Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter XXI

Biarkan kegelapan menjadi begitu gelap sehingga menelan semua harapan. Hanya dengan begitu kau dapat menemukan cahaya dalam hatimu.
Biarkan kegelapan menjadi begitu gelap sehingga kehilangan semua arah rasa, hanya dengan begitu kau bisa merasakan siapa yang masih berada di sisimu.

*****

Escape

Benar-benar dalam arti fisik, Xiao Hua merasakan akibat kepindahan ekstrim dari kehidupan layak dan teratur ke kehidupan jalanan. Beberapa cedera akibat benturan sewaktu dihempas ombak masih terasa dan berdenyut nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang ditahan Hei Yanjing akibat luka tembak, meskipun itu tidak terlalu dalam. Namun dilihatnya pria hitam itu tidak menunjukkan rasa sakitnya, entah dia memang kuat atau hanya pura-pura sok jago.

"Sepertinya butuh waktu berhari-hari bagi kita untuk sembuh seperti sediakala," bibir Xiao Hua mulai pecah-pecah dan gemetar. Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman, sepertinya dia demam.

"Bagimu, tidak bagiku."

Bibir Hei Yanjing pun tak kalah pucat sewaktu keduanya berjalan tersaruk-saruk di hamparan pasir kasar berbatu, sisi lain kawasan pantai Gris Gris.

"Ayolah, jangan sok kuat."

"Aku memang kuat." Kemudian ia meringis saat Xiao Hua menggamit lengannya dan menumpukan beban tubuh di bahunya.

"Kalau begitu, bantu aku berjalan lebih tegak."

Hei Yanjing tersenyum miring. "Jangan manja," protesnya, tapi ia tidak menyingkirkan tubuh pemuda yang bersandar di bahunya. Langkah mereka beriringan satu satu, meski lambat, mereka yakin bisa menemukan rumah penduduk.

Gumpalan awan kelabu berlayar di langit pagi yang mendung. Angin bertiup lebih kencang dari biasanya, meski bukan badai. Namun hembusannya sudah cukup membuat angkasa seakan bergerak, dan pepohonan di sekitar mereka mengerang keras.

"Bahkan cuaca pun ikut-ikutan buruk. Astaga, akhir-akhir ini aku sial sekali," desis Hei Yanjing dengan kening berkerut bingung.

"Kau menyalahkan aku?" Xiao Hua cemberut.

"Tidak. Meskipun kenyataannya kau sumber dari semua masalah yang terjadi."

Xiao Hua terkekeh sekilas, di sela napasnya yang memburu. Jalan di hadapan mereka terbentang sepi, dibingkai banyak pepohonan. Tupai-tupai berloncatan dari satu dahan ke dahan lain, dan ada pekik burung di kejauhan.

"Kurasa berat badanmu turun." Hei Yanjing melingkarkan lengannya ke bahu Xiao Hua, menepuk-nepuk dengan lembut.

"Yah, karena dua sebab. Aku tidak sanggup lagi makan di restoran langgananku, dan aku tidak berselera makan. Tubuhku sakit karena tidur di lantai. Tindakan yang terus menerus kulakukan gara-gara ratu vampir sialan, dan pemburu jalanan nyaris meremukkan tulang-tulangku."

Hei Yanjing tertawa geli mendengar semua bentuk keluhan itu.

"Kau benar-benar tipikal boss," komentarnya.

"Jadi, tolong kembalikan aku ke meja kerjaku yang mahal dan bagus."

"Ugh, kau pikir aku senang menjalani semua ini? Kau bahkan tidak memberiku kompensasi."

Xiao Hua menyeringai. "Jika aku jadi vampir, kau boleh mengambil asetku."

"Sungguh tidak mengesankan menikmati kekayaan seorang diri," Hei Yanjing berdecih atas ide itu, diiringi satu tepukan di pipi Xiao Hua, ia berkata dengan serius, "Berjuanglah untuk tetap bertahan menjadi manusia."

"Sulit, tanpa bantuanmu."

"Aku sudah mengkhianati teman-teman demi melindungimu. Bisa apa lagi?"

"Kau bisa kembali ke Phoenix dan menjalankan rencanamu tentang ritual itu."

"Aku butuh Dybbuk," kalimat Hei Yanjing terpenggal saat mereka melihat beberapa rumah sederhana di kejauhan. Seringai khas terukir di bibir Hei Yanjing, menoleh sekilas pada pemuda dalam rangkulannya.
"Dan sepertinya aku butuh uangmu."
Dia meleletkan ujung lidah dengan gaya yang menyebalkan.

Xiao Hua mengikuti arah tatapan matanya dan mendesis. Tidak ada yang tersisa pada dirinya selain pakaian. Namun setidaknya masih ada sisa harapan.

Meskipun sulit bertahan dalam kondisi saat ini, keduanya merasa beruntung karena masih hidup. Beruntung bisa menemukan tempat berlindung setelah tercebur ke lautan gelap selama beberapa waktu sebelum akhirnya diselamatkan oleh takdir. Mereka berhasil meyakinkan seorang nelayan tua yang tinggal bersama puterinya tunggalnya, dan meminta perlindungan tempat tinggal untuk dua atau tiga hari.

"Tidak ada pakaian, uang, ponsel. Bahkan sepeda motor pun kau campakkan di jalan, bagaimana sekarang?" Xiao Hua bertanya pada si pria hitam saat mereka duduk di bangku kayu depan rumah nelayan.

"Kau masih memiliki sesuatu di kota. Katakan pada mereka bahwa kau akan membayar kompensasi setelah urusan selesai." Hei Yanjing mengambil sebuah pisang yang tersedia di meja kayu. Rasanya masam, dan ia mengernyitkan kening dengan ekspresi jelek.

"Makanan di sini buruk. Aku khawatir kau semakin kurus," ujarnya datar.

"Pikirkan lukamu. Kau harus meminta bantuan seseorang mengeluarkan pelurunya. Setelah itu, bagaimana kita akan mencapai Phoenix dalam kondisi seperti sekarang?"

"Hanya aku yang akan pergi," ralat Hei Yanjing, kali ini menatap dengan serius.

"Apa maksudmu? Kau akan meninggalkan aku di sini untuk ditemukan pemburu?" tentangnya.

"Jangan konyol," Hei Yanjing mendesah. "Kalau aku dan kau berkeliaran, akan semakin mudah ditemukan. Asal kalung perisaimu tidak hilang, untuk sementara kompas pemburu tidak akan mendeteksi jejakmu. Mungkin saja mereka sudah kembali ke Batulage karena menyangka kita sudah tewas digulung ombak. Namun aku tidak yakin berapa lama kau bisa bertahan. Jadi, aku akan pergi dan kembali secepatnya."

Xiao Hua mendengarkan. Tatapannya kosong. Rasa waswas akan sesuatu yang tak diketahui belum hilang, setidaknya untuk saat ini. Meskipun para pemburu kemungkinan tidak lagi mengintai dalam kegelapan.

"Kau tahu akses ke apartemenku, bukan? Ambil apa yang kau butuhkan. Sial, aku butuh ponselku saat ini untuk menghubungi Jiasha," Xiao Hua menarik napas, ekspresinya rumit.
"Kau bisa menemuinya untuk memudahkanmu mendapatkan Dybbuk. Dia mungkin sudah menemukan mobilku yang terbengkalai di jalanan sebelum kau dan kawananmu menangkapku malam itu."

Ketika Xiao Hua mengungkit peristiwa dramatis itu, Hei Yanjing mengibaskan tangannya dengan malas. "Kau membuatku merasa konyol. Selama karierku sebagai pemburu vampir, aku tak pernah sekalut itu. Sepertinya ada sesuatu yang salah dengan otakku akhir-akhir ini."

"Kau bisa didakwa dengan tuduhan penculikan," Xiao Hua menyiram minyak ke dalam api, tapi diam-diam merasa geli.

"Penculikan saat itu bukanlah tuduhan berat, terlebih saat korban berbalik tidak ingin menjauh dari penculiknya."

"Omong kosong!"

Mereka tertawa singkat untuk meredakan kecemasan masing-masing. Saat itu pak tua pemilik rumah menghampiri mereka, meneliti kedua tamunya dengan banyak pertanyaan dan keraguan. Dia telah bersedia menerima dua pria itu atas iming-iming kompensasi besar dari Xiao Hua, dan kini ia telah berhasil membawa seorang petugaa kesehatan setempat yang berpakaian seperti warga biasa pada umumnya.

"Nona ini bisa membantu mengatasi luka tembakmu," ia berkata pada Hei Yanjing.

Dari balik kacamata hitamnya, Hei Yanjing melihat seorang wanita muda dengan kulit kuning dan rambut hitam panjang yang diikat rapi, berkemeja putih dan celana hitam bahan. Tampilan sederhana tapi elegan. Wajahnya tidak terlalu ramah, tapi tatapannya terpaku pada Hei Yanjing. Tergetar oleh pesona misteriusnya.

"Terserah kau," sahutnya, mengalihkan pandangan, menghindari kontak mata.

"Masuklah," Nona itu berkata.

"Kita tidak mungkin membuka pakaianmu di luar."

"Kau punya jaket bagus," si nelayan tua menyela, menunjukkan rasa tertariknya.

"Ini tidak akan cocok untukmu," menyahut malas, Hei Yanjing berdiri dibantu Xiao Hua.

"Prosesnya pasti menyakitkan. Tapi jangan khawatir, dokternya cantik," bisik Xiao Hua di telinganya.

Ini pertama kalinya selama mereka berteman, bahwa Xiao Hua mengomentari sesuatu dengan nada ganjil yang tidak biasa. Dia sinis, bahkan tanpa mengatakan apa-apa. Namun kali ini bukan sarkas ciri khasnya. Itu seperti kekesalan yang menyengat hati, tapi berusaha disembunyikan. Hei Yanjing masih terus menghindari kontak mata, dengan meringis ia melangkah sembarangan. Akibatnya, kakinya tersandung hingga tubuhnya oleng ke depan dan nyaris membentur wanita muda itu. Beruntung kedua tangan Xiao Hua memegangi lengannya, dan drama pun bisa dihindarkan.

"Sialan," desis Hei Yanjing sambil memegangi lukanya saat tubuhnya sedikit limbung.

"Tetap fokus, Hei Ye," ejek Xiao Hua lagi, dibalas si pria hitam dengan seringai keji. Diiringi lirikan heran dari dokter muda itu, mereka melangkah masuk ke dalam rumah dan memulai prosesnya.

"Buka pakaianmu. Biarkan aku melihat lukanya," dokter muda mulai mengeluarkan peralatan dari tas hitam yang dibawanya. Setengah berbaring di atas ranjang kayu, Hei Yanjing mematuhi intruksinya. Sibuk menanggalkan jaket, kemudian T-shirt hitam.
"Bagaimana kalau celana panjang dan dalamanku sekalian?" ia bertanya dengan nada sederhana, seolah dia orang paling polos di dunia.

"Diamlah!" desis si wanita muda.

Berdiri di dekat kaki ranjang, Xiao Hua memutar bola mata sebal. Untuk pertama kalinya ia ingin berubah menjadi Rose Queen dan menghisap darah Hei Yanjing hingga kering kerontang.

*****

Sepanjang hari, lukanya berdenyut-denyut, tapi setelah proses pengobatan, Hei Yanjing yakin semua akan segera membaik. Si nelayan berniat mengambil jaket hitamnya tapi ia berhasil mempertahankan dengan janji uang ganti rugi dalam jumlah besar yang tentunya akan diambil dari rekening Xiao Hua di kota. Wanita muda yang bertindak sebagai dokter lenyap entah kemana setelah menyiksa si pria hitam dengan metode pengobatan yang kasar dan kurang profesional. Namun itu lebih baik dibanding membiarkan luka membusuk. Jika para pemburu tidak menemukan dan menghajar mereka di rumah sederhana ini, Hei Yanjing akan menganggap dirinya beruntung. Rumah itu kecil dan sempit, dengan penerangan redup dan minim perabotan. Kedua pria mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi sepanjang malam. Empat orang dewasa, satu kamar tidur dan dua ranjang kecil. Sepertinya mereka akan disuruh tidur beralas tikar di lantai.

Ugh, Xiao Hua yang malang, batinnya geli.

Pada malam hari, lantai mulai terasa dingin, dan sambil duduk bersila di atas tikar, Hei Yanjing terjaga dan tetap waspada. Telinganya bahkan sangat peka terhadap bunyi gesekan daun, dengungan serangga malam dan deburan ombak di kejauhan. Dia memandangi Xiao Hua yang terbaring tidak jauh darinya, sekilas menebak-nebak bagaimana perasaannya. Apa kejahatannya hingga ia terdampar di antah berantah dan dikejar-kejar pemburu. Dia bisa terbunuh kapan pun, sampai ia menyempurnakan rencananya tentang penyegelan roh yang dilakukan leluhurnya dulu.

Hei Yanjing menghela napas panjang dan berat. Dia tidak lapar, dan lukanya masih terasa menyengat. Namun terlintas juga dalam pikirannya soal makanan. Bagaimana dengan Xiao Hua, mungkin dia akan kekurangan makanan dan air minum. Hal-hal mendasar jadi terasa penting.
Dia tidak bisa menunda lagi, membiarkan masalah berlarut-larut. Saat pagi datang, ia harus berangkat ke Phoenix dan memulai langkah pertama rencananya.

*****

Hei Yanjing meninggalkan rumah nelayan itu menjelang matahari terbit. Bahkan awalnya dia tidak ingin memberitahu Xiao Hua. Dia sangat yakin pemuda itu akan memaksa pergi bersamanya ke Phoenix, bahkan jika harus menyetop truk pengangkut pasir di tengah jalan. Tidak terlalu leluasa baginya pergi berkeliaran di Phoenix bersama Xiao Hua. Dia teringat detektif Henry Cox pada hari di mana korban tewas akibat gigitan vampir ditemukan. Mereka mungkin tidak akan begitu saja mencurigai Xiao Hua. Akan tetapi, mereka pasti akan merasa diawasi.

"Aku akan segera kembali," ia menepuk bahu Xiao Hua, kemudian melirik puteri nelayan yang baru saja keluar rumah untuk mencari sayuran.

"Tidak baik meninggalkan seorang pemuda bersama seorang gadis terlalu lama," bisiknya lagi, kemudian menyeringai seperti biasa.

"Yang benar saja," desis Xiao Hua.

"Baiklah. Jaga dirimu. Jangan sampai terjadi sesuatu, terluka, apalagi mati. Ingat, kau punya banyak utang padaku dan pada pak tua itu."

"Astaga .... "

Xiao Hua balas menyeringai. Ini tidak masuk akal, membiarkan dirinya tinggal dan bersembunyi di rumah orang lain dengan satu dan lain alasan. Akan tetapi, Xiao Hua tidak ingin berdebat dengan pria itu. Dia memiliki rencananya sendiri. Kabar bahwa dirinya menghilang mungkin telah menyebar di antara para petugas museum. Jiasha pasti berulangkali menghubungi ponselnya yang jatuh entah di mana. Mungkin dia juga telah mengajukan laporan orang hilang ke polisi. Xiao Hua juga memikirkan akan pembunuhan yang telah dia lakukan. Walaupun aksi keji itu di luar kendalinya, kejahatan tetap kejahatan. Dia berdoa semoga tak ada saksi mata atau rekaman apa pun yang akan menyeret namanya ke pusaran kasus. Sepeninggal Hei Yanjing, ia termenung lama, bertanya-tanya dalam hati masalah apa lagi yang akan membelit dan menghancurkan hidupnya.

*****

Betapa menyenangkannya melarikan diri. Hidup serasa bebas seperti yang seharusnya. Akhirnya, lepas dari tempat yang suram dan menyesakkan. Hei Yanjing naik truk barang yang bergemuruh ke arah Phoenix. Dia tidak merasakan tiupan angin kencang, melainkan lebih pada memikirkan langkah selanjutnya. Dia tidak menunjukkan emosi apa pun, duduk diam, menatap keluar jendela. Diam-diam ia mencemaskan Xiao Hua dan membayangkan tangan kematian yang dingin dan kejam akan menyeretnya kembali ke lingkaran marabahaya. Dia selalu memiliki firasat itu, bahwa Lao Wei dan rekan lainnya ada di suatu tempat, mengawasinya. Rasanya seperti ia tidak bisa lagi percaya pada siapa pun, bahkan ia sempat meragukan keputusannya menyembunyikan Xiao Hua di rumah nelayan tua yang bisa bernasib nahas kapan saja. Namun ia yakin, kali ini Xiao Hua akan lebih hati-hati menjaga kalung perisainya. Untuk mencegahnya menjadi monster setidaknya dalam waktu singkat, hingga bulan purnama merah muncul di angkasa.

Jam demi jam berlalu dengan bermil-mil yang terlewati. Syarafnya semakin tegang karena truk sebentar lagi akan berhenti di tujuannya dan ia harus mengganti transportasi agar bisa tiba di Phoenix dengan tumpangan gratis. Kelegaan tidak pernah bertahan lama dalam dirinya, bahkan sebenarnya mungkin tak pernah merasa lega. Saat Hei Yanjing melompat dari dalam truk yang berhenti di jalan tanah sekitar lima puluh meter dari tempat peristirahatan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh deru sepeda motor yang menuju ke arahnya.

Debu naik, mengepul nyaris menyambar hidung saat roda ban truk bergemuruh sebelum akhirnya melambat. Hei Yanjing mengusir debu dari depan wajahnya, saat satu sepeda motor lagi melesat tanpa menghiraukan situasi, dan berputar mengelilingi Hei Yanjing.

"Senang bertemu kembali denganmu, Ketua!" suara penuh sarkasme menyentakkan Hei Yanjing. Dia sudah tahu siapa dua pria ini, dan fakta bahwa mereka menemukannya dengan cepat membuat tekanan darahnya naik saat itu juga. Jawaban atas keraguannya telah jelas sekarang. Dia merasa tindakannya meninggalkan Xiao Hua adalah pilihan tepat.

"Cepat sekali," desisnya pada diri sendiri, meringis ngeri.

Menyebalkan!

Mereka hebat dan bergerak cepat.

Yah, mereka benar-benar anak buahnya.

[Tbc]

***Mauritian Moonrise***
By Shenshen_88

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro