Galau
"Tsum lo kenapa? Kurang sebat? Nih gue kasih." Tanpa berdosa, Terushima menjejalkan sebatang rokok kedalam saku seragam Atsumu.
Si penerima rokok malah berdecak kesal. Lantas ia melempar sebatang Nikotin tersebut ke muka Terushima.
"Asu! Jangan main lempar-lempar rokok napa. Belinya pake duit woy!" Sambil terus menggerutu, Terushima memungut kembali rokoknya.
Lumayan. Belum lima menit. Masih bisa di konsumsi.
"Tsum lo lemah sahwat ape begimane?" tanya Futakuchi yang asik nyemilin kuaci dapat malak. "Dari tadi diem mulu."
"Berisik bangsat!" teriak Astumu. Dia kelihatan uring-uringan. Tubir yang biasanya semangat dia ikuti pun di lewatkan begitu saja.
"Dih, kita khawatir sama lo," kata Futakuchi. "Ya nggak Ne?"
Aone angguk-angguk.
"Dah sini, curhat aja," kata Terushima. "Nggak bakal gue dengerin kok."
"Bangsat kalian semua!" Atsumu mendengus. Lalu beranjak. "Dahlah gue mau pergi aja."
"Dih ngambekan kayak perawan aja," cibir Futakuchi yang masih asik nyemilin kuaci.
Putra sulung pak Miya acuh. Ia sedang malas berdebat. Sambil berwajah kesal, ia melenggang pergi meningalkan basecamp rahasia miliknya dan para sohibnya.
Sebenarnya, Atsumu bingung mau pergi kemana. Ke kelas, jelas bukan ide yang bagus. Ke kantin apalagi. Ke perpus mungkin ide bagus. Bukannya mau belajar, Atsumu Cuma mau jadi sad boy.
Perpus sepi banget. Kebanyakan isinya anak kelas tiga yang sibuk belajar buat SBMPTN dan UN. Atsumu nggak ambil pusing. Toh dia nggak kenal sama anak-anak itu.
Meja paling belakang jadi pilihannya. Meja tersebut tak berpenghuni. Maklum, disini lumayan gelap. Saiapa juga yang mau belajar di tempat gelap.
Melipat Tangan diatas meja. Lalu membaringkan kepalanya. Atsumu siap memejamkan mata untuk berkelana di dunia mimpi.
"Bang, lo mau ikut mantau anak kelas 10 latihan?"
"Eh, udah mulai latihan ya. Cepet banget. Baru juga setor naskah kemarin."
"Ya bagus dong."
"Lo ikut nggak Mil?"
"Liat nanti aja deh. Kalo Dilan ngajak apel gue skpi dulu ya hehehe…"
"Bucin terus."
Ketenangannya di usik. Cowok itu tak jadi tertidur. Dia menegakan tubuh. Lalu memasang telinga rapat. Dia bersiap menguping.
"Kalau gue nggak ikut mantau, lo juga nggak ikut Bang?"
"Hmm… tergantung. Kalau ada yang ikut mantau juga, gue bakal ikut."
"Suguru ikut, Hana sama Kiyoko juga kok."
"Oke gue ikut."
Mendengar itu, kedua sudut bibir Atsumu terangkat. Ada puluhan mungkin ribuan kupu-kupu yang terbang membentur dinding perutnya.
"Cie… mau liat degem kesayangan nih ya."
"Hah? Degem?"
"Iya, si Atsumu itu."
"His, mana ada. Gue cuma mau mantau bibit-bibit baru MJ3 kok."
"Nggak usah ngeles Bang, ngaku aja."
"Nggak!"
Perasaan Atsumu aja atau memang kedua suara tersebut semakin mendekat. Mendadak Atsumu dilanda kebingungan. Ia harus apa. Pergi, pura-pura tidur, pura-pura mati, atau pasang muka ganteng sambil tebar senyum.
Ah sial, sibuk berpikir. Kedua sosok cewek yang pemmbicaraanya sempat bocor ketelinganya itu berjalan semakin mendekat.
Semakin mendekat.
Sangat dekat.
"Eh ada Atsumu, panjang umur nih!" sapa Milea riang.
Atsumu meringis. Lalu membalas dengan senyum kaku. "Halo kak Milea." Cowok itu mencuri pandang kepada Bambang yang Nampak berwajah datar. "Kak, gue pergi dulu ya."
Dan Atsumu pun melenggang dengan tidak elit. Karena dia sempat tersandung kaki meja. Sayangnya, tak sampai terjatuh.
"Bang, tumben si Atsumu nggak caper ke lo."
Bambang hanya mengedikkan bahu.
*
Sepulang sekolah, anak-anak MJ3 kelas 10 langsung memenuhi aula dua. Mereka sudah meminta izin pada pihak bersangkutan untuk berlatih disana. Perannya sudah dibagi. Tak ada protes semua setuju.
"Ini mau langsung mulai latihan?" tanya Terushima.
"Kuy in aja. Biar cepet. Napa emang?" tanya Ulf yang lagi asik motongin kuku kaki.
"Gue mau sebat dulu nih. Asem sumpah."
"Ngikut Ter!" kata Futakuchi.
Aone langsung nahan tangan Futakuchi. "Jangan. Kanker Rahim nanti."
Yang peduli dengan Futakuchi di dunia ini selain kedua orang tuanya memang Cuma Aone. Si bongsor itu, jadi satu-satunya orang yang selalu nasihatin Futakuchi buat berhenti merokok. Walau tidak pernah di hiraukan.
Futakuchi sendiri Cuma bisa senyum. Ia tidak bisa berhenti dari tabiat buruk itu. Tapi ia senang Aone menasihatinya.
"Cuma sebatang Ne, lagian hari ini gue belum ngerokok."
Kalau sudah begini Aone bisa apa. Menghela napas. Aone melepaskan kepergian Futakuchi.
"Tsum, lo ikut?" tanya Terushima.
Atsumu yang sedang tertidur macam mayat pun bangkit. "Kuy lah bangsat, gue setres nih!"
Plak plak bugh…
Jadi, barusan Atsumu kena pukul. Futakuchi juga. Dan Terushima kena tendang.
"Sialan! Kenapa gue di tendang sendirian!"
"Lo pelopor!" Ulf berdiri tegak menatap ketiga pemuda sesat dengan garang. "Gue nggak peduli ya kalian mau ngerokok, terus mati karena keselek rokok. Sama sekali nggak!"
"Ya terus napa lo mukul gue." Atsumu mengelus-elus kepalanya. Nampaknya, sedikit benjol. Hebat juga si Ulf ini. "Sialan lu
Ulf, macem kingkong aja."
Lagi, Atsumu mendapat bogem mentah dari Ulf.
"Denger ya. Tadi kan gue udah bilang bentar lagi latihan mau di mulai. Eh kalian malah pada mau nyebat. Gue nggak mau latihan ngaret Cuma karena nungguin kalian bertiga nyebat. Gue nggak mau pulang terlalu sore dan ketinggalan acara rumah mamats!"
Atsumu, Futakuchi, dan Terushima meringis. Ulf bukan tipikal manusia cerewet. Tapi kalau sudah kesal, mulutnya sulit di rem. Kadang, suka merembet kemana-mana. Bahkan, sekarang dia sedang menyinggung gaya rambut Terushima yang mirip jamet.
"Ngapa nyambungnya kesitu, nggak ada hubungannya woy!" Jelas Terushima protes. Menurut dia, gaya rambutnya ini sudah sangat keren. Eh masa dikatain mirip jamet.
"Terserah gue!" Ulf nyolot. "Udah, siap-siap aja. Kita mau mulai latihannya."
"Mulai aja latihannya," kata Kaori.
"Hayu!" sahut Nishinoya penuh semangat.
"Bentar, bukannya lo kru Noy?" tanya Shirabu. Noya hanya mengangguk. "Ngapain lo disini, bukannya tugas lo itu bikin properti sama nyiapin keperluan di panggung nanti."
"Elah santai aja, nanti kita garap h-5. Ya nggak squad?"
"Yoi!"
Sahut para anak kru yang asik mabar. Kecuali Aone, dia sedang sibuk berdiam diri.
Shirabu Cuma geleng-geleng. Melihat Shirabu yang sepertinya hendak meledak. Enoshita langsung menepuk bahu rekannya. "Nanti abis latihan kita bahas soal kelengkapan. Dan apa yang perlu di buat kru. Sekalian diskusi bareng kakel."
"Boleh juga."
"Yok latihan, yok!" teriak Mai semangat. Oh jelas semangat. Mai berperan sebagai dayang sumbi soalnya.
"Tsum ayok latihan, jangan rebahan aja." Ulf agak sedikit geram.
Atsumu berdecak. "Males ah. Masa gue jadi tumang."
"Dih kan yang cocok Cuma lo," sahut Kaori.
"Untung betina, kalau bukan—"
"Kenapa? Mau di anuin?" Futakuchi ngambung.
Si Miya kuning langsung memukukul kepala Futakuchi. "Ambigu bangsat!"
Atensi anak-anak kelas 10 yang tengah ribut langsung bergulir pada pintu aula yang terbuka. Bukan terbuka sendiri Karena ulah makhluk gaib. Tapi di buka oleh senior mereka. Ada Suguru, Bokuto, Kiyoko, Hana, dan Bambang.
"Eh kakak-kakak sekalian." Enoshita langsung jaim.
Anak-anak yang tadi mabar langsung AFK. Atsumu sama Futakuchi yang ribut langsung berhenti. Aone yang sedari tadi diam ya masih diam aja.
"Eh, belum mulai juga nih?" tanya Suguru dengan gaya senioritas.
"Belum kak, ini pada ribut aja," adu Kaori.
"Yaampun, ngaret banget kalian." Suguru berdecak sebanyak tiga kali. "Langsung mulai napa, buruan!"
"Eh ini anak kru ya?" tanya Hana. "Kalian belum mulai garap properti sama keperluan panggung nanti?"
"Belum kak, kita belum ada niatan," jawab Nishinoya.
Langsung si jambul kuning dihadiahi cubitan pelan dari Kyuotani. "Belum ada gambaran maksudnya kak."
"Oh gitu. Kalau gitu, kalian diskusi aja sama anak-anak kru kelas dua. Di vrindafan ada si iwa tuh. Sana gih, minta wangsit," kata Hana. "Daripada disini nggak jelas."
"Vrindafan?"
"Itu nama lain dari ruang eskul kita."
Aslinya malas. Tapi karena ini perintah kakak kelas. Yasudah mereka iyakan saja. Dan para anak kru pun melenggang pergi.
"Mulai woy!" lagi-lagi suguru mengulingain ucapannnya. "WOY HAYUK MULAI!"
Mampus si ular sudah murka. Dimulailah latihan yang tidak ada serius-seriusnya itu. Tak jauh dari seniornya. MJ3 kelas 10 juga sama lawaknya. Bahkan, Hana sampai harus izin kebelakang karena kebelet pipis akibat terlalu sering tertawa.
Atsumu sendiri tak fokus. Sedari tadi matanya mencuri pandang kearah Bambang yang terkadang ikut tertawa dengan banyolan atau tingkah absurd anak-anak. Selama ini, Bambang selalu memasang wajah jutek ke Atsumu. Hingga cowok itu tak tahu betapa indahnya tawa seorang [name] Bambang Wijaya.
Ketika pandangan mereka tak sengaja saling bertemu. Atsumu langsung membuang pandangannya kearah Futakuchi dan Terushima. "Anj—" Sial, Atsumu tidak boleh berkata kasa. "Masya allah, Ter, Fut kalian lagian ngapain sih saling tumpuk-tumpukan gitu." Atsumu geleng-geleng.
"Sialan nih Futakuchi, nyosor amat! Minggri lo dari atas gue!"
"Dih gue di dorong bege, jadi jatuh." Futakuchi langsung bangun. "Asem lah. Sun, yang bener dong! Jangan dorong-dorong gitu."
"Mana ada gue dorong. Gue Cuma nggak sengaja nyenggol," elak Suna.
"Dih, jelas tadi lo dorong. Yakan Kom?"
Komori, atau yang lebih akrab di panggil kokom hanya tersenyum kaku. Dia tidak mau terlibat perkelahian tak berguna ini.
"Woy! Napa pada ribut!" teriak Suguru marah.
"Sabar Sug. Kita waktu dulu juga gitu. Bahkan lebih parah," kata Hana.
"Apa iya. Gue nggak ingat," Kata Bokuto.
"Yaudah mending kita istirahat dulu lima belas menit," ujar Bambang.
Semua setuju. Ada sebagian yang langsung keluar untuk membeli jajan. Ada yang masih bertahan di dalam aula. Hanya segelintir orang sih. Bambang, Bokuto, Atsumu, Shirabu, dan Kawanishi.
Bambang dan Bokuto duduk berhadapan di pojok ruangan. Mereka tengah asik berbicara kesana kemari. Sementara para anak kelas 10 duduk berdampingan dengan jarak, dan tak saling bertukar kata. Maklum, mereka belum teralalu akrab. Biasanya sih, Atsumu yang akan bertugas mengakrabkan satu sama lain. Tapi, saat ini Atsumu terlalu fokus memperhatikan bambang dan Bokuto, sehingga dia tidak memikirkan hal itu.
"To, gue udah nanya ke Yukie."
"Hah, nanya apa?" tanya Bokuto.
Kesal, bambang pun menyentil lutut Bokuto. "Soal Konoha." Bokuto mengangguk paham. "Katanya Konoha makin mesra tuh sama dia. Dan juga nggak mencurigakan sama sekali. Mungkin waktu itu ponakannya kali."
"Gue nggak yakin sih. Mereka kelihatan mesra banget soalnya."
"Yaudah pantau lagi aja To. Jangan dulu kasih tahu ke orang lain."
"Ya kali itu, gue juga tahu."
"Apa iya. Mulut lo samudra tuh."
"Lah, itu sih mulutnya Tendou!"
"Lo juga."
"Nggak."
"Lo juga!"
'Anjirlah, gue makin nggak karuan aja.'
*
Wa
Atsumu
Kak, maafin Atsumu karena ngechat.
Atsumu Cuma mau bilang.
Atsumu nggak apa-apa ngejauhin kakak selama seminggu,
Tapi tolong, kak [name] jangan terlalu deket sama cowok lain
Atsumu nggak kuat litanya
Plis :"(
╰TbC╮
Ulf baik kok, nggak kayak kingkong :')
Btw, ini acara favorit ku :")
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro