019
Mungkin kalian penasaran apa yang terjadi setelah Mika dapat berbicara di halaman belakang.
Sekarang mari skip dulu
---
(Name) menelusuri gang kecil yang berada di antara bangunan-bangunan tinggi di kota. Kedua tangannya memeluk sebuah boneka kelinci berwarna putih yang senada dengan gaunnya yang berwarna paduan baby blue dan putih.
Mereka berjalan sudah cukup jauh. Hingga mereka menangkap bayangan sosok yang mereka cari. (Name) memberi seulas senyum pada Izumi sebagai isyarat. Tentu saja Izumi menurutinya.
(Name) mengikuti sosok itu seorang diri. Tentu saja sosok itu akhirnya menyadari bahwa (name) mengikutinya.
"Kenapa kamu mengikutiku?"
"A-aku hanya tersesat,paman," Ucap (name) dengan wajah yang memelas.
"Ini bukan jalan yang bisa dilalui anak kecil sepertimu, pergilah!" Ucapnya mengusir (name).
"Ta-tapi aku tidak tahu kemana arah pulang," Ucap (name) yang masih saja mengikuti sosok itu.
"Aku tidak ada waktu untuk meladeni anak kecil sepertimu,"
"Tapi.. Apa paman kenal orang ini?" Tanya (name) sambil menunjukan sebuah foto yang menampilkan seseorang yang menggunakan jubah dan topi yang menutupi wajahnya.
Seketika orang itu ketakutan. Ia melangkag mundur perlahan, menjauh dari (name) yang menatap bingung.
"Aku tidak kenal orang itu, su-sudah-sudah aku masih ada urusan," Ucapnya dengan keringat dingin yang mulai bercucuran di pelipisnya.
"Tidak baik mengabaikan anak kecil yang kebingungan lho paman.."
BRAK
---
"Chou uzai, hal merepotkan seperti ini malah tidak dapat apapun," Gerutu Izumi sambil mengacak surai abu-abunya.
(Name) mengambil sebuah kantung kecil berwarna maroon yang diikat di celana orang itu. Ia membukanya, menampilkan beberapa peluru yang memiliki aroma yang aneh.
"Sayang sekali tidak ada Niki nii-san," Gumam (name).
Sekilas dari aromanya itu seperti tanaman herbal. Niki yang biasa berurusan dengan dapur mungkin tau dengan aroma ini. Atau mungkin bisa meminta Nazuna yang biasa mengurus tanaman di halaman belakang.
(Name) sendiri juga tidak yakin apakah ini aman jika aromanya ia hirup seperti ini.
"Izumi nii-san bisa pegang ini dulu," Ucap (name) sambil memberikan kantung yang sudah di tutupnya lagi.
(Name) kembali memeriksa apa ada sesuatu di tubuh orang itu. Ia pun menemukan sebuah plakat yang terliat cukup tua. Tapi lambang yang terukir di atasnya belum pernah ia liat. Disana juga tidak ada tulisan nama organisasi atau apapun yang mungkin menjelaskan apa makna lambang itu.
"Izumi nii-san pernah melihat lambang ini?" Tanya (name).
"Entahlah,"
"Baiklah, ayo beli permen sebelum pulang !" Ucap (name) sambil mengulurkan kedua tangannya pada Izumi.
"Ck, nona harus memperhatikan makanan juga,"
"Aku pikir Izumi nii-san tidak pernah cerewet,"
"Bukan seperti itu,"
(Name) hanya terkekeh.
---
"Tuan, sepertinya ada yang menyadarinya"
Pria yang tengah duduk santai di sofa nya hanya menyeringai. Meski ia meminta orang-orangnya untuk memberi laporan padanya, namun baginya itu juga tidak begitu penting.
"Terus saja awasi dan laporkan perkembangannya," Ucap pria itu.
Orang yang baru saja memberi laporan itu pergi meninggalkan ruangan milik bosnya itu. Sementara pria yang masih duduk dengan santainya itu menyadari ada yang memperhatikannya.
"Kamu tidak perlu terlalu tegang seperti itu..."
Ia memotong sesaat ucapannya.
".... Hiiro,"
1 nama itu keluar dari mulutnya bertepatan dengan munculnya sosok yang sedari tadi mengintip dari balik pintu.
―――― Midnight Butler ――――
𝕿𝖔 𝖇𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖙𝖎𝖓𝖚𝖊𝖉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro