Peduli kasih
Miya Atsumu
Gue bergegas turun kelantai bawah. Tv Led menyala, menayangkan kartun spongebob yang disensor sana-sini. Ini punya masalah apa sih anjing, ngapain tete nya sendi di sensor. Siapa juga yang bakal nafsu woy.
Lah ngapain gue jadi sebel sama sensor. Gue kan punya urusan sendiri.
"Woy!"
Orang yang lagi asik nonton spongebob sambil nyemilin lontong nengok kearah gue. Terus balik lagi buat nonton spongebob.
"Bangsat, jangan ngacangin gue."
"Kalau mau nogomong tinggal ngomong aja, ribet lu," balasnya sambil ngunyah lontong.
Gue langsung nyamperin dia, terus duduk disampingnya. Agak jaga jarak, nggak sudi duduk terlalu deket sama dia. "Lo tadi ketemu kak [Name]?"
"Siapa tu?"
"Lo tadi ketemu cewek cantik nggak disana?" tanya gue.
"Ketemu," jawabnya. "Banyak."
"Bukan gitu bego!"
Kesel, dia mentung gue pake lontong yang udah ada bekas gigitannya. "Lo yang ngomongnya nggak bener ege."
"Kok gue?!"
"Ya kan emang lo bangke!"
Susah untuk di akui. Tapi emang bener juga sih. Anjir, ini gimana gue jelasinnya.
"Gue nggak ketemu cewek yang namanya [Name]. Tapi gue ketemu senior-senior lo, salah satunya ada yang namanya Bambang, tapi kelaminnya betina."
"Nah iya itu, dia yang gue maksud!"
Dia natep gue cuma buat bilang oh, terus kembali fokus liat tv.
"Gue Cuma mau memperingatin lo, dia milik gue lo jangan macem-macem sama dia," ucap gue, tegas.
"Emang staus kalian apa?"
*
"Bangsat, gue kok jadi seneng dengerin dj jedag-jedug ya anjir."
"Pecinta dj jedag-jedug jalur karma kan lu. Mampus lo, makannya jangan suka ngejek-ngejek."
"Hilih, lo juga pecinta drakor jalur karma kan."
"Lo belum ngerasain aja gimana nonton drakor. Seru bre, ceweknya cakep-cakep."
"Apaan, kak Hana tetap di hati."
Gue cuma diam sambil nyimak perdebatan Futakuchi dan Terushima. Mood gue buat ikut adu bacot lagi kabur ke jerman. Anjing banget, padahal ini kesempatan yang baik buat ngeledekin mereka.
Dahlah, belum rejeki emang.
"Ter, tumben dari tadi lo belum nyebat," kata Futakuchi. Niatnya mau niup asep biar berbentuk bulet, eh malah kesedak asep. Mampus.
"I'm trying to stop smoking dude. Soalnya kak Hana nggak suka perokok," balas Terushima sambil genjreng gitar. Dia dari tadi megang gitar.
Asli kesel banget denger Terushima ngomong bahasa inggris tapi pake logat bojong gede.
"Dih cemen lo, masa gara-gara cewek aja berhenti."
"Dia kagak tahu sih gimana rasanya punya cewek, ya nggak Su?"
"Bangsat ye lo! Entar gue pacaran sama Maudy Ayunda, kejang lo semua."
"Bacot lo bangsat!"
"Kalau gue bangsat terus lo apa dong?"
"Gue? Calon imamnya kak Hana Slepet... jedag-jedug jedag-jedug..." Terushima geleng-geleng kepala.
"Bucin sarap ye lo pada!"
Sementara mereka berdua sibuk ribut, gue jadi makin galau. Sama sekali gue nggak pernah mikirin hal ini. Lagian, kenapa kembaran sialan gue tiba-tiba balik sih. Harusnya diem aja di jerman. Biar jadi kaya om ragil.
Bangsat emang. Kayaknya Tuhan nggak seneng banget lihat gue bahagia.
"Ter, jreng jreng mulu. Main yang betul dong," kata Futakuchi sambil nyomot gorengan gue. Untung gue lagi galau. Kalau nggak gue cipok tuh mulut pake bon cabe.
"Any request?"
"Heh Ter." Akhirnya gue bersuara. "Berisik anjim. Inggris lo remed juga."
"Dih sirik ye lo." Terushima melet-melet. Pamer tindik kali.
"Lagunya nassar yang ai ya ya... hatiku tergoda.." kata Futakuchi.
"Kagak tahu kuncinya. Su, mau request?"
"Apa ajalah, yang galau kalau bisa." Tahulah anjir, mending gue meluk tiang listrik. Btw, kita lagi pada nongkrong di pos ronda deket rumah Futakuchi.
Ini tempat nongkrong teraman. Kan gue udah berjanji buat jauhin clubbing dan terus mendekati kak [Name].
"Sok-sok an jadi sad boy lo!" Enteng banget Futakuchi noyor pala gue.
"Jangan gitu Fut. Kasihani si Asu. Bismillah, duit 5 milyar."
"Anjing lo pada!"
"Lo kenapasih Tsum?" tanya Futkuchi.
Akhirnya yang gue tunggu-tunggu. Kenapa nggak pada nanyain dari tadi sih. Gue kan udah gatel pengen cerita. Dehem dulu biar enak nyeritainnya.
"Kembaran gue udah balik."
"Lah, lo punya kembaran?!" Futakuchi kaget. Matanya melotot mulutnya mangap, mana masih ada bakwan di mulutnya.
"Lah lo nggak tahu?" tanya Terushima.
Futakuchi geleng. "Lo tahu?"
Terushima ngangguk.
"Oke jadi kalian mainnya gitu ya. Fiks mulai sekarang kita kemusuhan." Futakuchi langsung pergi dari pos ronda.
"Su, lanjutin cerita lo," kata Terushima.
"Jadi gini--"
"Kalian nggak ngejar gue?" Lah ngapa manusia ini balik lagi.
"Ga."
"Males."
Futakuchi ikut nimbrung bareng kita lagi.
"Nggak jadi ngambek lo?" tanya Terushima.
"Nggak lah. Nggak ada yang perhatiin."
"Mau dengerin cerita gue nggak woy?!"
"Tinggal cerita aja, heran gue sensi mulu kayak pantat bayi," sewot Futakuchi.
"Kembaran gue yang harusnya sekolah di luar negeri mendadak balik. Dan kayaknya dia bakal sekolah SMA XXI."
"Whats a matter bro?" tahulah siapa yang nanya.
"Gue benci kembaran gue."
"Nani?!"
"Omae wa mo shindeiru."
"Ugh..." Terushima gelepakan. Pura-pura mati.
"Serius napa woy?!"
"Sori ehe."
"Dahlah, gue balik. Wasalam." Bangke banget emang. Nggak bisa banget curhat sama mereka.
"Chotto matte!"
"Nani?!"
"Omae wa mou shindeiru."
"Bacot!
*
Gue langsung ngunci diri di kamar. Di ruang keluarga ada ayah yang lagi sibuk wawancara si anjing tentang pengalamannya sekolah di luar negeri.
Tadi gue disuruh nimbrung sih. Tapi males. Buat apa gue ikut kalau ujung-ujungnya Cuma dibanding-bandingin.
Rumah nggak pernah jadi tempat ternyaman buat gue. Dan semenjak dia balik, gue makin nggak betah dirumah. Rasanya kaya sesek banget. Padahal ini rumah lumayan gede.
Biasanya gue main sama bang Dilan. Tapi gue nggak mau buat kak [Name] kecewa lagi.
Anjir, gue berasa jadi Raisa. Serba salah.
Tidur ajalah, siapa tahu pas bangun udah jadi suaminya kak [Name].
Pertama, tutup mata, mulai menghitung itung dan tidur--
Anjing siapa yang telepon sih. Ganggu aja quality time gue. Bangsat --eh nggak jadi bangsat. Justru ini berkah.
Aduh gue jadi deg-deg an mau angkat telepon. Duh nggak biasanya doi begini. Apakah tanda-tanda dia mulai luluh.
"Halo kak [name]!"
"Suara lo kenceng banget."
"Sori, soalnya Atsumu seneng banget."
"Dih bocah edan."
"Denger suara kak [Name] tuh self healing terbaik buat Atsumu."
"Jijik."
"Btw ada perlu apa nih? Kangen ya..."
"Nggak! Gue Cuma mau tanya... itu... lo nggak apa-apa kan?"
Rasanya gue pengen kayang sambil muterin komplek sebanyak tujuh kali. Jadi gini rasanya di khawatirin doi. Mantap!
"Tsum?"
"Eh sori kak. Atsumu baik-baik aja."
"Serius?"
"Kalau nggak percaya sini aja atau Atsumu aja yang ke rumah kak [Name]."
"Nggak, nggak, nggak usah!"
"Jangan malu-malu gitu dong."
"Nyebelin banget sih. Sia-sia aja gue khawatir kalau gini."
"Khawatir kenapa?"
"Soalnya tadi pas lo nelepon gue keliatan beda gitu. Aura nyebelinnya nggak nendang kayak biasanya."
Kak [name] kalo lagi khawatir lucu banget. Kalau aja orangnya ada disini udah gue unyel-unyel tuh pipinya. "Nendang apanya kak?"
"Ya gitu. Dahlah bye--"
"Sebenarnya Atsumu nggak lagi baik-baik aja."
"..."
"Atsumu pengen curhat, boleh?"
Kak [Name] diem beberapa saat. Gue cuma bisa denger suara nafasnya. Gila, suara nafasnya aja kedengeran cantik bener.
"Bo-boleh."
"Makasih kak."
"Sok cerita aja."
"Hmm... Kayaknya lebih enak kalau ceritanya secara langsung deh. Atsumu otw rumah kakak ya?"
Tut...
╰TbC╮
Trivia
Osamu suka onigiri.
Tapi karena ini indo au, makanan kesukaan Osamu jadi Lontong :)
10 Agustus 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro