Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Let me be your clown

Sakusa Kiyoomi, cowok paling bersih seantero SMA Ashiap. Idaman para wanita. Mulai dari pelajar, guru, sampai bibi kantin, semua klepek-klepek sama dia. Sayang sikap dinginnya ngalahin kulkas.

Otak encer, suara aduhai, tubuh atletis kurang apa lagi.

"Kurang akhlak!"

Sakusa mengenyit. Kok bisa dua orang ini muncul lagi didepan dia. Sakusa nggak tahu nama mereka. Yang dia tahu, mereka itu anak-anak MJ3.

"Yang sopan Ulf," tegur Enoshita. Ulf cuma diam.

"Mau apa kalian kesini?" tanya Sakusa, ketus seperti biasa.

"Ulf." Enoshita memukul pelan punggung temannya.

Cewek itu sempet kaget. "Itu, gue mau minta maaf karena kemarin udah nginjek lo."

"Ulf, lo minta maaf kemana. Sakusa di depan lo. Kenapa lo malah menghadap ke kiblat."

Menyerah. Lantas Ulf melempar tatapan pada Sakusa. Cowok itu masih terlihat kalem. "Sakusa Kiyoomi bin abdul rozak, maafin gue karena kemarin udah nyubit lo."

Sakusa kaget. Bukannya kaget karena permintaan maaf. Tapi kaget karena Ulf tahu nama bapaknya. Disekolah ini kan yang tahu nama bapaknya Cuma Komori. Mau nggak mau, Sakusa jadi suudzon sama sepupunya.

"Terserah sih lo mau maafin gue nggak. Gue Cuma mau minta maaf karena ngerasa bersalah. Itu hak lo kok," kata Ulf. "Kalau lo mau balas dendam lo boleh balas injek gue—eh balas pukul aja deh." Doi sadar kaki Sakusa lebih gede dari dia.

Sakusa memang dingin, minim empati, tapi dia tidak setega itu memukul seorang cewek. Dari balik masker, Sakusa mendengus. "Nggak perlu sampe gitu. Gue maafin kok."

Ulf kaget. "Lo nggak becanda kan?"

"Emang muka gue keliatan lagi bercandan."

"Muka lo ketutupan masker!"

"Intinya gue maafin lo," kata Sakusa tanpa menatap Ulf. "Gue juga minta maaf, barang kali gue kelewatan," tambahnya.

"Nggak kok Sak, santai aja." Akhirnya Enoshita angkat suara.

"Sori kalau kemarin gue berlebihan sampe nginjek lo. Soalnya lo pake ngehina MJ3 segala. Bagi gue tuh, MJ3 yang terbaik. Memang anggotanya jamet, bobrok, bego, nggak berakhlak, sengklek—"

"Udah Ulf, jangan bongkar aib!" tegur Enoshita, lagi.

"—Tapi MJ3 nggak pernah membeda-bedakan. Selama gue ikut eskul teater dari SD sampai SMP, pasti selalu ada diskriminasi dalam permilihan peran dan pergaulan. Tapi Cuma di MJ3 yang nggak gitu. Kita semua membaur, nggak ada geng-gengan. Kita satu!"

"Tenang Ulf... tenang..." Enoshita merangkul bahu sahabatnya. Mencoba memberikan ketenangan pada cewek itu.

"Kalian kesini cuma mau minta maaf?" tanya Sakusa.

Enoshita mengerakkan jari telunjuk kekiri kekanan di depan wajah Sakusa. Merasa risih, Sakusa menyentil jari Enoshita.

"Kita kesini mau ngasih penawaran," kata Enoshita.

"Apa?"

"Lo harus liat eskul kita. Setelah itu gue dan anak-anak MJ3 bakal berhenti ganggu lo. Gimana?"

"Gue heran, kenapa kalian ngebet banget jadiin gue anggota kalian," kata Sakusa. "Bukan bermaksud narsis. Apa karena gue ganteng."

Seketika Ulf dan Enoshita menahan tawa. Mereka nggak nyangka seorang Sakusa bakal ngomong gitu. Tapi nggak salah juga sih, kan Sakusa emang ganteng.

"Nggak gitu Sak. Jadi kita milih lo bukan berdasar visual," kata Enoshita. "Kita milih lo karena kemampuan akting lo lumayan juga. Komori juga cerita lo dulu pernah ikut teater."

"Kalau pun visual lo burik, kita tetep milih lo kok. MJ3 itu melihat bakat, bukan visual," tambah Ulf.

Sakusa diam sejenak. "Kalau gue liat nggak bakal di ganggu lagi?"

"Yoi!"

*

Dari tadi Sakusa mojok, menghindari berinteraksi dengan anak-anak MJ3 yang tingkahnya absurd. Tapi untung tidak semua anak MJ3 bertingkah begitu. Ada yang masih normal. Ada juga yang berada di batas normal dan tidak normal.

Komori juga kenapa belum kunjung datang. Seenggaknya, kalau ada sepupunya. Sakusa bisa sedikit lebih nyaman.

"Heh Sakusa!"

Yang disapa malah buang muka. Dia males berurusan sama Atsumu.

"Gue ngajak ngobrol, nyet!"

"Apa?" Malas, Sakusa noleh ke Atsumu.

"Lo nggak mau ngincer kak [name] kan?"

"Atas dasar apa lo nanya kayak gitu."

"Lo awalnya ogah banget diajak ikut MJ3. Terus tiba-tiba kesini. Terus lagi, tadi lo keliatan seneng banget pas ngobrol sama kak [name]!"

Sakusa pake masker. Setengah mukanya nggak terlihat. Kok bisa Atsumu bilang Sakusa keliatan seneng. Apa Atsumu saudaranya Roy kiyosi.

"Kak [name] cantik nggak?"

"Hah?"

"Gue tanya kak [name] cantik nggak?!"

Sakusa kok makin kesel ya.

"Jawab woy!"

Saking emosinya. Sakusa sampe noyor kepala Atsumu. Tentunya, habis noyor kepala si jamet kuning, Sakusa langsung semprot handsanitizer ke tangannya. "Berisik lo!"

"Bangsat! Gue nanya tuh dijawab bukan malah main toyor—"

"Iya, dia cantik. Puas lo?!"

"Sialan—"

"Gue juga suka sama dia."

Atsumu geram. "Jangan main nikung lo asw—"

"Gue suka karena dia senior yang ramah."

"Hah? Maksudnya?"

"Pikir sendiri."

"Woy! Jangan bikin gue bingung."

Sakusa nggak tahu rupanya kalau Atsumu ini otaknya kurang encer. "Intinya gue nggak mau nikung lo. Udah diem, nggak usah bacot lagi!"

"Serius?!"

"Iya bangsat!" Sakusa jadi ikutan ngegas. Dan Atsumu terkaget. "Kenapa?!"

"Gue nggak tahu lo bisa ngegas."

"Lo ngeselin asw!"

"Gila-gila. Seorang Sakusa mulutnya toxic juga ya."

Tanpa aba-aba, Sakusa langsung menyumpal mulut Atsumu pakai botol handsanitizernya. "Diam atau gue gibeng lo!"

Atsumu langsung lempar jauh-jauh handsanitizenya Sakusa. Sialnya, malah kena Terushima. Untung Terushima nggak ngerasa karena asik bikin video tok tok. "Terus apa tujuan lo dateng kesini?"

"Gue Cuma disuruh liat."

"Kalau udah liat mau apa?"

Sakusa diam. Sumpah capek banget dia ngeladenin Atsumu. Bego juga sih dia, kenapa mau ngeladenin Atsumu.

"Gue masih kesel sih sama lo karena tempo hari lo ngehina MJ3."

Sakusa diam.

"Memang awalnya gue masuk MJ3 Cuma buat deketin kak [name]. Tapi lama kelamaan gue jadi nyaman sama orang-orang disini."

Sakusa nggak nyimak. Bodo amat.

"Gue rasa lo juga bakal ngerasain hal yang sama kalau lo join ke MJ3."

Sakusa mulai ngantuk.

"Gue emang masih kesel sama lo. Tapi kalau lo mau masuk MJ3, gue dan yang lain bakal menyambut lo dengan hangat."

Merem aja lah.

"Woy! Lo dengerin nggak sialan?!"

"Nggak."

Kalau Sakusa bukan anak orang. Udah Atsumu mutilasi terus buang potongan tubuhnya ke sungai amazon biar disantap piranha.

"Eh belum pada mulai latihan nih?" kata Suguru yang jalan sambil makan pentol. Dia baru tiba. "Kakel yang lain pada kemana? Belum pada dateng?"

"Tadi ada kak Bambang," jawab Enoshita. "Kayaknya lagi pergi kebelakang deh."

"Ngapain?"

"Nggak usah ditanya lah bang," kata Enoshita.

"Btw, kak Bambang ke belakang lama bener ya," kata Kaori.

"Sembelit kali," tebak Suguru sambil makan pentol.

Sebenarnya wajarsih kalau cewek lama di toilet. Tapi kok ini Atsumu jadi was-was dan khawatir gini. Kalau udah bucin berat ya jadi begini nih.

"Mau kemana Tsum?" tanya Futakuchi yang lagi asik dipijitin Aone.

"Mau nyusul kak [name]." Atsumu jawab sambil jalan. Jalannya macem orang mau nagih hutang. Sekejap aja dia udah ada di depan toilet. Memang sih jarak toilet dan aula tiga lumayan deket.

Atsumu kaget. Bukan karena dia nemuin mister money, bukan juga ada kuyang berkaki. Mendadak didepan toilet cewek ramai banget. Nggak mungkin kan ada pembagian BLT di toilet. Terus ini kenapa.

"Di toilet ada yang gelut!"

"Wih mantep!"

"Siapa siapa?"

"Anak MJ3 sama geng nya Jeni."

Sumpah, Atsumu langsung deg-degan. Pasti itu pujaan hatinya. Dia langsung nerobos kerumunan orang-orang itu. Dia khawatir banget. [name] itu kan alim, terus lembut gitu mana bisa dia ngelawan Jeni and the geng yang terkenal barbar dan beringas.

"Kak [name]!"

"APA?!"

Atsumu melotot. Kekhawatirannya nggak berguna.

*

"Iya Ter. Gue ijin dulu ya, lagian dialog gue Cuma guk guk doang. Bilangin kak [name] juga ijin. Makasih Ter."

[name] melirik Atsumu yang baru selesai melakukan panggilan. Kalau aja tadi Atsumu nggak narik dia keluar dari toilet, mungkin salah satu orang dari geng cabe-cabean tadi sudah berakhir di rumah sakit karena di pukuli [name].

Jujur saja sekarang [name] masih kesel. Rasanya masih pengen ngamuk.

"Kak." Tiba-tiba Atsumu udah duduk disampingnya. "Yakin nggak mau ke UKS?"

"Nggak usah. Gue nggak kenapa-napa."

Atsumu senyum kecil. [name] emang kelihatan baik-baik aja, kecuali penampilannya yang berantakan. Ada perasaan bangga saat mengetahui [name] ini perempuan kuat. Perlahan, tangan Atsumu menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga [name].

Refleks, [name] langsung noleh ke samping.

"Serius nggak ada yang sakit?" suara Atsumu halus banget.

[name] Cuma geleng pelan.

"Atsumu nggak nyangka lho."

"Apa?!"

"Kak [name] bisa ngelawan mereka."

Anaknya pak Bambang Cuma mendengus.

"Mau Atsumu antar pulang?"

Yang ditanya diem aja.

"Kak?"

Masih diam.

"Kak?" Atsumu terpaksa nolehin kepala [name] buat menghadap dia. Mata [name] berkaca-kaca, ia bahkan gigit bibirnya. "Kenapa kak? Ada yang sakit?" Atsumu menggenggam kedua tangan [name]. si pemilik tangan tidak protes.

Seketika, tangis [name] pecah. Atsumu langsung menarik [name] kedalam pelukannya. Kalau dalam keadaan biasa, [name] pasti akan memberontak. Namun kali ini berbeda. Alih-alih memberontak, dia malah memendamkan wajahnya kedalam dada Atsumu.

'Padahal kak [name] lagi sedih, tapi kok gue seneng. Yaampun berdosa banget gue,' –batin Atsumu yang lagi keenakkan.

[name] nangis kaya bocak banget. Bahkan sampai keluar ingus. Entah Atsumu ngerasa apa nggak, itu ingus mix air mata [name] pada nempel di seragamnya.

Sementara itu Atsumu nggak Cuma meluk doang. Tangan kirinya bergerak ngelus kepala [name]. Berdosa sih, tapi Atsumu harap si pujaan hati nangisnya bakal lama.

Tiba-tiba aja [name] dorong Atsumu. Yang didorong kaget plus kecewa. Baru aja berdoa, eh langsung nggak di kabulin. Memang ya kalau berdoa itu nggak boleh yang jelek.

[name] langsung nyeka air mata pake tangannya.

"Udah nangisnya?" Karena Atsumu nggak punya sapu tangan, jadi doi ngelapin air mata [name] dasi.

"Tsum, jorok!" [name] pun mukul tangan Atsumu. "Udah gue bisa sendiri," ucapnya, sambil lanjut menyeka air mata.

Malu, si kuning Cuma bisa nyengir macam kuda. Atsumu diam sambil memperhatikan [name] yang masih sesenggukan.

"Kak, maafin Atsumu ya karena tadi nggak dateng tepat waktu."

Bambang berhenti menyeka air mata. "Bukan salah lo kok. Toh gue juga berterima kasih karena lo udah narik gue pergi."

"Kak."

"Hm?"

"Mungkin kali ini Atsumu nggak bisa jadi penghibur kak [name]. Tapi tolong buat kali ini aja biarin Atsumu jadi badut nya kak [name]."

Bambang melongo. "Tsum lo nggak lagi mabok kan? Nggak sakau kan?"

"Kak, Atsumu emang nakal tapi Atsumu bukan pecandu."

"Terus kenapa lo mau jadi badut? Ayah lo nggak mendadak bangkrut kan? Lo nggak lagi krisis uang terus butuh job dadakan kan?"

Si kuning menghela napas. Kedua tangan kekarnya menangkup pipi pujaan hati. "Maksudnya, Atsumu mau menghibur kak [namel."

"Eh?"

"Jadi boleh nggak, Atsumu menghibur kak [name]?"

╰TbC







16 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro