001
Sang mentari mulai mengintip dari balik tirai berwarna beige polos. Mengusik tidur sang pemilik kamar yang tengah tertidur pulas diatas ranjangnya.
Suara ketukan terdengar dari balik pintu kayu yang menjadi akses masuk ke kamar ini. Kemudian suara knop pintu yang ditarik pun terdengar pelan karena pintu ini pun didesain agar tidak menimbulkan suara decitan yang mengganggu.
Pelaku yang membuka pintu kamar tersebut melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang begitu luas namun hanya ditinggali satu orang saja. Ia menghampiri jendela besar yang masih ditutupi oleh tirai.
Tangannya yang terbalut sarung tangan langsung menarik tirai tersebut lebar-lebar. Kembali mengusik tidur nyenyak sang pemilik kamar.
"Ngg.."
Lenguhan kecil terdengar dari bibir mungil yang mencoba mengumpulkan nyawanya. Kelihatannya sekarang ia sudah tidak bisa melanjutkan tidurnya.
Sosok yang masuk ke dalam kamar itu memberikan secangkir teh pada sang pemilik kamar. Ia menerima cangkir tersebut dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, kemudian meneguknya perlahan.
"Hari ini akan ada pelajaran sastra pada pukul 8, pelajaran dansa pada pukul 10. Lalu jam 2 akan ada pertemuan dan jam 6 ada perjamuan yang harus anda hadiri,"
"..."
Sang pemilik kamar tidak mengatakan apapun untuk itu. Jadwal yang cukup aneh untuk usianya itu sudah bukan hal yang baru untuknya. Menjadi hal yang biasa, namun sebagian orang menganggap itu adalah hal yang aneh.
"Panggilkan Anzu nee-san, aku akan bersiap,"
Ia membungkukan tubuhnya tanda menerima perintah. Ia mengambil kembali cangkir yang telah kosong dari sang pemilik kamar kemudian meletakan kembali pada nampan dorong yang ia bawa.
Ia keluar dari ruangan tersebut. Tak lama kemudian sosok gadis yang dipanggil "Anzu nee-san" Oleh sang pemilik kamar itu masuk.
"Selamat pagi nona, saya akan melayani anda untuk bersiap,"
Ia yang dipanggil "nona" Tersenyum tipis. Membiarkan gadis yang bernama Anzu itu melayaninya untuk bersiap. Semua setelan pakaian yang entah berapa nilainya, perhiasan, sepatu, serta riasan, semua disiapkan dengan baik.
Tidak lupa semua disiapkan sesuai dengan apa yang akan ia lakukan hari ini.
---
Ruangan yang begitu luas itu menjadi tempat jamuan sarapan paginya. Meja yang panjang yang bahkan bisa menampung 20 orang itu hanya ditempati oleh sang "nona".
Butler pribadi yang selalu menjadi pendamping "nona" Berdiri diam di samping belakang "nona" Tersebut. Menunggu perintah selanjutnya atau mungkin berjaga-jaga jika sesuatu terjadi.
"Aku sudah selesai,"
Hanya dengan ucapan itu, butler tersebut langsung bergerak membantu "nona" Untuk beranjak dari tempatnya. Memberi kode pada dua butler lain yang berjaga di depan pintu untuk membereskan bekas sarapan "nona" Tadi.
"Ingatlah untuk tidak membuat kekacauan," Ucap sang butler.
"Dimengerti,"
"Nona" Tersenyum ramah pada kedua butler itu saat ia berjalan melewatinya. Keduanya hanya membalas dengan senyum formalitas yang profesional.
Kedua pasang kaki yang berbeda ukuran itu berjalan menuju ruang baca yang berjarak 4 pintu dari ruang jamuan tersebut. Tidak ada sepatah katapun yang keluar. Hanya sebuah keheningan di dalam lorong yang panjang dalam kediaman itu.
Sang butler pribadi membukakan pintu ketika sudah tiba di ruang baca. "Nona" Memberikan senyum terima kasih sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Sudah pukul 8, mari kita mulai,"
Sang butler mengambil kacamata nya yang selalu ia simpan di saku. Memakaikannya pada netranya yang berwarna biru.
"Nona" Tersebut berjalan mendekati mejanya yang selalu rapi tanpa debu sedikitpun. Bagaimana pun ia harus siap menghadapi pelajaran yang rumit untuknya.
―――― Midnight Butler ――――
𝕿𝖔 𝖇𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖙𝖎𝖓𝖚𝖊𝖉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro