018
"Nona, ada pesan dari tuan muda,"
(Name) yang tengah memainkan piano langsung menghentikan pergerakan jarinya. Ia melihat ke arah Anzu yang mendekatinya untuk menberikan pesan tersebut padanya.
"Data terakhir sudah kukirimkan, itu adalah yang terakhir dan yang terumit,"
Kurang lebih seperti itulah isi pesannya. (Name) tidak yakin tentang itu. Ia berpikir bahwa semuanya masih terasa samar. Tidak terpikir apapun jawaban dari apa yang ia pertanyakan.
Lagipula, ia hanya melakukan beberapa hal.
(Name) menghampiri Mika, anak laki-laki yang ia bawa ke kediamannya beberapa hari yang lalu. Anak itu sudah mulai bisa diajak komunikasi walah hanya anggukan atau gelengan kepala. Karena ia juga tidak tahu siapa namanya sendiri, akhirnya (name) yang memberi nama itu padanya.
Tentu saja Mika mendapat perlakuan yang sangat baik disini. (Name) memperlakukannya seperti adik sendiri, karena ia pikir umur mereka juga tidak beda jauh.
Tidak banyak hal yang membuat Mika tertarik. Anak laki-laki itu lebih banyak memeluk boneka yang bentuknya sedikit aneh dan suka makan permen.
"Izumi nii-san," Panggil (name) pada Izumi yang berdiri di dekat Mika.
"Ada apa nona?"
"Boleh bicara berdua? Mika biar ditemani oleh Anzu nee-san," Ucap (name).
Izumi hanya menurut, ia mengikuti (name) dari belakang menuju halaman belakang. Disana ada nazuna yang tengah mengurus kelinci-kelinci.
"Nona, ada apa kemari?" Tanya Nazuna. Butler yang paling mungil itu merasa heran karena bisa dibilang nonanya itu cukup jarang ke halaman belakang.
"Tidak apa-apa, bisa tolong siapkan teh dan kue?"
"Baik nona, akan kusiapkan,"
Nazuna beranjak dari tempatnya menuju dapur Niki untuk menyiapkan Teh dan kue. Sementara (name) mengajak Izumi menuju meja yang biasa digunakan untuk perjamuan minum teh.
"Duduklah,"
Izumi merasa sedikit canggung untuk duduk bersama (name). Mengingat bagaimana perbedaan status mereka. Bagaimana pun itu bukanlah hal yang bagus.
"Tidak apa-apa, aku yang menyuruhmu, jangan bilang nii-san ingin membantahnya?"
Izumi menurut, ia duduk berseberangan dengan (name).
"Nona ingin mengatakan apa?" Tanya Izumi.
"Nii-san tau kan bagaimana kondisi Mika bagaimana?"
Izumi mengangguk
"Aku akan menyerahkan sebelah mataku untuknya,"
Mata Izumi terbelak. Ia terkejut dengan keputusan (name) yang sangat tidak wajar ini.
"Aku tahu... Bagaimana pun aku akan mati,"
Izumi tidak bisa berkata apapun. Tatapan mereka bertemu. Wajah (name) yang nampak penuh kepolosan itu tersenyum hangat.
Nazuna yang datang sambil membawa nampan dorong menatap bingung ke arah 2 orang itu. Terutama ke arah Izumi yang sedikit tertunduk dengan dahi yang sedikit berkerut.
"Ini tehnya nona,"
"Terima kasih Nazuna nii-san," Ucap (name).
Nazuna yang merasa ia tidak boleh terlibat disini pun langsung undur diri setelah meletakan teh dan kue itu. Ia menatap khawatir karena firasatnya mengatakan pembahasan kedua orang itu sepertinya bukan hal yang bagus.
"Itu hanya jika aku utuh," Lanjut (name) pada Izumi.
(Name) meneguk tehnya. Rasanya berbeda dengan yang biasa Izumi seduh untuknya. Mungkin karena ia hampir tidak pernah meminum seduhan teh butlernya yang lain selain Izumi. Dulu hanya ia lakukan ketika sedang melatih butlernya. Setelah itu kembali Izumi yang melakukannya.
"Nona,"
(Name) menoleh, disana ada Anzu dengan Mika yang berada di gendongannya.
"Ada apa?"
"Tuan muda Mika sepertinya ingin menemui anda, ia terus memperhatikan anda dari jendela," Ucap Anzu.
Mika langsung turun dari gendongan Anzu dan menghampiri (name).
"Nee-chan,"
―――― Midnight butler ――――
𝕿𝖔 𝖇𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖙𝖎𝖓𝖚𝖊𝖉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro