Appointment 8
Satu pekan kemudian
Zhao Yunlan duduk di dalam Aston Martin-nya, berhenti di lampu merah dan menatap lurus ke depan.
Lalu lintas Shanghai masih cukup padat pada pukul sebelas malam. Sebuah sedan putih berhenti tepat di samping mobilnya. Di luar kebiasaan, Zhao menoleh untuk melihat siapa yang berhenti itu. Mungkin saja seseorang yang dia kenal.
Pria yang mengemudikan mobil itu tidak terlihat jelas. Tetapi seseorang yang duduk di sampingnya tampak sangat mirip dengan seseorang.
Zhao mencengkeram kemudi.
Bukankah itu Yu'er?
Zhao memicingkan mata. Dia melirik lampu merah dengan detik hitungan mundur. Masih empat puluh detik. Dia mengambil ponsel dan menekan nomor Yu'er.
Gadis di dalam sedan putih itu benar-benar mengangkat ponselnya!
"Hallo?"
"Hai, Yunlan."
"Maaf aku pulang terlambat lagi. Kau sudah tidur?"
"Tidak masalah. Aku sedang berada di rumah sakit. Salah seorang kawanku sakit parah. Yah, kau tahu, aku harus menjenguknya dan tak terasa waktu sudah malam."
"Oke. Sampaikan pada temanmu, semoga lekas sembuh."
"Terima kasih."
Zhao Yunlan menutup teleponnya dan ia menyaksikan gadis di sedan putih itu tertawa seraya menoleh pada pemuda di belakang kemudi.
Zhao menelan ludah yang terasa pahit.
Ternyata benar dugaannya.
Yu'er berselingkuh.
Lampu berubah hijau dan Zhao kembali menginjak gas sambil menoleh sekali lagi pada jendela sedan putih.
Sekali lagi ia menyadari bahwa gadis itu memang Yu'er. Dan sekali lagi ia menyadari betapa ia telah melakukan kesalahan besar dengan menikahinya, tak perlu lagi bertanya-tanya apakah dirinya telah membuat keputusan yang benar dengan memilih perpisahan.
Setengah jam kemudian, Zhao Yunlan tengah mengemudi menuju Hangzhou.
Dia memutar arah seketika setelah melihat dan mendengar kebohongan Yu'er. Dia tidak ingin pulang ke rumah. Dengan begitu mungkin ia bisa menghindari pertengkaran dengan istrinya.
Pemuda itu tidak tahu harus kemana dan mau tidur di mana. Hanya mengikuti nalurinya, dan itu membimbingnya ke depan bangunan Metropark.
Lewat tengah malam, pusat kota Hangzhou masih cukup meriah dengan lampu-lampu kendaraan.
Zhao Yunlan memarkir kendaraan di pelataran parkir gedung. Membuka pintu dan melangkah keluar.
Angin malam menampar wajahnya. Dia berdiri kaku seperti seekor binatang terluka yang berusaha menegakkan diri. Bersandar pada mobilnya, dia mengamati kendaraan di jalan raya depan sana yang berlalu lalang.
Fakta bahwa dia melihat jelas perselingkuhan istrinya sama sekali tidak membuatnya sedih, dan itu yang menakutkannya. Saat hati seseorang tidak bisa merasakan emosi apa pun. Hidup akan terasa datar dan membosankan.
Sudah seminggu lebih dia tidak menemui dr. Shen. Zhao Yunlan merasa kali ini dia benar-benar harus menemuinya. Terakhir kali mereka bertemu, Zhao Yunlan mempertontonkan sikap kekanak-kanakannya. Kali ini ia ingin membangun kembali keakraban, setelah saling mengasingkan diri.
Tapi pada jam begini, tidak mungkin menemui dr. Shen. Pemuda itu sangat santun, dan menjunjung tinggi tatakrama. Tidak berani berbuat nakal. Menerobos pintu rumahnya malam-malam akan membuat dirinya diusir seperti maling.
"Kau tunggu saja di sini sampai pagi," suara seseorang menggumam tepat di sampingnya.
Uwahh!!!
Zhao Yunlan mundur terhuyung-huyung. Pria tua itu datang lagi. Berdiri santai, ikut bersandar pada mobilnya.
"Kau lagi?!" dia memekik.
Beruntung, tak ada siapa pun di sekitar mereka. Jadi cukup aman bagi Zhao Yunlan untuk mengomel tanpa dikomentari gila oleh orang-orang.
"Aku tidak tahan melihat orang kesepian." Pria itu terkekeh.
"Jadi aku datang untuk menemanimu."
"Isshh tidak perlu..!" gerutu Yunlan.
Aroma wangi aneh menguar dari tubuh pria tua itu. Zhao Yunlan merasa hidungnya ditusuk. Aroma itu sangat tajam, tidak cocok dengan penciumannya.
Dasar kakek-kakek, ia membatin.
"Kau merindukan dr. Shen-mu bukan?"
Zhao Yunlan mengernyit. Kemudian mendesah berat.
"Aku harus menunggunya sampai klinik buka di pagi hari," ia bergumam.
"Jadi, kenapa tidak mencari hotel?"
Zhao Yunlan menggeleng.
"Aku merasa tidak akan bisa tidur semalaman. Lebih baik menikmati kesendirian di sini. Pelataran parkir ini lumayan tenang juga di malam hari."
"Kalau begitu aku akan menemanimu sampai pagi."
"Tidak! Tidak! Kau pergi saja," Zhao Yunlan berkata panik.
"Lagipula begadang tidak baik untuk orang tua."
Pria tua itu tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah anak muda. Lain kali jika kau butuh teman bicara, aku akan datang lagi."
"Tidak! Terima kasih." Zhao Yunlan berdiri lemas. Dia bergegas membuka pintu mobil, menyelinap di kursi. Ia menangkupkan wajah pada kemudi, menolak menatap teman tak diundang itu.
Saat ia mengangkat wajahnya lima menit kemudian. Pria tua itu sudah menghilang.
💜💜💜
Zhao Yunlan berdiri bimbang di depan pintu klinik berwarna putih bersih bertuliskan Eternity. Ini sudah pukul sembilan. Dia tahu dr. Shen pasti sudah datang, bahkan mungkin saja belum memulai appointment pertama dari jadwal pasien hari ini.
Dia memperhatikan penampilannya. Sedikit berantakan, meski tidak terlalu buruk. Beberapa bagian kemeja dan blazernya kusut, jejak-jejak dari insomnia dan gelisah di dalam mobil.
Dia sudah mencuci muka tadi di wastafel umum, jadi sudah cukup segar. Mungkin hanya otaknya saja yang berminyak, sehingga sulit menguraikan emosi yang membelitnya sejak semalam.
Pintu klinik itu terbuka setengah, ia mendorongnya dan melangkah masuk.
Dugaannya benar, klinik itu masih sepi. Gadis perawat dengan blazer warna biru langit, Li Qian, menoleh padanya, mengawasinya dengan tatapan curiga.
"Anda lagi," dia menggumam. Dia menghampiri Zhao Yunlan yang berdiri gelisah dua langkah dari ambang pintu.
"Anda sudah membuat janji temu dengan dr. Shen?"
"Bukankah kau harusnya lebih tahu, kau asistennya bukan?" Zhao Yunlan menyahut malas.
Li Qian berbalik menuju mejanya. Gadis itu setenang dr. Shen. Hanya keramahannya yang nampak palsu. Begitu setidaknya prasangka Zhao Yunlan.
Gadis itu bahkan tidak mempersilakan aku duduk, gerutu Zhao Yunlan dalam hati.
Li Qian memeriksa sebuah daftar di monitor laptop, dan mengangkat wajah menatap Zhao Yunlan.
"Anda tidak memiliki janji temu dengan dr. Shen."
Zhao Yunlan melirik acuh tak acuh, suaranya ringan dan santai saat menyahut.
"Dr. Shen sudah menjadi temanku, kupikir aku bisa menemuinya kapan saja."
"Maaf, tapi itu di luar jadwal Anda akan mengacaukan jadwal pasien yang lain."
"Dr. Shen tidak akan menerima pasien sepanjang hari ini," tukas Zhao Yunlan.
Li Qian mengernyit.
"Kenapa?"
"Karena hari ini hanya aku pasiennya." Pemuda itu terkekeh, melipat kedua lengan dan bersandar di ambang pintu.
Li Qian kembali berjalan menghampirinya, masih mempertahankan kesopanan saat kembali bicara.
"Aku benar-benar terkejut, kondisi Anda justru semakin memburuk setelah menjalani beberapa kali sesi pertemuan dengan dr. Shen. Aku memiliki dugaan bahwa Anda sebenarnya tidak memiliki keluhan apa pun. Anda hanya ingin mengacaukan kami."
Zhao Yunlan terbahak.
"Beginikah harusnya sikap seorang perawat yang baik. Kau harus belajar lagi tentang hospitality. Aku benar-benar memiliki masalah dan harus bertemu dr. Shen."
"Anda bisa menemuinya besok sore."
"Kenapa tidak bisa sekarang?"
"Dengar. Kami punya cara kerja sendiri dan Anda tidak bisa mengubahnya seenak hati."
Zhao Yunlan pura-pura terkejut, dia melebarkan mata.
"Kami? Kau beberapa kali mengatakan kami, apa kalian sudah menjadi satu kesatuan?" Dia mengangkat telunjuk, mengarahkannya pada Li Qian, lantas menunjuk pintu putih yang tertutup di seberang ruangan.
Li Qian," Maksudmu?"
"Kau dan dr. Shen, apakah kalian pasangan?" Zhao Yunlan mulai omong kosongnya lagi. Mengabaikan wajah Li Qian yang seketika cemberut, tetapi terlihat sedikit jengah dan malu.
"Aku rasa ini bukan urusanmu."
"Jadi benar?"
"Apa?"
"Kau menahanku untuk bertemu dr. Shen karena kau menyukainya dan kau cemburu padaku."
"........."
"Kau sangat tidak professional." Zhao Yunlan mendecakkan lidah.
Li Qian tercekat, dia benar-benar kehabisan akal untuk menghadapi pemuda ini. Dia menduga-duga apakah Zhao Yunlan sudah memasuki tahap gangguan mental akut.
Bagaimana mungkin dr. Shen yang berwibawa, intelek, dan sangat menjaga reputasinya, adalah seorang gay?
Pasien ini sedang mengalami delusi.
Di ruangannya di sisi lain klinik, dr. Shen samar mendengar percakapan mereka. Dia bangun dari kursi kerjanya, menuju pintu, membukanya sedikit untuk melihat siapa yang datang.
"Yunlan..." dia bergumam.
"Apa yang dia lakukan di klinik pagi-pagi begini?"
Saat itu seorang pria berusia sekitar dua puluh lima mengenakan setelan yang sangat baik dan rapi, berjalan memasuki klinik. Meski terlihat anggun, ekspersi pria itu bengong dan terlihat mudah sekali terkejut.
"Selamat pagi Tn.Gao. Silakan, dr. Shen menunggu Anda di ruangannya," Li Qian menyapa pria yang baru datang dan mengabaikan Zhao Yunlan.
Yunlan menoleh pada pria itu dan ikut-ikutan menyapa ramah.
"Ah, halo Tn. Gao. Aku Yunlan, aku minta maaf tapi dr. Shen sedang ada pasien pagi ini."
Li Qian membelalak tak percaya, dia tersenyum canggung pada pria bernama Gao.
"Tn.Gao, silakan masuk saja. Aku akan menghadapi pemuda ini. Dia menderita gangguan kecemasan akut dan paranoid, jadi tolong..."
Sekali lagi Zhao Yunlan menukas dengan gayanya yang sok.
"Aku menyesal kalau ada kesalahan jadwal." Nada suaranya sedikit mengancam sekarang, membuat pria bernama Gao mundur selangkah dan terlihat sangat gelisah.
"Sejujurnya dr. Shen tidak akan punya waktu untuk siapa pun kecuali aku. Jangan tersinggung. Anda bisa datang lagi besok."
Mendengar ketegasan dalam suara Zhao Yunlan, pria itu tiba-tiba tersulut kemarahannya dan membentak-bentak.
"Apa-apaan? Ini bukan klinik kesehatan jiwa, tapi klinik yang berisi orang gila semua!"
Li Qian terkesiap, dia mengulurkan lengan pada pria itu, mencoba menenangkan.
"Ah, bukan begitu Tuan Gao. Perawatan Anda baru setengah jalan. Anda harus menuntaskan konseling hari ini, silakan. Dr. Shen ada di ruangannya."
Pria bernama Gao mundur. Ekspresinya berubah-ubah dari marah seketika menjadi cemas, lantas membelalak lagi.
"Aku tidak akan sembuh. Kalian menipuku. Kalian hanya sekumpulanan badut," dia menceracau.
"Astaga..." Li Qian mendesis, gelisah.
Zhao Yunlan tersenyum mengejek.
Saat itu dr. Shen keluar dari ruangannya dan berjalan anggun menuju ke arah mereka.
"Tn. Gao. Anda rupanya, mari ikut saya ke dalam." dr. Shen tersenyum professional pada pria bernama Gao, dia berusaha tidak melirik Zhao Yunlan.
Wajah Tn. Gao merah padam melihat kemunculan dr. Shen.
"Ah ini dia penipu sebenarnya, kalian... kalian..." Dia memandangi orang-orang di depannya silih berganti.
"Kalian semua bersekongkol!"
"....."
"....."
"....."
Pria bernama Gao itu menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat dan mundur beberapa langkah sebelum berbalik dan bergegas keluar klinik, seorang pria lagi muncul menghampirinya. Sepertinya seorang asisten.
"Tn. Gao, Anda sudah selesai? Cepat sekali."
Ketiga orang di dalam ruangan klinik berdiri membisu. Keheningan berlangsung beberapa lama.
Zhao Yunlan menatap dr. Shen dengan pandangan minta maaf.
"Aku sangat menyesal." Dia mengulum senyum.
"Kau pengacau," gerutu Li Qian.
"Tn. Gao penderita paranoid, dia sudah dua bulan konseling di sini dan kondisinya semakin membaik. Dalam sekejap kau menghancurkan reputasi dr. Shen."
"Aku sudah katakan, aku menyesal," Zhao Yunlan menyahut, kembali berlagak terkejut.
"Kau juga tadi menyebutku penderita paranoid, mungkin pasien itu merasa tersindir."
Li Qian menutup sebagian wajah dengan telapak tangannya.
"Jadi sekarang apa maumu? Kau puas sudah mengusir salah seorang pasien dr. Shen. Asal kau tahu, Tn. Gao sangat kaya dan dia salah satu pasien yang bisa menyumbang banyak pada klinik ini," sembur Li Qian.
"Aku tidak peduli, aku akan membayar semua kerugian klinik, sepuluh kali lipat!"
Dr. Shen memijat-mijat batang hidung, bingkai kacamatanya yang terbuat dari logam terlihat agak turun.
Dia sudah menemui insiden tidak menyenangkan pagi-pagi dan itu membuatnya pusing.
"Kau pemuda sombong, apa rencanamu sebenarnya? Kau berniat mengincar dr. Shen?" Li Qian masih merasa kesal dan kembali mengomel.
Dia tidak menyadari bahwa wajah dan leher dr. Shen perlahan-lahan memanas dan memerah.
Zhao Yunlan menangkap perubahan itu dan tersenyum licik.
"Tentu saja. Siapa yang tidak menyukai dr. Shen. Dia sangat menawan, gentleman, ramah, pintar, dan seorang dokter terkenal. Aku yakin kau juga diam-diam menyukainya."
"Kau..! Pemuda gila!" Li Qian mengutuk-ngutuk.
"Jangan pernah datang lagi kemari, hari ini kau mengusir satu pasien. Besok-besok kau akan membakar klinik kami."
Seringai mengejek melintas di wajah Zhao Yunlan, dia tidak terusik dengan omelan perawat itu.
"Li Qian, biarkan dia bicara denganku," dr. Shen berkata datar, kemudian berjalan pergi menuju ruangannya.
"Kau dengar itu?" ujar Zhao Yunlan, penuh kemenangan.
"Aku menyesal harimu tidak menyenangkan, tapi jangan pernah bermimpi mendekati dr. Shen," dia berkata ringan dan melenggang menuju ruangan dr. Shen.
Li Qian berdiri terbengong-bengong.
To be continued
Apa Zhao Yunlan akan sembuh? 😄😉
Please vote❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro