Sasaeng 2
Beberapa saat lalu
"Woy Kur!"
"Ape—"
Kuroo kaget. Biasanya kan muka Tendou macem Mr.Bean, eh sekarang kok jadi kayak penguasa korea utara. Mana ini udah sore. Bentar lagi magrib. Dan di vrindavan cuma ada mereka berdua.
Ralat, ada Aran tapi dia lagi bobo. Dia kecaoean gara-gara tadi harus gendong Nishinoya buat masangin properti.
"Gue mau nanya ke lo." Tendou mendekat. Memojokan Kuroo. Kalau udh begini, Tendou nggak kalah serem sama Hana yang lagi mode nagih uang kas.
"Ten, jangan Ten. Aku lananh lho!" Kuroo panik. Lobang hidungnya kembang-kempis.
"Serius woy!"
"Nggak usah deket-deket juga bagong!" akhirnya, kepala Tendou jadi sasaran tampolan Kuroo.
"Ya maaf." Dan Tendou pun mundur. Terus duduk diatas badan Aran Yang tidur dengan gaya buaya darat.
"Jadi lo mau ngomong apa?" Kuroo pun ikut duduk. Di lantai tapi.
"Boleh gue minjem hp lo?"
"Napa tiba-tiba?"
"Buruan anjir, jangan banyak bacot!"
"Noh!" Kuroo asal ngelempar hp nya. Bukannya nggak takut jatuh. Tapi dia percaya Tendou bisa menangkapnya.
Tendou fokus otak-atik hp kuroo. Selang beberapa Lama, di kembalikanlah ponsel ke pemiliknya.
"Paan dah Ten, aneh banget Lo."
"Kur, lo nggak nguntil bareng anak MJ3 kan?"
Kaget. Kuroo menatap tajam Tendou. "Lo... Kok bisa tahu?"
"Bangsat," desis Tendou.
"Gue minta tolong, jangan kasih tahu siapa-siapa."
"Nggak ada ampun buat lo—"
"Ntar gue bagi dua, jadi lo tutup mulut ya!"
"Eh apanya?" Tendou nggak jadi mukul Kuroo.
"Kue bolunya," balas pak ketu. "Bokuto ninggalin kue bolu disini. Mana masih utuh. Pas gue telepon dia nggak inget apa-apa. Tadinya gue mau ingetin, tapi nggak usah aja deh. Mending nih bolu buat gue."
"Gue bukan bahas bolu, kampret. Eh tapi boleh sih dibagi dua."
"Lah terus bahas apa?" Kuroo ngambil box karton yang berisikan bolu. "Ini gue bagi dua aja ya."
"Bentar kur, bahasnya. Kita makan bolu dulu."
"Oke."
Setelah beberapa menit makan bolu. Mereka memutuskan melanjutkan pembicaraan. Dan Aran masih bobo.
Karena, kasian sama aran. Tersisa satu pertiga bagian bolu untuk dimakan Aran saat bangun nanti.
"Lo nggak ngambil baju olahraga Bambang?"
"Gila, ngapain coba!"
"Soalnya dia bilang sempet nitipin tas ke lo."
"Eh iya sih, tapi pas dia nitipin sempet gue tinggal. Soalnya gue ngidam beli baso bang Mahito."
Tendou melotot.
"Serius! Kalau nggak percaya, tanya pak Pico aja. Tadi dia nitip ke gue juga."
"Serius?"
"Serius, Ten." Kuroo mengacungkan dua jari. "Gue emang suka sama Bambang dan pengen balikan sama dia. Tapi nggak sampe kayak gitu juga."
Tendou angguk-angguk. "Sori pak ketu, udah curigain lo."
"Sebenarnya ada masalah apa?"
"Nggak kok. Aman-aman aja." Muka Tendou jadi lucu lagi. "Btw, itu Aran nggak mau dibangunin?"
"Biarkan semesta yang bekerja."
*
"Ten, lo ngapain sih senyum-senyum gitu!"
"Gimana bang, udah mirip sikopet belum?"
"Ngeri ih!"
"Gue lagi melatih senyum si kopet. Entar gue mau ikut casting film si kopet soalnya."
"Cocok Ten, cocok banget. Tapi jangan tiba-tiba senyum begitu. Takut gue." [Name] langsung ngetuk motor Tendou sambil ngomong 'amit-amit.'
Tendou nyengir. Bintang iklan pepsoden pun insecure melihatnya.
"Ten, tadi Lo habis ngapain sih?" Anak gadis pak Daisuke masih kepo.
"Kasih tahu nggak ya..."
"Gue depak nih!"
"Ampun."
"Jangan bercanda mulu Ten, capek."
Beberapa saat, Tendou diam. "Tadi gue habis nanyain pak ketu."
"Lo kok nggak ngajak gue?!"
"Selow bang... selow... gue nggak ngajak Lo karena takut kalau Kuroo beneran pelakunya."
"Terus?"
Tendou geleng-geleng sebanyak 5 kali.
"Gue ngerasa bersalah karena udah curigain dia Ten."
Tangan Tendou menepuk pelan bahu sohibnya. "Nggak apa-apa. Dia emang pantes di curigai."
"Ten..."
"Tapi sekarang udah jelas Kuroo bukan pelakunya. Saran gue, coba aja lapor ke polisi, minta bantuan bokap Lo. Gue yakin dia punya kenalan Yang bisa membantu."
Helaan napas Bambang terada Bimbang. Ketakutan sedang membayangi. Tapi ia juga merasa senang karena Tuhan mengirim Tendou ke sisinya.
Kalau saja, sifat macem iblisnya dikurangi sedikit aja. [Name] bakal bersyukur banget, banget, banget.
"Makasih ya Ten," ucap [Name], tulus dari lubuk lambung terdalam.
"Gue bilang apa. Jangan ada kata makasih diantara kita. Kalau lo ngerasa berhutang budi, traktir gue sekarang juga."
Senyum lemah [Name] terlihat istimewa di mata kaum berbatang. Tapi dimata Tendou biasa aja. Bagi Tendou, Bambang berkelamin betina ini tidak lebih dari sahabat. Dan selamanya akan begitu.
"Dah sana masuk, istirahat," suruh Tendou.
"Iya, iya. Lo juga balik sana. Jangan main."
Bambang berbalik, bersiap membuka pintu. Sedangkan Tendou kembali menyalakan mesinnya.
Drt... drt...
*
Hari ini, hari pentas perdana MJ3 junior. Semua nampak sibuk. Tegang bercampur hura. Akhirnya mereka bisa memetik hasil jerih payah.
Sibuk mondar-mandir. Teriak sana, teriak sini. Ada juga yang bolak-balik kamar mandi karena terlalu gugup. Jangan lupa, ada Aran yang bobo di bahu Ushijima yang sedang membenarkan properti rusak karena ulah Noya dan Tanaka.
Sayang, semua euforia itu tidak dialami [Name].
Pesan kemarin, membuatnya semakin takut dan tidak berkutik. Niat lapor ke polisi dibatalkan. Bambang mencari aman.
Ia juga tidak berani memberitahu Tendou. Juga ayah berduitnya. Katanya, pak Daisuke sedang sibuk menangani proyek besar. [Name] jadi agak sungkan untuk mengganggunya.
Kok bisa ada orang macem begitu. [Name] nggak habis pikir.
Walau tangan sibuk mendandani Mai, pikiran jalan-jalan sampai ke Konoha.
"Kak! Udah kak uhuk... uhuk..."
Takut banget. Bambang nggak tahu harus apalagi.
"Stop kak uhuk... uhuk..."
Apa dia harus pindah ke Sunagakure terus mengubah nama jadi [Name] Junedi. Untuk mengganti marga Bambangnya.
"Help woy! help me!"
"Bang, udah bang! Kasian itu anak orang ya ampun." Hana langsung megang tangan Bambang.
Dan seketika, perempuan inceran Atsumu itu sadar dari lamunannya. "Ya ampun Mai. Sori Mai, sori!"
"Uhuk... uhuk..."
"Anjayudin! Cakep bener lo Mai!" ejek Futakuchi yang udah selesai dandan.
"Bangke lo ye, awas aja entar!" Mai mengacungkan bogem mentah tinggi-tinggi. Noya dan Yaku sampai insecure melihatnya.
Tadi, karena sibuk ngelamun. Bambang bedakin lobang hidung si Mai. Manusia mana yang nggak uhuk... uhuk... pas di perlakukan seperti itu. Pasti nggak ada.
"Mai, sori banget. Biar gue benerin riasan lo," kata [Name] penuh penyesalan.
"Nggak usah kak, kan dia jadi Jin. Begitu aja udah Bagus kok." Futakuchi ketawa ngakak.
"Awas aja ya lo!" Mai makin emosi. "Eh tapi bener juga sih kata si Futa. Dah biarin gini aja kak, nggak apa-apa."
"Sori banget ya Mai."
"Iya kak, santai aja."
Tiba-tiba ada tangan yang megang pundak [Name]. Kiyoko rupanya. Percuma aja Bambang kaget sampe teriak 'yam ayam.'
"Lo baik-baik aja?" tanya Kiyoko.
"Muka lo keliatan pucat gitu. Lo sakit Bang?" Yukie ikut penasaran.
[Name] geleng. Dia nggak enak kalo mau cerita sekarang. Semua orang lagi sibuk sama urusan masing-masing. Dia nggak mau jadi perusak suasana.
"Jangan boong!" Hana melipat dada. Menatap galak macem guru Bk.
Terushima yang lagi dandan di pojokan langsung bersiul. Nggak tahu kenapa, dia seneng kalau liat Hana marah. Masokis emang.
"Serius Han. Gue baik kok."
"Heh ada ribut-ribut apa ini?"
"Ini Kur, si Bambang kayaknya nggak enak badan," jawab Yukie.
Kuroo langsung ngecek suhu tubuh [Name]. "Nggak panas."
"Emang gue kan nggak sakit," balas [Name].
"Eit itu tangan kenapa main pegang-pegang. Stay halal brother." Atsumu yang muncul secara tiba-tiba langsung jepret tangan Kuroo pake karet gelang bekas bungkus ketoprak.
Atsumu kaya anjing. Bukan maksud menghina. Tapi kan, peran nya jadi tumang. Jadi khusus hari ini dia di dandanin biar mirip doggy.
"Bangsul ya lo!" Sewot Kuroo.
"Suruh siapa megang-megang anak gadis orang slebew..."
"Kalian berdua napasih ribut mulu. Kaya madara sama Hashirama." Gilaran Bambang yang sewot. "Gue nggak kenapa-napa. Udah sana, pada bubar hus... Hus..."
"Sini bang, biar gue yang beresin make up-nya Mai," tawar Yukie.
"Makasih ya Yuk." Setelah menyerahkan semuanya pada Yukie. [Name] bangkit dari duduk. Ia punya urusan mendesak.
"Eh mau kemana Lo bang?"
"Kak [Name], mau kemana?"
Cie... Atsumu sama Kuroo kompak.
[Name] menghela nafas. Lelah dengan kelakuan dua manusia itu. "Ke toilet."
"Mau Atsumu anter?"
"Nggak usah! Udah sana fokus aja sama pementasan."
Mengabaikan dua pejantan dengan modelan rambut ala jamet. [Name] berjalan keluar Vrindavan.
Kata Tendou, dia emang nggak boleh pergi sendiri. Tapi berhubung semua sibuk, Dan jarak toilet cuma akar 100 langkah dari ruang eskul. Bambang memberanikan diri.
Toilet sepi. Maklum sih, sebagian besar pada ngumpul ke aula buat liat pementasan.
Jadi ngeri sendiri. Dari pada mikir Yang enggak-enggak mending buruan selesain.
Drt... Drt...
Ponsel di saku bergetar. Bambang makin was-was.
Dengan tangan bergetar, ia membuka ponsel. Seketika keringat dingin membanjiri pelipis. Air mata langsung jatuh tak tertahan.
Kenapa semua ini harus terjadi padanya.
╰TbC╮
Tbh sebagai sesama perempuan aku kasian sama Bambang :""
03 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro