Bicara
Siang itu terik. Matahari bersinar terang seperti di negeri Tabi. Setelah semalaman minggat ke rumah Tendou. Atsumu memberanikan diri balik ke rumah.
Dan seperti dugaannya, sang bokap sudah memasang raut marah.
Dengan tetap chill, Atsumu memberi salam walau nggak dianggap.
"Darimana aja kamu?"
"Pah, Atsumu mau ngomong sesuatu."
Ayah berdecak. Lalu langsung duduk angkuh di sofa ruang tamu. Mukanya masih kecut. "Tinggal ngomong aja."
Walau masih agak ragu, tapi Atsumu udah nggak bisa balik kanan lagi. 'Yuk bisa yuk!' ucapnya dalem hati, ala-ala motivator di sosial media.
"Yah."
Walau nggak natep anaknya, tapi ayah dengerin kok. Dan Atsumu tahu.
"Tolong berhenti bandingin Atsumu sama Samu."
Kalau ini sinetron India sudah pasti ada sound effect 'jeng jeng...' lalu kamera close up ke wajah ayah. Ya begitulah.
"Maksudnya?" akhirnya Ayah menatap anak kuningnya.
"Ayah selalu pengen Atsumu jadi kayak Samu yang pinter dan berprestasi di sekolah. Tapi yah, asal ayah tahu, nggak semua orang bisa seperti Samu. Kita terlahir dengan passion dan kemampuan yang berbeda-beda yah."
Makasih pada Tendou yang udah bikin kalimat yang meyakinkan. Berkatnya, Atsumu bisa kelihatan mantep begini. Dia juga pede bisa menang debat dengan ayah. Soalnya Atsumu udah minta tips berdebat dengan bapack-bapack dari Daichi. Dia juga sudah minta doa dari orang yang paling teraniaya di MJ3, siapa lagi kalau bukan Oikawa. Yang paling penting adalah semangat dan dukungan dari ayang [Name].
Nunggu jawaban dari ayah bikin resah. Ditambah ruang tamu yang terlalu hening. Keringat dingin sampai mengucur di pelipis Atsumu. Boleh jadi dia pede menang debat. Tapi rasa takut masih tersisa.
"Tsum." suaranya bikin jantung ketar-ketar. "Kamu itu hanya beralasan. Kamu itu cuma males." nada bicaranya memang tidak tinggi, tapi begitu menusuk.
Seketika tips yang diberikan Daichi, kata-kata yang dibuat Tendou terlupakan begitu saja. Sejak awal Atsumu tahu hatinya akan terluka, bahkan ia sudah mewanti-wanti, tapi tetap saja sakitnya bukan main.
"Memang ayah tahu apa soal perjuangan Atsumu?" meski mati-matian ditahan, air mata Atsumu akhirnya keluar juga. "TAHU APA HAH?!"
"Berani ya kamu bentak ayah!"
"Yang ayah tahu cuma banding-bandingin Atsumu sama Samu doang!" teriakan Atsumu menggema keseluruh rumah, bahkan membuat ART yang sedang masak jadi gatel untuk mengintip. "Ayah nggak tahu Atsumu stres karena belajar, ayah nggak tahu seberapa kerasnya Atsumu berjuang biar bisa memenuhi ekspetasi ayah."
Sudah sering ayah berdebat dengan Atsumu. Tapi ini pertama kalinya melihat anaknya begitu emosional.
"Ayah cuma mau tahu hasilnya aja. Ayah nggak mau tahu seberapa keras Atsumu berusaha. Dan Atsunu sadar seberapa keras pun berusaha, Atsunu nggak bakal bisa menuhin ekspetasi ayah, KARENA AYAH CUMA SAYANG DAN PEDULI SAMA SAMU!"
"Aku Atsumu yah. Aku punya hidup dan keinginan sendiri. Tapi kenapa ayah terus maksa aku biar aku jadi kaya Samu?! KENAPA YAH?!"
"INI SEMUA DEMI KAMU!" ayah balas teriak.
Wajah keduanya sama-sama memerah. Dengan urat kemarahan yang terlihat jelas.
"Jadi diri sendiri hah? Kamu pikir dunia ini akan nerima kamu kalo kamu berani jadi diri sendiri?!"
Atsumu hanya terdiam.
"Dunia ini cuma nerima yang pintar dan berprestasi. Ini semua ayah lakukan demi kamu Tsum, DEMI KAMU!"
"OMONG KOSONG!"
"ATSUMU!"
"Dunia cuma nerima orang yang pintar dan berprestasi kata ayah? Terus kenapa anak-anak di eskul mau nerima aku?"
"Atsumu!"
"Pikiran ayah terlalu kolot dan sempit. Dunia ini dinamis yah. Jangan terjebak di masa lalu--"
Plak...
"Udah ngomongnya?"
Bekas tamparan di pipi Atsumu berdenyut nyeri. Siapa sangka ayahnya akan langsung main tangan begitu saja.
"Kalau kamu punya waktu untuk berdebat, lebih baik kamu belajar aja."
Ujung bibir Atsumu terangkat, sebuah senyum ironi. Kemudian disusul tawanya yang terasa pilu. "Harusnya Atsumu nggak usah nyoba buat bicara."
Setelah mengatakan itu, Atsumu langsung keluar dari rumah. Amarah membuatkannya sampai-sampai ia tidak menyadari kedatangan Osamu diantar mamang ojol berjaket greb tapi helmnya berlogo gojeg.
Beberapa kali Osamu memanggil kembarannya. Tapi Atsumu menjelma jadi tuli. Mungkin karena disumpal perkataan nyelekit ayah.
Hingga Atsumu menghilang dibelokkan dengan motornya, ia tidak menyadari keberadaan Osamu.
Si abu mencium keanehan. Dia langsung masuk kerumah. Tentunya setelah membayar mamang ojol. Ayah tengah duduk dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Mimik mukanya terlihat sedang marah. Pasti habis ada perang dunia, asumsi Osamu.
"Ayah, tadi Atsumu kenapa?" dan dia memberanikan diri buat nanya.
"Biasa, saudaramu kerjaannya cuma bisa bikin onar. Kapan bisa berprestasi kaya kamu coba!"
Hanya dengan balasan penuh emosi itu, Osamu paham betul sitkon yang terjadi di ruang tamu beberapa saat lalu.
"Yah."
Ayah langsung menoleh. Dia merasa agak dejavu gitu ya.
"Bisa tolong berhenti ngebandingin Osamu sama Tsumu?"
"Kamu juga kenapa? Ayah begini buat memotivasi--"
"Nyatanya itu nggak memotivasi dia kan. Justru malah menjauhkan kami."
Checkmate, ayah tidak bisa membalas lagi.
"Osamu ya Osamu, Tsumu ya Tsumu. Walau kami kembar, tapi kami tetap dua individu yang berbeda yah, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing."
"Kelebihan? Emang apa kelebihan saudara mu itu? cuma bikin onar doang." Ayah sedikit tertawa mengejek.
"Ada yah. Tsumu punya kelebihan yang nggak Osamu miliki."
"Coba sebutkan?"
"Kenapa nggak ayah tanya atau cari tahu sendiri. Anak Ayah kan dua, jangan fokus pada satu orang aja yah. Tunjukan kalau ayah bisa jadi ayah yang hebat, baik untuk Osamu maupun Tsumu."
"Samu..."
"Btw, ayah mau lontong, ini masih anget lho?"
*
Harusnya ini jadi acara khusus kaum hawa ya. Harusnya sih gitu. Tapi Oikawa maksa buat ikut. Funfact Oikawa emang suka ikut ngerumpi bareng ciwi-ciwi.
Karena kasihan, kadang ia dibolehin join. Tapi kalau lagi selek sama Hana nggak ada kata maaf untuk manusia narsis satu ini.
Acaranya sih simpel, masak-masak yang lagi trend di tiktok itu. Tadinya mau ajak anak-anak cowok juga. Tapi berhubung sebagian besar anak cowok sibuk, jadi khusus ciwi-ciwi aja dulu.
Kiyoko juga bilang, untuk menghindari perang. Tahulah bagaimana tingkah anak-anak MJ3 kalo udah berhubungan sama makanan.
Sebenarnya bukan cuma personel MJ3 yang cewek-cewek aja. Ada juga Mika. Sengaja diajak sama Yukie, lumayan buat ngorek aib Suguru kan.
"Oik, jangan bikin sw mulu napa!" Sewot Hana yang lagi motongin pak coi.
"Tugas gue kan jadi sesi dokumentar."
"Apaan dah, Lo kan nggak diajak." Dimana ada keributan, disitulah Yukie hadir.
"Mending lo bantuin Bambang noh!" dengan santai, Hana getok kepala Oikawa pake pisau.
"Hana! lo kok gitu!" Oikawa langsung ngehindar.
"Apasih, orang bukan yang bagian tajemnya kok!"
"Ya tetep aja bahaya woy!"
"Lebay!"
"Iya ih Hana parah," ucap Yukie. "Kalo Oik mati kan dagingnya haram, nggak bisa kita makan."
"Jahat ye lo pada!"
"Oik, bisa tolong bantu pasangin gas?" Tanya Kiyoko. Dia dan Mika udah berusaha buat masang gas, tapi tetep nggak berhasil.
"Sini, sini, sama babang Oik tampan aja."
"Dih pen muntah gue," teriak Hana.
"Eh Milea belum dateng?" Tanya [Name] Yang lagi motongin isian buat Tom yam nanti.
Yukie cuma geleng. "Biasa, bucin dulu."
"Lo nggak bucin Bang?" Tanya Hana.
"Sama?"
"Ya sama si kuning lah."
"Atau mau sama pak Ketu?" goda Yukie.
"Dih, orang gue nggak ada hubungan apa-apa kok sama mereka." Sebel banget rasanya kalau udah digodain gini.
"Tapi Bang, kalo disuruh milih mending mana? Kuroo atau Atsumu?" tanya Kiyoko.
Suasana mendadak jadi serius. Semua berhenti beraktivitas. Tak terkecuali Oikawa yang masih kesulitan masang gas.
"Kayakanya gue bakal pilih..."
Deg
Deg
Deg
"Biasanya kalau gini Tbc nih," terka Yukie.
Deg
Deg
Deg
"Pilih abang Oik aja deh."
"Bacot lo Oik, diem napa!"
Deg
Deg
Deg
"Plis jangan tbc."
Deg
Deg
Deg
".... pilih om steve roger ajadeh hehehe."
Gubrak, padahal udah penasaran banget.
Lihat ekspresi kecewa temen-temennya, [Name] ketawa sambil tepuk tangan. Ya gitulah, ketawa yang heboh gitu.
"Dahlah, lanjut masak lagi aja, dah laper nih," kata [Name].
"Bener sih, laper bet nih," sambung Yukie.
Semua kembali sibuk ke aktivitas masing-masing.
Sementara itu, walau tangan [Name] bergerak memotong bahan-bahan. Tapi pikirannya lagi nggak di tempat. Ia sibuk mikirin Atsumu. Kira-kira dia bakal berhasil nggak ya. Semoga sih iya. Dia nggak tega lihat Atsumu sedih gitu.
Bukan apa-apa ya, tapi sebagai sesama manusia wajarkan kalai bersimpati.
Drt... drt...
Padahal hp [Name] yang bergetar tapi yang heboh Oikawa. Malu nggak tuh. Eh lupa, dia kan nggak punya malu.
Rupanya si Tendou yang nelepon. Ini pasti mau minta makan. Apalagi emang.
"Ten, Lo mau minta--"
"Bang, Atsumu kecelakaan!"
╰TbC╮
Terimakasih untuk para pembaca Setia yang masih bertahan sampai sekarang, love you all
…
Anyway, aku buat dua book baru dari fandom haikyuu dan Tokyo revenger
Jika berkenan mampir ya ^^
𝐁𝐚𝐣𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐬𝐮𝐤𝐞 ❝Not your priority❞
𝐒𝐚𝐤𝐮𝐬𝐚 𝐊𝐢𝐲𝐨𝐦𝐢 ❝Promise Dream❞
15 Februari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro