Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Call Me By My Name

[name] Bambang Wijaya


"Bang, ini buat lo."

Kaget. Tiba-tiba aja seorang Keira ngasih seplastik jajanan ala mini market ke gue. Ya kan, biasanya dia minta ke gue. Nah ini malah ngasih. "Buat gue?"

"Iya Bambang."

"Tumben banget lo ngasih. Lo nggak mau mati kan?"

Dengan beringas, Keira mencubit bahu gue. Nggak terlalu sakit sih. "Itu bukan dari gue. Ada orang yang nitipin ke gue buat di kasih ke lo."

"Siapa?" Keira bergeming. "Maaf aja, gue nggak mau nerima kalau nggak jelas gini. Takut kenapa-napa."

"Dia nyuruh gue buat nggak ngasih tahu lho sih. Tapi kalau lo nya gini mau gimana lagi," ucap Keira. "Tapi janji ya, jangan bilang siapa-siapa?"

Gue ngangguk.

"Itu dari sepupu gue."

"Yang mana?"

"Ye blegug yang mana lagi, jelas si Semi ya."

"Oh..." Menganggu-angguk paham. "Sampein ke Semi ya, makasih dan salamat ulang tahun, semoga apa yang dia impikan dapat terwujud."

Keira mengernyit. "Lah, emang Semi ultah?"

"Ini sih apa. Bukannya dia bagi-bagiin bingkisan ini sebagai pu ya."

"[name] Bambang Wijaya, rasanya pengen tak ih..." Keira meremas-remas udara, mukanya jadi macam orang kesurupan ualr kobra. Loh kok marah, kenapa ya. "Udahlah, intinya si Semi nggak ultah. Dan dia ngasih lo itu karena Cuma mau ngasih aja."

Hah, apa jangan-jangan Semi menganggap ku sebagai kaum duava makannya dia menghibahkan ini ke gue. Sialan, apa nggak kelihatan ya kalau gue anaknya Daisuke kan Bambang Wijaya, salah satu dari dua duda ter tajir sekomplek. Tapi terima ajalah ya, rezeki nggak boleh di tolak.

"Bang, ada yang nyariin nih," teriak indomie lovers yang sedang duduk di ambang pintu. Padahal dia sudah di peringatin Nachan untuk tidak duduk disitu karena takut nanti nggak dapet jodoh. Tapi malah acuh.

Gue langsung melenggang keluar. Seperti dugaan gue, ternyata Atsumu. Si bocah kuning tersenyum lebar mendapati kehadiran gue.

"Kantin yuk!" ajaknya.

"Nggak."

"Yah, kak [name]. Ayo dong ke kantin." Atsumu memajukan bibirnya. Dih sok imut sekali. "Atsumu kangen banget tahu sama kak [name]. Bayangin, selama seminggu nggak boleh nge-chat, vc, ketemu, nyapa, bahkan lirik-lirik aja nggak boleh. Ayo dong kak."

"Nggak mau. Gue juga udah ada jajan." Gratis lagi.

"Kak, ayo..." Tiba-tiba Atsumu megang tangan gue. Sontak, langsung gue tepis. Bikin malu aja, disini banyak orang lewat.

"Pepet terus Tsum..." teriak si Indomie lovers.

"Berisik!"

"Siap!"

"Udah, mending sana lo ke kantin hus... hus..." Gue ngusir Atsumu macem lagi ngusir ayam. Biarin, nyebelin soalnya.

"Maunya sama kak [name]."

"Nggak."

"Atsumu bakal di sini sampai kak [name] mau!"

"Terserah." Gue kembali melenggang kedalam kelas. Sialan banget. Padahal tadi udah seneng gara-gara di kasih jajan sama Semi. Eh ini malah bikin mood gue turun. Maunya apa sih si Kuning ini.

Di kelas, gue langsung pasang earphone terus baca novel Fiersa Besari punya Nachan.

"Bang, itu si Atsumu masih aja di luar," kata Nachan yang baru kembali dari koperasi bersama Milea.

"Serius?"

Nachan mengangguk sambil menggigiti es batu. "Kasian, dari tadi berdiri mulu di depan kelas. Diajakan duduk sama indomie lovers malah nggak mau. Katanya lagi nungguin lo."

Sialan bener si Atsumu. Ini sudah beberapa menit yang lalu setelah percakapan gue dengannya. Dan dia masih setia berdiri di situ. Nggak ada obat emang.

"Biarin aja." Kasian, tapi gue berusaha mencoba cuek.

"Bang, kasian ih," kata Milea.

"Tsum, sini duduk," ajak Indomie lovers.

"Gue berdiri aja."

"Is, nanti kaki lo pegel."

"Nggak masalah, gue kuat."

Gue heran, kenapa gue nggak bisa menang dari Atsumu. Bukannya, harusnya cewek yang selalu menang ya.

*

Dan akhirnya gue berakhir di kantin, duduk sendirian sambil nungguin Atsumu mesen seblak. Nyebelin. Untung di gratisin. Gue emang kaya, tapi gue suka gratisan.

Sambil nungguin Atsumu, gue mainin garpu sama sendok. Kantin udah agak sepi, maklum, bentar lagi waktu istirahat selesai. Gue santai aja, soalnya habis ini nggak ada guru yang masuk ke kelas. Sir kuproy, guru bahasa inggris gue udah bilang berhalangan hadir, jadi dia Cuma ngasih tugas. Itupun di kumpulinnya minggu depan.

Terberkatilah kau sir Kuproy.

"Eh ada kak Bambang, kebetulan ketemu disini." Sambil membawa seplasitik cilok yang sudah di bumbui saos, Enoshita menghampiri gue.

"No, jangan panggil gue Bambang." Cukup temen seangkatan dan kakak kelas gue aja yang manggil gitu. Junior gue jangan.

"Kan nama kakak gitu."

"Nama gue [name]. Bambang itu cuma variasi."

"Nanti gue di babet bang Tendou kalo nggak manggil kakak Bambang."

Sialan emang. Pelopor yang manggil gue Bambang ya emang Tendou. Sebelumnya gue dikenal dengan [name]  tapi sejak Tendou pindah ke komplek itu dan mulai jadi temen gue, semuanya berubah. Nggak ada yang kenal lagi dengan [name], mereka taunya Bambang.

Sedih kalau dipikir-pikir. Nama gue udah Bagus padahal. Sangat kewanitaan. Tapi malah di panggil Bambang. Lagian, kenapa sih ayah ngasih Bambang di nama gue. Kenapa nggak dikasih aurora, atau Jasmine aja. Kan Bagus tuh.

"Ada yang mau gue omongin nih sama kak Bambang."

"Apa No?"

"Itu kak, si Narita pengen out dari MJ3."

"Lho ada masalah apa emang?"

"Dia mau fokus di paskib."

"Yaudah kalau gitu, mau bagaimana lagi."

"Masalahnya, si Narita itu dapat peran utama buat pementasan perdana nanti."

"Di ganti aja dulu, sama siapa gitu."

"Susah kak, dialognya panjang-panjang. Waktunya udah mepet. Juga, anak-anak udah nyaman di perannya masing-masing. Atsumu yang jadi tumang aja udah nyaman. Mau di gantiin kru tapi mereka sibuk bikin properti."

"Haduh gimana ya."

"Ini kak, gue mau minta tolong. Bisa nggak, kak Bambang sama senior yang lain nyariin anggota baru yang pas dan cepet ngehapal dialog."

"Gue nggak yakin sih. Pas audisi emang banyak yang ikut. Tapi yang benar-benar berbakat dan niat yang Cuma kalian-kalian yang kepilih."

Muka Enoshita kelihatan makin was-was.

"Tapi nanti gue sama yang lain usahain deh bantu. Lo sama temen-temen lo juga cari, barangkali ketemu."

"Makasih banyak kak."

"Eh, Eno ngapain lo kesini?" Atsumu datang sambil membawa nampan yang berisikan dua porsi mangkok dan dua gelas jus jeruk. Lantas ia menaruh nampan tersebut diatas meja. Lalu melakukan jabatan tangan ala MJ3 dengan Enoshita.

"Ada perlu sebentar sama kak Bambang." Enoshita bangkit dari duduknya. "Tapi udah selesai. Duluan ya kak, Tsum."

"Semangat ya No."

Enoshita sengaja di pilih untuk menjadi ketua MJ3 kelas sepuluh. Soalnya dia yang paling normal. Selain itu, dia punya kekuatan untuk menjadi pawang anak-anak liar Mj3. Selain itu, dia juga bisa menyatukan anak-anak MJ3. Dan lagi dia sangat bertanggung jawab. Buktinya adalah kejadian tadi.

Tadinya mau Shirabu. Cuma dia agak judes. Sering terlibat tubir sama trio jamet pula (Atsumu, Terushima, dan Futakuchi) Aone juga sempat dicanangkan jadi ketua oleh Iwaizumi. Tapi yang lain menolak karena Aone terlalu pendiam. Memang yang paling cocok itu Enoshita.

"Si Eno habis ngapain kak?"

"Ada urusan sebentar tadi. Udah buruan dimakan. Bentar lagi jam istirahat habis."

"Atsumu habis ini mau bolos."

"Hah?!"

Ia mengulangi kalimatnya dengan di eja. Sialan, gue bukannya nggak paham. Gue Cuma kaget.

"Lo masih kelas satu, jangan suka bolos."

"Habis ini pelajaran sejarah kak. Percuma aja kalo masuk, Atsumu juga bakal ngantuk terus tidur. Mending Atsumu bolos aja kan. Waktunya jadi lebih bermanfaat. Atau kak [name] mau nemenin Atsumu bolos?"

Gue jadi inget dengan statement orang-orang yang mengatakan Atsumu ini bukan anak baik. Tapi, membolos bukan berarti sepenuhnya anak buruk kan. Milea dan Keira aja pernah membolos. Gue juga pernah ada niatan untuk membolos. Bahkan anak teladan seperti Kuroo juga pernah. Kadang, keinginan untuk membolos itu muncul dari guru pengajarnya.

"Gue mau tanya, lo suka main sama Dilan ya?"

Atsumu yang lagi ngunyah bakso kelihatan agak kaget. "Kenapa emang kak?"

"Nggak Cuma nanya aja."

Untuk beberapa saat, dia diam. Kemudian senyum kecil. "Nggak kok, Atsumu nggak suka main sama kak dilan."

"Good. Jangan terlibat sama dia kalau bisa. Juga, jangan suka ngebolos. Suatu saat lo bakal nyesel."

Atsumu malah ketawa kecil. Mukanya kelihatan bungah banget. Ini kenapa sih. Kesurupan setan penunggu kantin atau kesurupan piton.

"Atsumu seneng kak [name] memperhatiin Atsumu."

Kesal. Gue mengetuk mangkuk Atsumu menggunakan sendok. "Siapa yang perhatian, hah?! Gue Cuma ngasih nasihat."

"Nasihat itu merupakan bentuk perhatian kak [name] ke Atsumu."

"Berisik! Cepet abisin bakso lo. Gue harus balik ke kelas."

"Oke kak!"

Selama ngobrol bareng nih bocah kok gue baru sadar ya. "Tsum, lo kenapa manggil gue dengan [name]?"

"Kan nama kakak itu."

"Lo nggak tergoda gitu buat manggil gue Bambang kayak anak-anak lain?"

"Nggak ada." Atsumu asik ngunyah bakso. Baksonya bakso urat, emang agak susah dikunya. "Atsumu pengen berbeda. Kalo yang lain pada manggil kakak dengan Bambang, Atsumu bakal terus manggil kakak dengan [name]."

Baper jangan.

"Juga, nama kakak tuh Indah. Atsumu suka."

"Lambemu!"

Mulut boleh memaki. Aslinya sih, hati gue ambyar tujuh turunan denger kalimat dia. Heran deh, dia belajar ngegombal dimana sih.

Atsumu nyebelin. Hobi banget bikin gue deg-degan nggak karuan. Suka maksa. Alay. Sok imut. Annoying. Tapi ada satu hal yang gue suka dari dia.

Dia manggil gue dengan [name].




╰TbC╮










Ambyar ambyar pisang
Pisang ku belum masak
....
.

.

.

keirarntro as Keira
Penyukaindomi as Indomi lover
Na-chan12 as Nachan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro