Support
[Name] Bambang Wijaya
Kalian lebih suka alfimart atau indimart?
Gue pribadi yang mana aja boleh. Bukan bermaksud sombong, tapi kalo banyak uang, beda harga seribu-dua ribu bukan masalah besar. Toh, dimana pun belanja, kita sama-sama bantu pegawai disana buat memenuhi target penjualan kan.
Tapi berhubung hari ini gue belanja sama Tanjiro dan Nezuko, dan berhubung mereka suka warna merah, akhirnya kita ke alfimart deh.
Adek-adek gue seenak jidat ngambil berbagai macam jajanan. Mana ngambil kinder joy 10 biji. Untung kartu atm keluarga kita warnanya hitam.
Padahal niat hati cuma mau beli susu full cream, tapi karena ngajak dua bocil malah bawa pulang dua kantong belanjaan. Nasib.
Pas keluar dari alfimart panas banget, iya tapi itu udah biasa sih.
"Kak, Tanjiro minta uang receh boleh?"
"Ini kan jajan udah banyak. Udah nggak usah jajan lagi."
"Bukan kak, Tanjiro mau ngasih ke pengemis. Kasian," katanya sambil nunjuk kearah pengemis yang dimaksud.
Waduh, itu sih bukan pengemis. Tapi kembarannya Atsumu. Lagian ngapain juga dia duduk nelangsa depan alfimart sambil makan lontong.
Tiba-tiba Nezuko narik lengan baju gue, terus dia nyadong ke gue. Pasti mau niru abangnya.
"Adik-adik, dia bukan pengemis."
"Tapi kak, mukanya kelihatan madesu."
"Ya... Itu mungkin lagi ada masalah aja." Seketika gue inget kalau tadi Tendou nge-wa. Dia bilang Atsumu lagi main kerumahnya. Tumbenan, pasti ada sesuatu, apa dia juga lagi ada masalah ya.
"Temen kakak?" tanya Tanjiro.
"Adek kelas kakak," jawab gue masih ngeliatin kembaran si kuning. Sumpah kasian banget ngeliatin dia. "Tanjiro, Nezuko pulang duluan nggak apa-apa?"
Enggak perlu khawatir, alfimart letaknya tepat di depan komplek. Tinggal gue sebrangin mereka, terus minta tolong ke pak satpam buat anter ke rumah. Pak satpamnya sangat terpercaya, Bintang lima.
Untungnya adek-adek gue nurut. Senangnya, nanti gue kasih hadiah deh.
"Maaf ya," kata gue. Agak enggak tega. Tapi kasihan sama kembarannya Atsumu.
Nezuko cuma ngangguk, terus cium pipi gue. Manisnya.
"Enggak apa-apa kak, kan sesama makhluk hidup harus saling menolong," kata Tanjiro.
"Aduh kalian pinter banget sih," gue elus kepala mereka berdua. "Pak satpam, tolong anterin mereka kerumah ya pak."
"Woke siap, rumah pak Dasuki kan?"
"Daisuke pak."
"Oh iya, itu maksud saya hehehe..."
"Dah, hati-hati ya..."
Nezuko dan Tanjiro aman. Tinggal bocah itu.
Tanpa ragu gue deketin dia, terus ikut duduk di samping.
"Hey," sapa gue, sok deket banget emang. Malu aslinya.
Dia agak kaget. Terus tatapan jadi kayak dingin gitu.
"Gue kebetulan lihat lo disini. Terus gue mutusin buat nemenin lo."
Enggak ada balesan, dia kembali liatin mobil Dan motor yang berlalu lalang.
"Lo lagi apa disini?" Basa-basi ajalah, daripada krik, krik.
"Makan lontong."
Nggak Salah juga sih. Oke, [Name] sabar, jangan emosi. Tapi gue jadi bingung mau ngomong apa. Soalnya, kebanyakan temen gue pada talk active dan gue yang biasanya jadi pendengar. Buat mulai membuka obrolan, kayaknya sulit.
Seketika jadi kagum sama Atsumu yang selalu bisa cairin suasana. Lah kok malah kepikir si kuning.
"Btw..." Akhirnya dia mau buka suara. "Atsumu pernah curhat ke lo?"
"Curhat soal apa?"
"Apa aja, keluarga misalnya."
"Ya, pernah."
"Oh."
Gue ngerti arah pembicaraan ini. Tapi gue nggak tahu harus ngomong apa lagi.
"Dia cerita apa tentang gue?"
Akhirnya ngomong lagi. "Apa ya... dia bilang lo pinter, terus..."
"Terus apa?"
"Lo ngerebut semuanya dari dia."
Lagi, kembarannya Atsumu diem. Bahkan berhenti ngunyah juga. Padahal lontongnya masih sisa setengah.
Tanpa sepengetahuan, gue curi-curi pandang. Penasaran dengan ekspresi mukanya. Samar, terlihat kayak orang sedih.
"Kenapa?" pada akhirnya gue nggak bisa menahan diri buat bertanya.
Walau balasannya hanya kacang. Baik gue atau pun dia sama-sama termenung. Hanya suara motor dan mobil yang berbicara.
Entah harus gimana lagi, gue bingung. Mau nanya atau buka topik pun takut enggak di notice lagi.
"Em... Usman?"
Dia menghela napas. "Gue Osamu."
"Eh sori, gue lupa lagi hehehe..." sebenarnya cuma pura-pura lupa, biar suasana agak cair aja gitu.
"Sori ya, ngobrol sama gue kaku banget," ucapnya tiba-tiba. "Gue nggak sejago Atsumu dalam berkomunikasi."
"Mungkin karena kita baru kenal."
"Nope, gue emang gitu orangnya."
"Sebenarnya gue juga gitu." karena gue pikir bakal baik buat jadi membuka pembicaraan. "Dari dulu gue orangnya agak kikuk kalau ngobrol. Cuma gara-gara orang disekitar gue talk active jadi ketutupan deh. Apalagi kalo udah sama Atsumu, ada aja caranya dia buat mulai obrolan."
"Iya juga, random banget tuh anak."
"Kadang iri nggak sih sama orang yang begitu."
Osamu mendadak diem lagi. Dahlah gue nyerah. Mending balik aja deh. Tapi sebelum balik gue mau ngutarain pendapat dulu. Enggak tahu sih ini benaran atau salah. Kalau salah, gue tahu nantinya bakal malu banget. Tapi, larry bilang kan hidup harus penuh tantangan.
Fighting!
"Sam, lo takut di benci Atsumu?"
Akhirnya, Osamu noleh ke gue. Sesaat dia terlihat terkejut sebelum akhirnya kembali masang ekspresi datar.
"Menurut gue Atsumu nggak benci lo. Yang dia benci itu selalu dibandingin lo." oke, akhirnya gue ungkapin pendapat sotoy gue. "Dah ya, gue balik duluan."
*
Jam delapan malem, pr udah selesai gue kerjain, Nezuko dan Tanjiro udah tidur duluan, ayah ngelembur di kantor. Dan gue bingung mau ngapain lagi.
Biasanya kalau malem Atsumu spam chat, tapi kok tumbenan malem ini absen.
Oh ya, apa dia masih main di rumah Tendo. Apa gue main kesana aja. Biar rameh.
Duh mikir apa sih. Nanti Atsumu malah ngiranya caper. Mending tidur aja deh, biar besok bisa bangun pagi juga.
Tarik selimut terus tidur --astaga dragon! Seketika bunyi dering hp membuyarkan rasa ngantuk.
Dih rupanya Atsumu toh. Dan tanpa berpikir panjang, gue langsung angkat. Cuma mau marahin dia aja sih karena ngagetin gue. Cuma itu kok. Nggak ada niat lain.
"Tsum lo ganggu--"
"Kak, mau nemenin Atsumu nggak?"
Mendadak gue diem. Cara bicara Atsumu beda dari biasanya. Kayak lemah gitu. Sebenernya dia kenapasih. "Kemana?"
"Night ride, keliling aja. Mau?"
"Boleh. Tapi dalam 5 menit lo harus udah ada didepan rumah gue kalau nggak--"
"Atsumu udah di depan rumah kakak kok. Dari tadi malah."
"Wait... Gue nggak lama kok." sialan, mana gue udah pake piyama lagi.
*
Pada akhirnya gue tetap pake piyama yang dilapis kardingan [favorit color] dan wajah polos yang ditutup masker. Terimakasih masker, jasamu akan ku kenang selalu.
Lagipula ini udah malem dan cuma nemenin Atsumu naik motor. Udah gitu doang.
Sepanjang perjalanan Atsumu fokus berkendara. Enggak ada obrolan apapun diantara kita. Asli, pasti terjadi sesuatu sama dia. Dan insting gue bilang ini bersangkutan sama keluarga.
Walau udah menebak, gue nggak berani nanya secara langsung. Takut menyinggung.
Tiba-tiba aja Atsumu masuk ke area parkir. Ini mau mampir kemana woy. Mana penampilan gue super duper nyeleneh. Eh tapi Atsumu juga nggak kalah nyeleneh sih, dia masih pake celana sekolah terus atasnya pake kaos pink. Kalau gini kan, gue nggak terlalu malu.
"Mau kemana Tsum?" tanya gue begitu motor udah terparkir rapih.
"Jalan kak."
"Kemana?"
"Ya muter-muter aja. Enggak apa-apa kan? Hemat bensin juga soalnya."
"Enggk apa-apa sih."
"Kalau pegel entar Atsumu gendong."
"Dih!"
"Hehehe..."
Dan akhirnya kita berdua jalan tanpa tujuan macem orang gila. Mana dari tadi diem-die aja kayak orang belum ngopi.
Karena bosan jalan di trotoar, gue ngusulin buat mampir ke JPO, sekalian liat pemandangan gedung dan mobil di jalan Raya.
Disebelah kanan Atsumu nyenderin punggung ke pagar JPO menatap pemandangan yang berlawanan arah dengan gue.
Gue curiga sebenernya dia Osamu yang cosplay jadi Atsumu. Dari tadi krik krik banget soalnya. Oke, gue coba cari topik aja kali ya. Soalnya diem-dieman gini sungguh tidak sedap dilihat.
"City light nya keren ya!" ngomong apasih gue.
"Iya."
"Mm... Mobilnya banyak ya."
"Iya."
"Ah, tadi ada vespa lewat. Dulu, kalo ada vespa lewat harus hormat hehehe..."
"..."
"Cerah ya, bintangnya kelihatan jelas. Eh rasi Bintang itu mirip kaya panah sagitarius, coba lihat deh--"
Gue langsung diem pas denger Atsumu ketawa. Dih napa, kesurupan kali ya.
"Sori kak," katanya. "Soalnya lucu aja ngeliat kak [Name] susah payah bangun obrolan diantara kita."
Kesal, gue pukul bahu Atsumu. Pelan kok.
Kali ini kita menghadap pemandangan yang sama. Berdiri berdampingan agak berjarak. Kata ayah nggak boleh terlalu deket.
"Kak, Atsumu mau nyoba buat bicara sama bokap buat ngelurusin masalah ini."
"Oh ya, bagus dong."
"Tapi Atsumu takut. Gimana nanti kalau nggak berhasil."
"Ya nggak gimana-gimana Tsum. Kalau nantinya lo sedih. Lo... lo bi-bisa dateng ketempat gue."
Atsumu ngelirik. Sementara gue bersikap bodoh amat dengan tetap memandang lurus.
"Makasih." Terdengar lemah Dan sendu.
Lantas, tanpa pikir panjang gue meluk Atsumu dari samping. Selama ini dia selalu ada dan dukung gue. Jadi kali ini giliran gue buat support dia.
"Semesta nggak sejahat itu kok, Tsum."
Perlahan Atsumu membalas pelukan gue. "Hm, kayaknya iyadeh. Buktinya semesta ngirim kakak disaat seperti ini."
"Semangat Tsum, gue dan temen-temen yang lain bakal terus dukung lo."
"Makasih."
╰TbC╮
31 Januari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro