Vision ~ 30
Peristiwa malam sialan itu tidak akan bisa meninggalkan hidupnya dalam ketenangan.
Pikiran Jason kembali mengambil salah satu kenangan buruk itu, dan bayangan meresahkan mulai membanjiri. Dia nyaris tidak sadar bahwa ia digiring ke dalam mobil Zhang Qiling, duduk di kursi samping kemudi dengan ekspresi pahit. Ingin rasanya ia memercikkan air panas ke wajah sendiri untuk membuatnya merasakan sesuatu yang lain selain shock. Pemuda itu memejamkan mata dan berharap bayangan tentang malam nahas itu pergi. Tatapannya memancarkan ketakutan dalam kegelapan dan kepanikan yang luar biasa.
Zhang Qiling mulai mengemudi tanpa kata. Mulutnya masih menegang kaku, sulit bersikap ramah. Dia tidak terbiasa banyak bicara tapi malam ini ia ingin memarahi pria pucat di sampingnya. Sewaktu mobil melesat menembus jalanan sepi memasuki pukul sebelas malam, dia mulai memikirkan kata-kata yang tepat.
"Seharusnya kau melaporkan semua ini sejak awal," ia berkata sambil merengut. Sesekali fokusnya berpindah dari jalanan basah sisa hujan ke arah wajah bingung tahanannya.
"Kau dibodohi sekian lama oleh Touba dan temannya. Jika kau memang tidak bersalah seperti yang kau katakan, seharusnya kau bersikap berani, maka akan lebih banyak nyawa terselamatkan."
Tubuh keduanya terhuyung-huyung maju mundur mengikuti ayunan laju kendaraan yang dikemudikan dalam kecepatan tinggi.
Jason tidak menjawab. Dia berusaha sangat keras untuk tidak memikirkannya. Dia justru lebih memperhatikan jalan. Arah yang diambil Zhang Qiling akan melewati kawasan panjang Yanjiang Road sepanjang tepi sungai, tidak bisa dihindari, mobil akan melintasi lokasi kejadian malam menakutkan itu. Ada beberapa tempat yang tidak boleh dikunjungi oleh pikiran, karena kenangan itu akan diarahkan ke sana pula. Kegelisahan Jason semakin meningkat.
"Aku---entahlah ..." ia mendesah putus asa.
"Begitu banyak kematian. Semua ini untuk apa?" desis Zhang Qiling lagi, kembali bertanya-tanya. Dia mencoba memikirkan tetapi tidak terlalu berhasil membayangkan kejadian yang dialami Wu Xie. Semakin ia diam semakin bayangan itu terbentuk dalam rupa menakutkan dan berbeda-beda, membuat nafasnya sesak dan pikirannya panas. Apa pun lebih baik daripada mendidih dengan pikirannya sendiri. Zhang Qiling memutuskan untuk menumpahkan semua kemarahan pada pria tolol di sampingnya.
"Mengapa kau tidak menyelidiki ulang, saat Touba memerasmu dan Ning? Sebenarnya, kalian bisa mengatasi masalah jika tidak terlalu pengecut." Nafasnya tersengal oleh amarah, dan kebisuan Jason membuatnya mengernyit semakin dalam.
"Kau yakin pegawai bar itu masih hidup?" Akhirnya Jason bersuara, lemah.
"Dia masih hidup, dan ia tidak memberi para pecundang seperti kalian kesempatan untuk bernapas." Dalam hal ini, Zhang Qiling merasakan sedikit kepuasan. Wu Xie telah banyak membimbing langkahnya hingga sejauh ini.
Jason terdiam lagi. Tiba-tiba merasakan keheningan di dalam maupun di luar bagaikan deja vu. Desau angin, erangan anjing jalanan tanpa wujud, entah terpuruk di sudut gelap bagian mana. Suara-suara yang terdengar ganjil di telinga. Seketika Jason merasa bagaikan di neraka. Dia melirik Zhang Qiling dengan gelisah. Rasa cemas yang berubah dengan cepat menjadi ketakutan. Nalurinya mengatakan ada kehadiran mahluk lain di sekitar mereka. Entahlah. Yang pasti, bulu kuduknya meremang. Mobil melesat di sepanjang jalan raya tepi sungai, hanya beberapa ratus meter lagi dari lokasi kecelakaan yang dialami sahabatnya, Ning. Tubuhnya semakin lama semakin menegang oleh sensasi ketakutan yang aneh. Seolah-olah bayangan tangan Ning terulur berusaha menggapainya, menyeretnya untuk bergabung di neraka.
"Kau yakin? Benarkah kau bertemu dan bicara dengannya?" Gemetar, Jason berusaha menetralisir rasa takut, atau ia akan disebut pengecut lagi oleh orang di sampingnya.
Zhang Qiling mendecak geram, tidak rela seseorang sekotor Jason membicarakan sosok Wu Xie yang selalu di hatinya.
"Berapa kali kukatakan, dia---"
Saat itu sudut matanya menangkap satu bayangan melalui spion tengah. Satu sosok transparan, pucat dan kosong. Keindahan yang berubah menjadi ilusi, duduk diam dan kaku dalam keremangan. Sorot matanya tak lagi cemerlang, melainkan redup, hitam sekelam malam.
Wu Xie!
Zhang Qiling tersentak.
Wu Xie tiba-tiba duduk di kursi belakang mobilnya?
Bagaimana bisa?!
"Wu Xie!"
Dia memutar bahu sembilan puluh derajat, menengok ke kursi belakang.
Ajaib, tak ada siapa pun di sana.
Gelombang pasang dalam darahnya surut, selama satu atau dua detik, tidak ada seorang pun, baik itu bayangan di kaca apalagi nyata. Zhang Qiling berusaha menghirup udara.
Ini halusinasi, pikirnya.
Sebuah halusinasi yang aneh, pasti efek samping obat-obatan anti depressan. Tentu saja. Ini tidak masuk akal. Bahkan sakit. Tapi tetap saja, itu adalah bayangan Wu Xie.
Dan saat itulah pekikan keras keluar dari mulut Jason.
"Awas!!!!"
Terlonjak, lebih dari sekedar terkejut. Zhang Qiling memutar kembali wajahnya menatap ke depan. Sesosok tubuh berdiri di tengah jalan yang sepi. Seorang pemuda tampan. Pucat pasi di bawah terpaan sorot lampu depan mobil. Wajah itu membeku, tanpa ekspresi, serupa mayat tanpa roh. Sepasang mata gelap memancarkan dendam dan kebencian. Dia muncul tanpa peringatan, tanpa suara. Seolah-olah ia telah bersembunyi di sana sepanjang waktu. Menunggu seseorang datang dan bergabung dengannya dalam kegelapan.
Wu Xie ...!
Zhang Qiling yakin jantungnya telah berhenti. Dan memang ia pikir sebaiknya begitu. Tapi tidak. Nyatanya, suara-suara ilusi mulai beterbangan di sekitarnya. Lolongan angin di puncak pepohonan, gemuruh datang dari arah sungai. Tangisan anjing jalanan di lorong-lorong gelap yang terlupakan. Raung kesakitan mahluk tak kasat mata. Zhang Qiling tidak bisa bergerak, membiarkan mobil terus meluncur lurus ke depan.
"Inspektur! Apa yang kau lakukan? Belokkan kemudi!" Jason berteriak histeris.
Dia diguncang rasa shock, sama terguncangnya dengan Zhang Qiling. Tatapannya terpaku ke jalanan merentang lurus di depan. Tetapi bedanya, dia masih berpikir bahwa sosok yang menghadang jalan adalah manusia hidup yang bisa terluka. Sudah cukup ia melakukan kesalahan di masa lalu. Jangan jatuh korban lagi.
Tubuh Zhang Qiling seakan lumpuh total. Dalam detik-detik genting, Jason merebut kemudi, memutarnya kasar. Untuk beberapa saat mobil yang mereka kendarai meliuk-liuk, sebelum akhirnya, demi menghindari sosok pemuda tampan yang menghadang, mobil berbelok kasar ke kanan jalan, menghantam beberapa anak tangga, menghancurkan tembok rendah pembatas trotoar dengan sungai.
Hingar bingar menyayat suasana malam yang mencekam. Bunyi mengerikan tercipta akibat benturan keras mobil dengan batu bata. Kerikil meludah ke berbagai arah, seiring mobil SUV megah itu terbang menuju sungai.
Raungan Jason menggema di sela keributan. Ketakutan akan malapetaka yang tak bisa dihindarkan. Terhuyung di sisinya, Zhang Qiling menahan teriakan. Tidak bisa bernapas. Tidak bisa berpikir. Air mata menggenang di pelupuknya dan mulai mengalir di pipi. Dan ia tidak bisa menghapus mereka.
Wu Xie ...
Dia mengerang dalam hati. Bersamaan tubuh lemasnya terbanting banting dalam mobil yang jungkir balik di udara.
Tidak! Ini tidak mungkin ...
Wu Xie, mengapa kau berada di sana?
Sebenarnya ... apa yang terjadi padamu malam itu?
Ratapan Zhang Qiling teredam di udara malam, penuh energi gelap yang mendekap.
Jadi ini yang dialami Ning malam itu?
Dia memutar kemudinya sendiri dan terjun ke sungai, untuk menghindari seseorang di tengah jalan.
Seseorang itu adalah Wu Xie.
Mobil berputar sekali lagi sebelum menghempas permukaan sungai, melahirkan bunyi gemuruh semprotan air mengerikan.
Tidak!!
Byuuurrrr!!!
*******
Pemandangan di depannya seperti deja vu. Entah mengapa, Pangzhi merasa dia pernah menyaksikan adegan yang sama. Tunggu! Apakah saat dia melihat rekaman kecelakaan Ning di kamera pengawas?
Dia menghentikan mobilnya dan berteriak, "Astaga! Apa yang dilakukan Xiao ge?!"
Untuk beberapa saat, ketiga petugas polisi terpaku di posisi mereka. Tak ada siapa pun di jalan, ataupun binatang, yang mungkin bisa mengacaukan fokus Zhang Qiling dalam mengemudi. Mereka segera menghambur ke luar mobil, berlarian menuju tepi sungai, melompati serpihan tembok hancur yang berserakan.
Mereka terperangah, tenggelam dalam rasa shock yang hebat. Lampu belakang mobil sang inspektur perlahan-lahan semakin redup dan tenggelam, meluncur jatuh ke dasar sungai.
Pangzhi lebih cepat pulih dari hipnotis mengerikan itu. Dia berbalik, mengambil ponsel dan menghubungi markas.
"Wang Pangzhi di sini. Kami butuh tim sar dan ambulan, Yanjiang Road bagian utara. Inspektur Zhang tenggelam. Kirimkan sekarang!!"
*******
Kejutan air dingin sesaat melumpuhkannya dan membuatnya meringis kesakitan, tetapi ketika Zhang Qiling membuka matanya, dia bisa melihat lagi. Lampu depan mobil padam, tapi jam digital dan spidometer di dasbor masih menyala.
Dia tidak bisa melihat banyak, tapi tidak banyak yang bisa dilihat di bawah permukaan sungai yang tertutup malam. Serpihan kaca remang-remang membingkai kaca depan yang pecah. Di luar, air hanya terungkap oleh pendar keperakan yang berliku-liku yang menyoroti permukaannya yang pucat dan memberikan kilauan gelap yang mengapung kusut di atasnya. Tepi sungai hilang dalam kegelapan mutlak. Mobil tampaknya sedang meluncur turun ke dasar sungai.
Mereka terseret ke bawah, di mana akhirnya arus pasti akan berubah lebih bergejolak, membawa mereka ke jeram atau bebatuan atau lebih buruk lagi. Sekilas, Zhang Qiling memahami ekstrimnya situasi mereka. Tetapi bayangan wajah di tengah jalan kembali mengirimkan awan kabut tebal ke dalam pikirannya.
Menggigil, dia melepaskan diri dari ikatan sabuk pengaman, dan menyentuh bahu Jason. Wajahnya mengerikan di balik kilatan aneh. Mata terpejam, kulit pucat, bibir tak berwarna, darah mengalir, tapi tidak menyembur dari luka di sisi kanan kepalanya. Dia mengguncangnya perlahan, lalu sedikit lebih keras, memanggil namanya.
Mereka tidak akan bisa keluar dari mobil dengan mudah terutama karena sekarang mulai bergerak lebih cepat. Kesempatan untuk selamat mungkin sangat kecil.
Jason tidak bisa dibangunkan.
Air sungai menyembur ke dalam, naik ke ketinggian tempat duduk, mengaduk-aduk benda-benda kecil yang membiaskan cahaya pucat.
Zhang Qiling menarik kakinya keluar dari air, dan menampar kaca mobil dengan putus asa berharap bisa membukanya. Tapi dia telah tenggelam dalam tingkat ketidaksadaran yang lebih dalam. Semua menjadi kabur, bagaikan ilusi.
Air yang berputar-putar naik dan sungai itu sedingin es. Zhang Qiling merasakan kehangatan mengalir keluar dari tubuhnya seolah-olah itu adalah darah yang memancar dari arteri yang terputus. Saat panas tubuh keluar darinya, hawa dingin mengalir masuk, dan otot-ototnya mulai terasa kaku dan sakit.
Kemudian hanya ada kabut. Dia ingat kegelapan kegelapan pekat telah datang sebelum kabut. Apakah itu berarti dia menuju kematian?
Rasa sakitnya ada di suatu tempat di bawah suara. Rasa sakit itu berada di dekatnya. Hanya itu yang dia tahu.
Untuk beberapa waktu yang terasa sangat lama, keheningan mengerikan di dasar sungai menekan dan mendekap kuat. Zhang Qiling mulai panik, mendorong pintu mobil yang terkunci dan sulit dibuka. Semakin ke dasar, dia tidak tahu di mana dia berada dan tidak peduli untuk mengetahui keduanya. Dia berharap dia mati, melalui kabut rasa sakit yang memenuhi pikirannya seperti awan badai musim panas, dia tahu dia menginginkannya. Kematian.
Seberkas cahaya putih samar menjelma beberapa meter di depan kaca mobil. Seperti gerakan berenang yang gemulai namun mantap. Dalam kegelapan pekat, bahkan setitik cahaya akan terlihat bagai harapan. Zhang Qiling tidak tahu bahwa saat melihat cahaya itu, dia akan sangat terkejut hingga lebih baik ia terjebak dalam kegelapan dasar sungai.
Cahaya itu semakin bergerak mendekat, semakin mendekat, dan Zhang Qiling membelalakan matanya di dalam air, bersama gelembung udara yang melesat dari paru-paru kemudian melalui hidungnya.
Cahaya itu bukan ilusi. Sesosok tubuh memancarkan cahaya redup datang padanya.
Wu Xie ...
Jika Zhang Qiling bisa bicara, ia akan memanggilnya dengan keras. Tetapi suaranya menghilang, hanya ada jeritan hatinya yang teredam.
Wajah tampan Wu Xie kini berada tepat di depan mata. Terhalang kaca jendela. Menatap kekasihnya.
Tatapan keduanya terkunci dalam momen penuh keajaiban dan ilusi. Dia mengangkat tangannya seolah-olah menjangkau ke arah Zhang Qiling. Di dalam mobil yang terkunci, wajah Zhang Qiling berputar mengikuti pergerakan Wu Xie. Seolah-olah apa pun yang mengikatnya pada kenyataan telah terputus.
Dengan mudah, Wu Xie membuka pintu kemudi dari luar, mengulurkan kedua tangannya untuk menarik Zhang Qiling dari dalam. Sementara Jason dibiarkan sekarat tak berdaya.
Dia terus menarik dan mengangkat tangannya. Perlahan Zhang Qiling berhasil mengangkat tubuh dan wajahnya. Menatap kenyataan. Jari-jarinya mengusap wajah bercahaya milik Wu Xie. Tatapan yang hangat, mencoba menenangkannya di ambang kematian. Lebih banyak air mata datang. Zhang Qiling dengan lembut membelai wajah naif itu dan merasakan hatinya hancur dan hanyut di seret gelombang.
"Wu Xie ..." bisiknya.
Mereka bertatapan di sana selama satu atau dua detik lagi. Kemudian Wu Xie tersenyum sedih, mengatakan sesuatu pada kekasihnya. Zhang Qiling tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi ia bisa membaca gerak bibirnya.
"Xiao ge ..." ujar Wu Xie. Matanya berkedip lambat dan sedih.
"Maafkan aku ..."
Perih menyayat perasaan keduanya. Melahirkan kesedihan yang menyakitkan.
"Aku telah membohongimu selama ini. Namun percayalah, jika semua tentangku adalah ilusi, aku harap kau masih bisa percaya bahwa cintaku adalah nyata ..."
********
Hikkzzz.. this chap is so hurt.
😣😣
Sebenarnya apa yang terjadi?
Masih pada minat baca ga reader tercinta?
Please vote and komen 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro