permukaan jalan.

Wu Xie menggerakkan dagu pada flat bercat putih kekuningan ditumbuhi lumut tipis di beberapa bagian. Tempat itu seharusnya tidak terlalu buruk jika lebih bersih, meskipun bangunannya cukup lama.

"Touba tinggal di lantai lima." Wu Xie menoleh ke arah bangunan yang kini berposisi di samping kirinya.

"Hmmm..." Zhang Qiling mencondongkan kepala ke atas kemudi, mengawasi flat sepi dan muram di antara barisan rumah sederhana lainnya.

"Kau pernah datang kemari sebelumnya?" tanya Zhang Qiling.

Wu Xie menggeleng. "Aku hanya tahu sekilas."

Suasana di jalanan itu lebih tenang dibanding keriuhan jalan utama kawasan hiburan malam Jiangtan. Bertolak belakang dengan kemeriahan serta nuansa glamor di sisi lain, bagian ini terkesan lebih sederhana dan menyimpan cerita dari sisi lain kehidupan malam yang gemerlap.

Sekawanan burung layang-layang hinggap di atas kabel listrik yang melintang, bersilangan kusut di beberapa tempat. Sesekali, kendaraan sepeda motor lewat. Jalan ini nyaris tidak cukup jika dilalui dua kendaraan roda empat secara bersamaan. Untuk itu Zhang Qiling harus bergegas

"Aku akan memeriksa ke dalam. Kau tunggu di sini. Tidak akan lama."
Zhang Qiling membuka sabuk pengaman, menyesuaikan jas dan tanda pengenal yang tergantung di lehernya.

Ketika Wu Xie memeriksa arloji, dia melihat waktu sudah hampir pukul tiga sore. Sesaat ia menatap Zhang Qiling.

"Kau tidak bisa menunggu?" sang inspektur merasakan firasat buruk.

Wu Xie meringis."Yah, aku harus melakukan beberapa persiapan. Maafkan aku Xiao ge. Tapi aku harus pergi sekarang."

Zhang Qiling membatalkan niatnya untuk turun dari mobil, dan berkata tegas, "Aku akan mengantarmu ke bar, lalu kembali ke sini. Touba bisa menunggu. Lagipula jika ia memang terbukti terlibat dalam satu kasus kejahatan seperti kecurigaanmu, ia tidak akan bisa lolos begitu saja."

"Aku bisa mengandalkanmu. Kau bisa memeriksa rumah Touba sekarang. Lakukan pekerjaanmu dan aku akan melakukan pekerjaanku. Lagipula—"

Wu Xie menoleh ke luar melalui kaca mobil.

"Aku bisa mencapai bar melalui jalan alternative. Tidak terlalu memakan waktu."

"Tapi—"

"Tidak apa-apa Xiao ge." Mata Wu Xie berbinar saat ia memasang tatapan anak anjingnya yang fenomenal.

Zhang Qiling menelan liur. Dia benar-benar ingin memaksa Wu Xie, namun pemuda itu keras kepala dalam kelembutannya.

"Baiklah." Dia mengangguk lemas. Turun dari dalam mobil kemudian berjalan memutari bagian depan untuk membuka pintu di sisi lain.

"Terima kasih, kau manis sekali." Senyum Wu Xie terkembang oleh perhatian kecil itu.

"Aku akan menemuimu lagi di bar," Zhang Qiling berkata sambil menatap wajah tampan Wu Xie tanpa berkedip.

"Tentu. Sampai nanti, Xiao ge."

"Hati-hati selama kau bekerja," Zhang Qiling sungguh-sungguh mengatakannya, hatinya berkata bahwa dunia malam tempat Wu Xie bekerja  nampaknya penuh tekanan dan bahaya.

Mungkin di masa depan nanti, ia akan bisa mencarikan pekerjaan lain untuk Wu Xie, yang lebih cocok dan memiliki masa depan cerah. Tetapi itu bisa dibicarakan nanti. Saat ini kasusnya belum selesai.

"Baiklah. Aku pergi dulu." Wu Xie mulai melangkah.

"Wu Xie, kabari aku jika ponselmu sudah sembuh," Zhang Qiling memohon.

Tawa kecil Wu Xie berkumandang, ia menoleh seiring gumpalan debu naik dari permukaan jalan mencapai wajahnya. Wu Xie mengangkat tangan membentuk tanda lingkaran lewat telunjuk dan ibu jari.

"Oke!"

Pemuda itu mengambil satu jalan kecil menuju utara di antara barisan rumah dan flat diselingi pepohonan willow yang meranggas dan kurus. Tubuhnya perlahan semakin mengecil dan lenyap di tikungan ujung jalan.

Entah berapa lama Zhang Qiling berdiri termangu di samping mobilnya, mengawasi punggung pemuda yang disukainya, yang semakin menjauh, menuju dunia kerja yang kelam.

Dia terkesiap oleh satu pekikan klakson  menusuk telinga. Kembali ke dunia nyata, ia teringat tujuan utamanya mengunjungi kediaman Touba. Dia mengusap wajah, memutar tubuh untuk menghadap bangunan flat tua.

Tanpa dia sadari seorang wanita yang lumayan tua membuka pintu pagar sejak tadi, dan menatap padanya dengan sorot curiga. Zhang Qiling menduga wanita itu mungkin salah satu penghuni flat yang sama suram dan tuanya dengan wajah si wanita. Sebelum Zhang Qiling mengatakan sesuatu, wanita tua itu bergegas pergi menuju satu arah, meninggalkan sang inspektur termangu keheranan.

Zhang Qiling pada akhirnya tidak ambil pusing. Ia melirik ke atas, ke lantai lima flat. Barisan jendelanya kusam dan tertutup.
Seorang pejalan kaki melewatinya, menatap curiga padanya, bahkan nyaris takut. Nampaknya aura Zhang Qiling sebagai seorang petugas polisi dan tampilan dingin wajahnya membuat sebagian orang tidak nyaman. Dia membalas tatapan orang itu, sinis dan dingin. Mungkin para pejalan kaki di kawasan itu muak dengan kedatangan polisi yang berlalu lalang sejak beberapa hari terakhir.

Mengangkat bahu, Zhang Qiling bergerak menuju pagar halaman flat yang menjadi tujuannya. Begitu ia melangkah masuk ke halaman gersang dan tidak terurus, firasat kuatnya memperingatkan bahwa tempat ini menyimpan misteri dan berbau busuk.

Hanya beberapa langkah lagi menuju pintu utama sewaktu ponselnya berdering. Dia mengambil benda itu dari saku, memeriksa si pemanggil.
Pangzhi menelepon.

"Halo?"

"Xiao ge! Aku sudah mendapatkan alamat preman bernama Touba. South Mail Rd 132, unit lantai lima. Aku akan menuju ke sana sekarang juga, kita bertemu di sana."

"Aku sudah berada di alamat yang kau sebutkan." Zhang Qiling menghela nafas.

"Aiyaa, bagaimana bisa. Kau cepat sekali bergerak!" protes Pangzhi, tidak terima kekalahan.
"Informanmu benar-benar sigap."

Zhang Qiling mengatupkan bibir hingga menjadi garis kaku.
"Cepat kemari!"

Dia menutup telepon.

Sepuluh menit kemudian Pangzhi datang dengan sepeda motor besar milik patroli. Menggantung helm di stang motor, petugas berbadan gempal itu melintasi halaman di mana Zhang Qiling mondar mandir sejak tadi.

Keduanya berjalan masuk dan bertemu pemilik flat di lobi pada siapa mereka bisa bertanya tentang Touba. Pemilik flat seorang pria tua berambut kelabu dan wajah datar. Tetapi menyadari siapa yang datang, nampaknya ia berusaha keras untuk bekerja sama.

"Touba menyewa satu unit di flat ini, tepatnya lantai lima. Silakan ikuti aku." Pria itu membawa mereka pada satu sisi lobi yang setengah menjorok di mana sebuah lift berjeruji siap mengantar mereka ke lantai lima. Suara lift tua itu berderit menyakitkan telinga. Aroma besi karatan menguar kuat. Jelas sekali ini pemukiman kelas menengah ke bawah.

"Menyewa?" ulang Pangzhi sewaktu mereka berada dalam lift.

"Ya, sudah hampir lima tahun dia menyewa di sini. Aku menyarankan dia membeli satu unit untuk tempat tinggal tetap. Tetapi Touba mengatakan bahwa ia tidak berniat menetap di kota, melainkan ingin kembali ke kampung halaman satu hari nanti."

Pintu lift terbuka, dan ketiganya kini berjalan di satu lorong suram bercat abu-abu yang mengingatkan Pangzhi pada rona kematian.

"Kau tahu di mana kampung halamannya?" tanya Pangzhi.

Pria tua itu menggeleng. "Sebenarnya kami tidak banyak mengobrol, dia sangat sibuk di luaran. Entah pekerjaan apa saja yang dia lakukan. Kudengar ia beberapa kali berganti pekerjaan."

Setelah melewati dua kursi rotan dengan satu meja dan pohon palem mini di dalam pot tempat seseorang duduk santai di selasar sempit itu, mereka tiba di depan satu pintu.

Pria tua itu mengetuk beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Tak lama ketukan berubah menjadi gedoran.

"Maafkan aku, dia tidak ada di rumah. Mungkin dia pergi keluar."

Dia mengawasi kedua petugas dengan wajah acuh tak acuhnya. Mengucapkan kata semacam minta maaf terlihat aneh baginya.

"Kami sudah di sini, hanya butuh waktu singkat untuk menggeledahnya." Zhang Qiling tahu dia tidak membawa surat izin penggeledahan. Nampaknya kedatangan kali ini tidak akan membuahkan hasil.

Dengan nada muram, seolah-olah tiba-tiba memutuskan untuk mengungkapkan rahasia yang mengganggu yang telah dia simpan dengan susah payah, dia berkata, "Sayang sekali kami tidak bisa memeriksa kediamannya sekarang. Asal kau tahu, saat ini Touba dicurigai terlibat dalam satu kasus pemerasan. Kau tidak ingin ada kriminal tinggal dengan nyaman di tempatmu, bukan?"

 Warna kelabu kusam mata pria itu tampak lebih suram dari sebelumnya, warna itu telah diintensifkan dan diperjelas oleh suatu ketakutan baru. "Maksudmu, Touba seorang kriminal?"

Zhang Qiling menurunkan pandangannya ke lantai. Warna putih telah meningkat di pipi pucatnya. "Aku belum punya bukti, tapi kami memiliki sumber terpercaya."

Berpaling dari pintu untuk menatap pria itu, Pangzhi berkata, "Apa Touba selalu datang ke sini pada malam hari saat kamu tidur?"

"Yah, aku tidak selalu mengawasi para penyewa."

"Dia bilang dengan jelas padamu apa pekerjaannya?"

"Dia bilang hanya pekerja malam biasa di sebuah nightclub, tapi kurasa dia berbohong."

"Kau punya kunci duplikat?"

Pria itu mengangguk.

"Kuharap dia tidak mengganti kuncinya."

Setelah melalui proses menunggu, pria tua itu mengizinkan Zhang Qiling dan Pangzhi menyelinap masuk ke kediaman Touba. Kekhawatiran bahwa Touba adalah kriminal, dan ketakutan terseret dalam pusarannya, membuat pria itu melanggar aturan untuk tidak menerobos masuk tempat tinggal seseorang. Dia tidak ikut memeriksa ke dalam dan memilih menunggu depan pintu. Pangzhi meyakinkannya bahwa mereka hanya memeriksa dalam waktu cepat dan tidak mengganggu barang-barang milik Touba.

Tapi barang apa?

Saat mereka berhasil masuk ke dalam flat yang terdiri dari satu kamar tidur, dapur, dan ruangan utama itu, tidak ada barang apa pun yang menunjukkan bahwa seseorang pernah tinggal di sana. Suasana suram dan hawa pengap berbaur asap rokok menyambut kala mereka melangkah masuk ke dalam flat yang nyaris seluruh dinding dan tirai dilapisi debu tipis.

Kedua petugas memutar bola mata sebelum memutuskan untuk langsung memeriksa ke dalam kamar Touba. Tidak banyak barang di dalam flat itu, ruang tengah hanya ada meja dan sofa, dan rak sepatu berdebu. Kamar Touba juga nyaris kosong. Hanya ada tempat tidur. Satu lemari pakaian, cermin, serta satu kotak kayu besar di sudut ruangan yang ditutup kain seolah itu difungsikan sebagai meja tempat menaruh benda pajangan.

Perhatian Zhang Qiling langsung terpusat pada peti kayu di sudut kamar. Dia menarik kain penutup di atasnya, lantas berkedip lambat untuk beberapa saat.

Apa yang ada dalam peti itu? Apakah Touba setolol yang ia pikirkan, menaruh benda berharga di dalam peti kayu yang tak terkunci?

Tangannya dirayapi rasa dingin saat membuka peti kayu, memeriksa isinya dengan jantung berdebar. Peti kayu itu, sesuai dugaannya yang terburuk, berisi satu benda yang membuatnya terkesiap.

Ada satu tas olahraga berwarna merah di dasar peti, nampak lusuh dan tergeletak sembarangan. Dia mengambil tas itu, merk Puma.

"Pangzhi, lihat ini." Zhang Qiling mengernyit sinis, bisa ia pastikan bahwa tas Puma ini bukan milik Touba.

"Tas olahraga warna merah?" Pangzhi bengong sesaat.
"Apakah tas ini yang dilihat oleh supir nona Ning dalam mobilnya?"

Zhang Qiling mengangkat tas dari dasar peti, merasakan bobotnya. Jelas masih ada barang di dalamnya. Perlahan dan khidmat, ia membuka resluiting tas, apa yang ada di dalam membuat mata keduanya membelalak lebar. Ada beberapa gepok uang pecahan seribu dollar di dalamnya.

Menyaksikan uang menggiurkan itu, Pangzhi megap-megap. Tangannya terulur tapi segera ditepis Zhang Qiling.
"Tidak perlu menyentuhnya," ia berkata.

Mereka termangu untuk beberapa lama.

"Ning membawa satu juta dollar pada malam itu." Pangzhi mengingatkan Zhang Qiling yang disambut anggukan.

"Kukira ini hanya sisa." Inspektur itu mengamati dan menimbang-nimbang.

"Melihat jumlahnya, mungkin ini hanya sekitar tiga atau empat ratus ribu dollar."

Pangzhi mengernyit. "Jadi Touba mengambil sebagian besar dan menyisakan jumlah ini. Tapi kenapa dan untuk siapa?"

Semuanya semakin tidak terpikirkan. Si gendut mengetuk-ngetuk dagu dengan kuku, sementara Zhang Qiling mengembalikan tas ke dalam peti dan menutupnya seperti semula.

"Kau tidak menyita uang ini?" Ia memprotes, tidak paham atas tindakan Zhang Qiling.

"Dia pasti menyisakan uang ini untuk seseorang."

Zhang Qiling berdiri tegak dengan kedua tangan dalam saku jas.

"Kita biarkan uang ini sebagai umpan. Aku yakin seseorang akan datang untuk mengambilnya."

"Maksudmu, kita harus mengawasi tempat ini untuk menangkap basah seseorang?" Pangzhi menatap curiga, merasakan firasat buruk. Dan benar saja—

"Bukan kita. Tapi kau." Zhang Qiling beranjak meninggalkan ruangan.

"Astaga, Xiao ge! Jadi aku harus menginap di ruangan ini?" Ia mengikuti langkah Zhang Qiling menuju ruangan utama.

"Kau hanya harus berjaga di luar. Mungkin saja dia akan datang malam ini untuk mengambil uangnya."

"Tapi bagaimana aku bisa tahu seseorang itu penyewa atau memang tamu tak diundang?"

Mata tegas Zhang Qiling yang gelap menatap Pangzhi penuh pemikiran, dari awal ekspresi hingga akhir. Wajahnya menunjukkan ketertarikan dan kebingungan yang jelas, tapi tidak lebih. Dia jelas jauh dari mengetahui petunjuk apa pun tentang misteri itu seperti juga Pangzhi sendiri.

"Gerak geriknya mungkin akan lebih mencurigakan." Dia memberikan gambaran.

"Atau kita bisa meminta bantuan pada pak tua pemilik flat. Dia pasti mengenali wajah-wajah penghuni di sini."

"Kurasa ide yang kedua lebih praktis." Pangzhi menjentikkan jari, terkesan tidak mau repot.

"Ayo, kita harus bicara dengannya. Jika seseorang mencoba mendatangi tempat tinggal Touba, dia harus segera menghubungi salah satu dari kita." Zhang Qiling memberi isyarat dengan gerakan tangan untuk segera keluar dari ruangan itu.

"Tunggu, Xiao ge! Aku punya ide bagus. Bagaimana jika aku meminjam mobilmu untuk mengawasi dari luar, aku bisa segera memeriksa ke dalam flat jika pak tua itu menghubungiku." Pangzhi menyuarakan pemikirannya dengan bersemangat.

Zhang Qiling menatapnya, memikirkan tentang mengendarai motor patroli dalam perjalanan pulang. Rasanya sudah lama sekali. Dia tidak memiliki alasan untuk menolak, jadi dengan cepat ia mengangguk setuju.

~¤~¤~¤~

Saat Zhang Qiling mematikan mesin motor Pangzhi, sebuah penglihatan memuakkan melintas di benaknya, membakar semua harapan bahwa hari ini mungkin akan memberinya sedikit kedamaian dengan berjumpa Wu Xie. Tetapi rasanya hari ini cukup melelahkan. Insomnia membuat kepalanya sakit.

Dia melepas helm di kepalanya, melangkah turun dari motor Pangzhi setelah memarkir dengan baik di pelataran apartemen.

Matahari telah terbenam dan udara sore ini telah menjadi tenang, seolah-olah angin telah terdesak sepanjang hari oleh hujan tipis yang sempat turun beberapa waktu sebelumnya.

Dengan langkah cepat dia menuju pintu masuk utama, melewati meja satpam dan melintasi lobi untuk menuju lift.

"Inspektur Zhang!"

Satu suara yang ia kenal memanggilnya, dia berhenti, berbalik, dan melihat ke arah pintu di mana seseorang berdiri menatap padanya.

"Paman Pan Ma?" ia bergumam lebih pada diri sendiri. Ini kejadian yang tidak biasa. Paman Pan Ma jarang sekali mengajaknya bicara kecuali pertemuan mereka yang pertama.

"Aku menunggumu sejak tadi." Pria itu berjalan mendekat.

"Ada apa?" tanya Zhang Qiling waspada.

"Ada hal penting yang harus kusampaikan."

Paman Pan Ma menatapnya dengan cara yang aneh seolah dirinya adalah pasien rumah sakit jiwa yang tersesat.

"Aku menerima pesan untukmu."

"Pesan? Dari siapa?" Zhang Qiling merasa curiga. Siapa yang menitipkan pesan untuknya melalui Pan Ma. Rasanya itu tindakan yang keliru.

"Dia mengatakan dia adalah sahabatmu."

"Sahabatku? Siapa yang kau maksud?"

Pan Ma menghela nafas sekilas, lalu berkata dengan tenang.

"Namanya Pan Zi."

Zhang Qiling menatap kosong. Ini lebih nyata daripada gambaran mental yang terganggu, begitu vulgar sehingga seolah-olah paman Pan Ma sedang mengigau. Zhang Qiling tidak bisa mengelakkan bayangan insiden mengerikan yang terjadi, menerima sekilas momen yang tak terhindarkan di masa lalu. Pria ini pasti tengah mengolok-oloknya.

"Itu mustahil." Suaranya tercekik dan serak.

"Pan Zi telah meninggal."

~¤~¤~¤~

To be continued
Please vote 💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro