Chapter XVI
Everything has changed
It all happened for a reason
Down from the first stage
It isn't something we fought for
Never wanted this kind of pain
Turned myself so cold and heartless
But one thing you should know
Pushing through the countless pain
And all I know that this love's a bless and curse
*****
Weird Genius
Suara beberapa tubuh berdesir ke arahnya, memantul dari dinding, datang dari mana-mana, dan Xiao Hua menyadari bahwa mereka tidak hanya berlari ke arahnya, tetapi melompat tinggi seolah hendak menyambar dari langit-langit. Jubah hitam mereka melebar, meluncur ke arahnya seperti burung nasar mengejar mangsa, dan Xiao Hua menggandakan kecepatannya, berlari sekuat tenaga. Sepasang matanya menyala merah cerah, berkilau dan semua objek terlihat jelas walaupun dalam kegelapan. Beberapa pemburu tidak bisa secepat gerakannya karena pandangan mereka hanya mengandalkan obor, dan ketika dia berbelok ke suatu ruangan yang lebih luas, akhirnya, di ujung sana, dia melihat pintu yang terbuka, dan cahaya bulan kemerahan membayang di belakangnya. Itu memang jalan keluar.
Sempurna! Xiao Hua menyeringai, menampakkan gigi runcing yang perlahan-lahan mulai terbentuk.
Sementara jiwanya yang murni mulai terdesak dalam gelap, satu entitas lain muncul dari kegelapan pikirannya, mendorong semua cahaya keluar. Xiao Hua merasakan jiwanya kian meluncur jatuh dalam lubang gelap tak berujung, sepasang tangannya menggapai-gapai sementara titik cahaya kian jauh dan redup. Kini, energi gelap telah menguasainya, hampir sempurna.
Beberapa peluru berdesing ke arahnya, tetapi gerakannya secepat cahaya, menimbulkan kepulan asap kemerahan setiap kali ia bergerak.
"Astaga! Mahluk ini cepat sekali!" seruan seseorang bergema di belakangnya.
Dia berhasil melewati pintu sekarang, dan dia tidak bisa berhenti. Mereka membuntutinya, dan jika dia melambat, itu akan menjadi akhir dari dirinya. Seorang pemburu lain bersalto di udara dan berhasil menjejakkan kaki beberapa meter di depan Xiao Hua. Menghalangi jalannya disusul satu lemparan cepat sebilah belati perak. Xiao Hua tidak bisa tidak harus melewati pemburu ini. Jadi dia berlari ke arahnya, menutup matanya dan menguatkan dirinya untuk dampak yang tak terhindarkan dari belati perak yang menembus tubuhnya. Setidaknya itu adalah kematian yang cepat. Namun yang bertempur malam ini adalah sang ratu vampir. Sementara jiwa Xiao Hua berenang dalam ketakutan dan rasa bersalah. Mahluk keji ini tidak akan menyerah dengan mudah.
Saat dia membuka matanya, dia melihat belati itu melesat, dan dia secara refleks merunduk.
Ketika Xiao Hua tiba di tempat terbuka, di bawah naungan pepohonan dan langit malam, dia mendapati tempatnya berada adalah satu dataran tinggi di sebuah bukit. Pelabuhan kuno terhampar di bawah sana dan sungai Savanne mengalir keperakan di bawah cahaya bulan.
Dia berlari sekuat tenaga mengikuti satu jalur berbatu. Awalnya berupa dataran hingga perlahan menurun. Ada ratusan anak tangga tua yang nampak sudah bertahun-tahun tidak digunakan, dan saat dia berbelok di tikungan, sebuah anak tangga terjatuh. Dia terpeleset dan menggeram, tapi kemudian keseimbangannya tak terusik.
Seluruh tangga itu bergeser dan bergoyang, saat tubuhnya melesat diiringi hembusan angin kuat disertai kepulan asap.
Ada letusan pistol disusul desingan peluru nyaris mengenai sisi kepalanya, hanya berjarak satu inchi. Xiao Hua telah turun tiga tingkat ketika dia mendengar suara itu. Dia mendongak, dan melihat tiga bayangan melompat ke tangga.
Mereka mulai turun, sangat cepat.
Meskipun gerakannya jauh lebih cepat dari mereka. Tiba-tiba dia telah sampai ke tepi tebing curam dan melihat bahwa tidak ada tempat untuk pergi. Ketinggiannya sekitar tiga puluh meter ke jalan berbatu di bawah sana. Tidak ada pilihan. Xiao Hua pun melompat, dan mempersiapkan diri untuk dampaknya. Namun yang mengejutkannya, dia mendarat dengan lincah, seperti kucing, hampir tanpa rasa sakit. Dia berlari cepat, merasa yakin dia akan meninggalkan para pengejarnya, siapa pun mereka, jauh di belakang.
Saat dia mencapai kaki bukit, terkejut dengan kecepatannya yang luar biasa, dia menoleh ke belakang, berharap melihat mereka jauh di cakrawala.
Detik berikutnya dia terkejut melihat bahwa ada satu bayangan hitam hanya beberapa meter di depannya.
Bagaimana itu mungkin? Sebelum Xiao Hua bisa menyelesaikan pikirannya, dia merasakan tubuh di atasnya. Bayangan itu sudah menjatuhkannya ke tanah.
Xiao Hua mengerahkan semua kekuatan barunya untuk melawan si penyerang. Dia menyikut sosok itu, dan terkejut melihatnya terbang beberapa kaki. Sosok itu berputar cepat dan balas mendorongnya tepat di dada, dan sekali lagi Xiao Hua terkejut merasakan tubuhnya terbang ke arah lain.
Sosok hitam itu mendarat tepat di atasnya, dan mulai menekan lehernya. Dia lebih kuat dari yang lain. Dia menatap matanya yang besar dan hitam seperti batu bara, dan itu ternyata adalah kacamata hitam.
Tanpa ekpresi, tanpa jiwa. Itu adalah tampilan kematian.
Sosok ini pasti pemimpin mereka.
Jiwa murni Xiao Hua yang terkubur seolah menggeliat dan meronta. Berjuang meraih puing-puing kesadaran dan pengendalian diri. Namun ia hanya meratap tanpa suara, sementara yang lolos dari kerongkongannya adalah geraman menyeramkan.
Sang ratu vampir dalam tubuh fana Xiao Hua menggunakan semua kekuatannya, tiap serpihan energi terakhir, dan berhasil menggulingkan tubuh si pemimpin ke samping. Tubuh berbalut jubah hitam itu terpental, mendarat dengan posisi satu lutut ditekuk, kemudian menggesek permukaan tanah dengan keras dan brutal. Xiao Hua melompat kembali berdiri, sekali lagi bersiap melarikan diri.
Akan tetapi, dia belum melesat jauh sebelum dia merasa dirinya dicengkram sekali lagi oleh si pemimpin. Bagaimana dia bisa secepat itu? Dia baru saja melemparkannya ke seberang jalan.
Kali ini, sebelum dia bisa melawan, dia merasakan buku-buku jari di lehernya, satu pukulan menghantam telak leher belakangnya dengan keras. Dunia serasa berputar, tapi ia sadar kembali dengan cepat, dan bersiap untuk melawan, ketika tiba-tiba dia merasakan sosok hitam itu mendekapnya erat dan membawanya berlari dengan kecepatan di atas manusia biasa.
"Ketua!!" raungan bergema di kejauhan.
"Ketua! Ke mana kau membawa iblis itu pergi?!"
*****
"Xiao Hua ... "
Desiran angin sesaat terhenti kala ia merasakan tubuhnya melayang setelah berhasil melepaskan diri dari cengkeraman si pria hitam yang tak lain adalah Hei Yanjing. Bibirnya memanjang dengan senyum pahit yang samar.
"Xiao Hua ... "
Xiao Hua tidak tahan mendengar suara itu. Dia ingin menyakitinya.
Ingin menghancurkannya, terkutuklah semua pemburu yang membuat kemurkaannya bergejolak!
"Kau ... " geraman parau keluar dari mulut Xiao Hua. "Kau tidak pernah memiliki kekuatan untuk menghentikanku."
"Bangkitkan jiwamu!" ujar Hei Yanjing, berdiri mantap dalam jarak lima belas kaki darinya.
"Tutup mulutmu mahluk hina!"
Seiring geraman mengerikan, mulutnya terbuka lebar menampilkan rongga gelap dengan taring taring runcing berkilauan dalam gelap. Jika dia bisa melakukannya, dia akan menghancurkannya.
"Mari kita semua binasa bersama!"
Satu peluru perak berdesing lagi dari arah tak terduga. Rupanya Lao Wei dan beberapa orang anggota telah berhasil mengejar mereka. Dalam satu kerjapan mata, Xiao Hua telah berpindah tempat sehingga peluru hanya melewatinya, sangat dekat dari permukaan kulitnya. Percikan hawa panas mengenainya, hingga membuat sang ratu vampir kembali menggeram.
"Ketua! Tidak ada gunanya masih bicara dengan mahluk ini. Kita harus melenyapkannya."
Seruan Lao Wei tumpang tindih dengan geraman Xiao Hua. Ketika empat bayangan hitam menyerbu ke arahnya sekaligus, mulut Xiao Hua terbuka lebar mengeluarkan semburan asap hitam kemerahan yang menebarkan hawa panas. Seolah memiliki nyawa, gumpalan asap meliuk-liuk dan menyambar para penyerangnya, menggulung mereka dengan ganas.
"Awas!" seru Hei Yanjing.
Dua pemburu berhasil melompat mundur, berputar, dan mendarat di tanah setelah terseret sekian meter ke belakang. Dua sisanya tersapu gumpalan asap yang kian merentang membentuk sayap kelelawar pekat berukuran raksasa. Raungan kesakitan menyayat angkasa seiring dua anggota mereka terhempas jauh setelah meliuk-liuk dan menggelepar di udara. Ketika tubuh mereka menghantam tanah, nampak sebagian tubuh dan pakaian mereka terbakar.
"Terkutuk!" Lao Wei mengumpat keras seperti singa terluka, dan kali ini tanpa ketakutan. Namun kekerasan dalam ekspresinya retak, saat Xiao Hua menderu, menyambar ke atasnya.
Dalam situasi genting ini, tak ada pilihan lain bagi Hei Yanjing kecuali menyerang Xiao Hua untuk menghentikannya menghabisi anggota pemburu yang lain. Melesat cepat seperti sambaran petir, sosoknya berubah seakan menjadi bayangan hitam yang bergerak menyerbu lawan, berputar untuk membingungkan Xiao Hua. Mengandalkan sergapan dari arah yang tidak disangka oleh lawan, Hei Yanjing berupaya mencegah Xiao Hua membuka rahangnya. Itu dilakukan agar dia tidak mengeluarkan asap hitam kemerahan beruap panas yang bisa melepuhkan tubuh.
Satu kuncian lengan Hei Yanjing dari belakang dan telapak tangan mencengkeram garis rahangnya melahirkan pemberontakan yang kuat dari Xiao Hua. Diiringi raungan balas dendam, tubuhnya menghentak untuk mendorong sosok yang mencengkeramnya, namun Hei Yanjing bersikeras tidak melepaskan. Pada akhirnya tubuh keduanya terbanting-banting ke berbagai arah, menciptakan gumpalan debu dan kerusakan beberapa objek kecil seperti batuan dan semak belukar. Lao Wei menyaksikan pergulatan hebat itu. Matanya bergerak-gerak cepat mengikuti pergerakan dua sosok yang bertempur. Beberapa waktu kemudian tubuhnya nyaris terpental karena tersapu desiran angin yang timbul dari pergerakan mereka. Beberapa kali ia mendengar geraman Xiao Hua yang terdengar aneh.
"Aku tak menduga ratu vampir sekuat ini." Lao Wei menelan liur sementara raut wajahnya kian tegang dan waspada. Sekilas ia melihat rembulan berlayar di balik awan kelabu tipis. Menurut dugaannya, ratu vampir belum bangkit sepenuhnya. Semua keganasan ini mungkin hanya separuh dari kekuatannya. Dan melihat bagaimana pertempuran berjalan, ia bisa menduga bahwa Hei Yanjing tampak tidak total, ia lebih banyak menahan serangan, dan meskipun ekspresinya dingin dan kejam seperti dewa kematian, ia tidak terlihat akan mengakhiri hidup Xiao Hua.
Ini tidak benar, batin Lao Wei, menggertakan giginya.
Tepat saat ia selesai berpikir, Lao Wei mulai menyerbu untuk bergabung dengan pertarungan berkecepatan tinggi di hadapannya. Ada sepersekian detik di mana Xiao Hua terdiam dan menoleh ke arahnya. Kemudian semua menjadi tidak terkendali. Belum sempat dia mengangkat pistol untuk menembakkan peluru perak, Xiao Hua melesat menyambar dan melemparkan tubuh Lao Wei ke udara. Bersalto dan menghindari serangan maut susulan, Lao Wei mendarat dengan kaki menekuk dan berguling-guling sewaktu Xiao Hua mencoba melancarkan serangan berikutnya. Hei Yanjing melesat cepat untuk menahannya. Untuk sesaat Xiao Hua merasakan tubuhnya terbang mundur nyaris tanpa bobot. Sepasang bola matanya berkilau merah mengerikan penuh angkara.
"Mundur, Lao Wei! Periksa korban dari pihak kita!" teriak Hei Yanjing dalam jeda beberapa detik.
"Mereka sudah tewas!" sahut Lao Wei getir.
"Kalau begitu, peringatkan yang lain untuk mundur sementara. Aku akan mencoba menahan mahluk ini."
"Tapi Ketua ... "
"Kau berani menentang?!"
"Aku tidak berani."
"Pergilah!"
Dengan ekspresi pahit, Lao Wei dan dua anggotanya yang masih hidup mundur dari tempat itu.
Ketika Hei Yanjing mengembalikan fokus pada Xiao Hua, tiba-tiba asap pekat meledak di wajahnya. Dia mendengar raungan keras yang tidak seperti apa pun yang pernah dia dengar sebelumnya, dan dunia tiba-tiba berubah menjadi penglihatan yang absurd ketika bintang-bintang di langit hitam berenang di depan mata.
Kemudian, satu per satu, bintang-bintang berkelap-kelip, dan yang ada hanyalah kegelapan. Namun sebelumnya ia menatap sepasang cahaya merah menyala di depan wajahnya tepat ketika sepasang taring Xiao Hua menyerang urat di lehernya yang segar. Secara reflek tangannya terangkat untuk melindungi diri, sehingga tanpa bisa dicegah lagi, taring berkilauan itu menancap di urat pergelangan tangannya.
Hei Yanjing mendesis, tapi tak mencoba memberontak. Dia telah memutuskan bermain judi, melempar dadu, dan menguji keberuntungannya. Jika Xiao Hua meminum darahnya yang masih memiliki keturunan darah perak yang diberkati warisan leluhurnya, mungkin saja ada sesuatu yang terjadi.
Ya, mungkin saja.
[Tbc]
***Mauritian Moonrise***
By Shenshen_88
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro