016
Cairan merah itu menetes dari sudut tajam benda yang berada di tangannya. Netra yang memancarkan aura dingin itu menatap datar ke 100 tubuh yang sudah tak berdaya itu.
Ia memasukan benda itu kembali pada tempatnya. Tarian mematikan sudah selesai ia lakukan. Ia berbalik pada seseorang yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Merlutut memberi hormat.
Seulas senyum tipis muncul sebelum sebuah kalimat perintah dikeluarkan, "Hancurkan semuanya, mata dibalas dengan mata,"
---
Malam itu ia membantai semuanya begitu saja. Itu bukan rencananya. Namun sebuah perintah memintanya untuk membantainya tanpa tersisa sedikitpun.
Ia menatap dengan tatapan sendu ketika kedua pria itu melakukan tugas mereka. Pikirannya terus mengatakan bahwa dunia ini sama sekali tidak masuk akal. Kenapa semua harus melakukan hal ini?
Ketika sebuah peperangan masih menghantui kehidupan. Ia berpikir bahwa mungkin itu tidak akan pernah berakhir. Sebuah pertumpahan darah hanya karena sebuah hati yang menginginkan lebih.
"Semua sudah selesai sesusai perintah,"
(Name) menatap kedua pria yang sedang mengganti sarung tangan mereka. Ia mengulum senyum lembut kemudian berjalan ke arah sebuah tirai.
Tangannya menarik tirai tersebut untuk membukanya. Disana ia bisa melihat 10 anak-anak yang dikurung dalam sebuah kurungan besi.
Tatapan yang nampak kosong dari semua netra itu menusuk hatinya. Ia langsung meminta kedua pria itu untuk membuka kurungan tersebut.
"Lakukan perawatan, urus semuanya dengan baik," Ucap (name).
Izumi dan HiMERU mengangguk.
(Name) menatap sosok yang duduk paling pojok dari kurungan tersebut. Ia bisa melihat salah satu matanya diturupi oleh perban dan dari semua anak-anak yang ada di kurungan ini. Dialah yang paling kurus.
Ada perasaan aneh saat melihatnya. Ia merasa bahwa anak itu memiliki nasib yang tak jauh berbeda darinya.
"Ada apa nona?" Tanya Izumi
"Tidak apa-apa,"
---
Dengan kendaraan yang mereka ambil dari salah satu rumah. Mereka membawa 10 anak itu kembali ke kota mereka untuk mendapat perawatan. Tepatnya di rumah sakit milik keluarga (last name).
Perjalanan kembali ini terdengar lebih mulus di bandinkan sebelumnya. Bahkan kepulangan mereka lebih cepat dari rencana. Mungkin karena perubahan dadakan sehingga bisa kembali lebih cepat.
Tapi bagi (name), ini lebih baik daripada rencana sebelumnya.
"Tolong perhatikan dengan baik, beri pelayan terbaik," Ucap (name) pada kepala rumah sakit ketika mereka tiba disana
"Saya akan melakukan yang terbaik nona,"
"Baik, aku akan mengunjungi anak-anak itu sesekali," Ucap (name).
Netranya menatap ke arah anak-anak yang sudah diletakan pada 1 kamar rawat inap yang sama. Kebetulan ada kamar rawat inap yang memang di tempatkan untuk 10 pasien.
Lagi-lagi ia kembali menatap ke arah anak yang salah satu matanya ditutup oleh perban. Ia mendekati anak itu untuk melihatnya lebih jelas.
"Apa ada yang salah nona?" Tanya kepala rumah sakit.
"Apa anda sudah memeriksa anak ini?" Tanya (name).
"Sudah nona, matanya yang diperban itu mengalami kerusakan parah hingga tidak bisa berfungsi lagi dengan baik," Jelas kepala rumah sakit.
"Apa tidak ada cara untuk memperbaikinya?"
"Satu-satunya cara adalah menggantu matanya, tapi tidak mudah menemukan mata baru untuknya,"
(Name) mengusap lembut pipi yang nampak begitu kurus itu. Ia tahu bahwa mental anak-anak yang ia bawa ini telah terganggu hingga hanya bisa menatap kosong seperti ini.
"Perbaiki semua kerusakan tubuh pada anak-anak. Jika ada cacat kaki maka beri kaki buatan, jika cacat tangan maka beri tangan buatan. Jangan lupa untuk perlakukan mereka selembut mereka untuk memperbaiki mentalnya," Ucap (name) sebelum ia pergi meninggalkan tempat itu.
Meski tidak mungkin membuat semua anak-anak di dunia ini aman. Selama ia bisa melihatnya, ia harus bisa memberi hal baik.
Paling tidak, ia tidak akan dihantui oleh gadis kecil itu lagi
―――― Midnight Butler ――――
𝕿𝖔 𝖇𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖙𝖎𝖓𝖚𝖊𝖉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro