Aksi Atsumu 2
[name] Bambang Wijaya
Gue udah sampai rumah dengan selamat sentosa. Untung si Atsumu nggak ada niat macem-macem. Awalnya gue minta dianterin sampai depan pintu masuk perum aja. Tapi Atsumu keukeuh mau nganterin gue sampai rumah. Untung keluarga gue lagi pada pelisiran ke Singapur. Jadi nggak tahu kalau ada cowok yang nganterin gue. Cowoknya cakep, motoronya macem valention rosi pula.
Jujur aja gue sempet baper. Yakali, siapa sih yang nggak baper dideketin manusia seganteng dan sekece Atsumu. Belum lagi sikapnya yang manis dan perhatiannya yang berlebihan itu, menurut gue.
Habis mandi gue langsung masak mie. Gue malas keluar. Jadi makan mie aja. Sambil nunggu air mendidih, gue mainin hp dulu. Kaget tiba-tiba ada yang ngirim wa. Nggak tahu dah ini nomer siapa.
081xxxxxxxxxx
Halo...
Gue dilema mau balas apa nggak. Mungkin ini wa orang jahil dan nggak seharusnya gue ladenin. Tapi disisi lain, gue juga penasaran siapa pemilik nomer ini. Bodo ah, gue bales aja.
Siapa ya?
Degem kesayangan kak [name]
Gue blokir nih!
Jangan dong kak!
Sapa?
Ini Atsumu, save ya :*
Gue menghela napas. Dikira siapa. Taunya anak nggak jelas itu. Air udah mendidih, gue cempluning mie kedalamnya. Baru ditinggal sebentar ada lima ponsel yang masuk ke ponsel gue. Satu dari milea yang cerita serunya ngapel bersama Dilan. Sisa empatnya dari Atsumu.
Gue blokir aja kali ya. Saat telunjuk gue mau menyentuh opsi blokir nomer ini. Tiba-tiba ponsel gue berdering nyaring. Karena refleks, gue langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa tahu siapa yang menelepon.
"Halo?"
"Kak."
Yee... bocah nggak jelas ini rupanya. "Gue tutu—"
"Jangan kak! ini Atsumu lagi ada didepan, keluar dong!"
"Ngapain lo?!" gue kaget dong.
"Ayo kak keluar. Atau Atsumu teriak-teriak nih. Biar tentangga kak [name] tahu ada makhluk ganteng disini."
Panik. Bahaya kalau tetangga pada tahu. Apalagi kalau si Tendou tahu. Mulut Tendou kan samudra. Bisa menyebar kesatu sekolah nih berita. "Bentar... bentar..." bodo amat rambut masih basah, dan masih ada handuk yang nyantol di leher. Yang penting gue udah berpakaian lengkap dan tertutup. Gue langsung keluar. Udah siap-siap mau marahin Atsumu.
Tapi begitu pintu di buka.
Hah kosong, astaghfirullah hal adzim. Cobaan apa ini.
"Lo mana hah? Gue udah keluar nih," teriak gue di ponsel. "Lo ngerjain gue ya!"
"Nggak kok, Atsumu beneran di depan."
"Terus mana?" gue celingak celinguk macam anak kesasar.
"Di depan tv," Atsumu ketawa hehehe. Sialan. Dipikir lucu apa.
"Gue blokir nih!"
"Jangan dong kak. Atsumu Cuma bercanda."
"Dahlah matiin. Gue lagi masak mie instan."
"Nggak sehat lho makan mie instan."
"Nggak ada makanan lagi. Gue tutup."
Pip...
Gue langsung masuk kedalam rumah. Pas, mie instan gue udah matang. Tuang bumbu kedalam mangkok. Lalu masukan mie instan beserta kuahnya kedalam mangkok juga. Mantap, baunya membangkitkan selera.
Ponsel gue berbunyi lagi. Astumu mengirim pesan. Isinya nyuruh gue jangan makan mie dulu. Apasih, sok ngatur. Dari pada di ladenin mending gue makan mie intan gue. Saat satu suapan mau masuk kedalam mulut, ponsel gue berbunyi terus menerus. Rupanya Atsumu spam stiker. Sialan emang, tapi gue ngakak. Soalnya stikernya lucu. Ada juga stiker anak-anak MJ3. Nggak tahu dah dia dapet dari mana.
'Jangan dimakan dulu mienya. Tunggu beberapa menit.'
Bodo, ngapain gue nurutin lo.
Spam stiker Atsumu berhenti. Apa dia sudah lelah. Bodo amat. Bodo amat. Jangan ambil pusing. Tapi kok, gue mendadak nggak selera makan mie. Kenapa ya. Gue jadi kasian sama mie nya.
Asik melamun, tiba-tiba aja bel rumah gue ada yang mencet. Siapa gerangan manusia yang bertamu malam-malam begini. Semoga bukan orang penting. Gue malas ngeladenin soalnya.
Begitu pintu dibuka, gue kaget rupanya Astumu dengan balutan baju santai tengah membawa jinjingan.
What the pip, ngapain si kuning kesini?!
"Ngapain lo kesini?" tanya gue sedikit nyolot.
Atsumu ngos-ngosan. Kayaknya dia buru-buru kesini deh. "Atsumu nggak disuruh masuk dulu nih?"
"Nggak." gilasih, walau Cuma pakai kaos polos sama celana pendek, juga sandal eiger. Atsumu tetap kece. Gue bilang kece bukan karena suka. Emang dia kece. Justru aneh kalau ada cewek yang nggak nganggep Atsumu kece. "Ngapain lo kesini," ulang gue.
"Ini." Atsumu nyodorinn jinjingan berwarna hitam. "Astumu bawain makanan buat kak [name]."
"Buat gue?"
"Iya. Katanya dirumah kak [name] nggak ada makanan. Jadi Atsumu bawain. Ini masakan bunda. Enak lho..."
Gue merasa nggak enak. "Lo nggak usah repot-repot gini."
"Nggak kok. Atsumu pengen kak [name] selalu sehat soalnya."
"Lebay, makan mie intan sekali mana bikin gue sakit."
"Siapa tahu. Lebih baik mencegah dari pada mengobati."
Karena merasa nggak enak, gue pun mengajak Atsumu untuk duduk di ruang tamu. "Bentar, gue ganti ini. Lo mau minum?" tanya gue.
"Boleh."
Gue berjalan kedapur. Ada tiga tempat tuperwer dalam jinjingan itu. Yang pertama isinya nasi. Yang kedua isinya rendang dan yang ketiga lalab. Sambelnya di bungkus terpisah didalam plastik. Gue heran. Dia bisa nyiapin semua ini dalam waktu singkat. Apa jarak rumah gue sama Atsumu deket.
Dahlah. Gue bergegas memindahkan makanan kedalam piring. Langsung gue taruh kembali tuperwer yang sudah kosong kedalam jinjingan. Gue kembali ke ruang tamu. Nggak lupa membawa minum buat Atsumu. Cuma air dingin sih.
"Seadanya aja ya," ucap gue sambil naruh minum didepan Atsumu. Gue juga nyimpen jinjingan tadi di samping Atsumu.
"Nggak apa-apa kak." Atsumu langsung tenggak habis. Gila, haus apa doyan tuh.
"Btw, makasih ya."
Atsumu Cuma senyum. "Oh ya, ortu kak [name] mana?"
"Keluarga gue lagi liburan."
"Sendirian dong," kata Atsumu. "Atsumu temenin ya?"
"Gue sintil nih jakun lo."
"Canda kak hehe..."
"Tsum, lo kok cepet banget. Rumah lo dimana sih."
"Di gang sebelah kak."
"Satu perum dong kita?" gue kaget.
Atsumu Cuma nyengir. "Iya, kalo ngapel deket."
"Sentil nih!"
"Sentil cintanya."
"Sentil beneran nih!"
"Tsumu pulang dulu ya. Kak [name] makan yang lahap. Kalau kurang bilang aja. Nanti Atsumu anterin lagi," ucap Atsumu. "Oh ya, jangan lupa save nomer Atsumu. Namanya 'calon imam masa depan.' Kalau ada apa-apa telepon Atsumu aja. Kalau merasa kesepian bilang, secepat kilat Astumu akan menuju kesini."
Tangan kanan gue bergerak menyentil-nyentil udara.
Atsumu ketawa ringan. "Canda kak. Atsumu pulang dulu ya. Tiati kak. Bye..."
Dan Atsumu pun pergi. Gue bali ke meja makan. Mie yang tadi gue masak udah mengembang dan terlihat tak enak dimakan. Gue tatap masakan bundanya Atsumu yang menggoda selera. Takdir gue makan rendang kali ya.
Gue heran. Kenapa Atsumu bisa setergila-gila itu sama gue. Maksudnya, gue ini kentang. Dan dia itu wah... sekali. Padahal ada banyak mawar di SMA Ashiap. Tapi kenapa dia malah memilih kentang kayak gue. Apa Atsumu kesurupan ya. Kalau begitu, besok gue panggilin abah Nekomata aja kali ya buat ngeruqyah dia.
Au ah bingung. Btw, ini kok rendang enak banget.
Jadi nagih.
TbC
Ada yang mau jadi cameo?
Untuk 3 org tercepat :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro