Chapter II
Dybbuk
Setelah beberapa detik, Hei Yanjing akhirnya merasakan kesendirian. Pemuda berwajah rupawan itu telah lenyap di balik pintu elevator. Sekarang hanya dia. Hanya kesunyian. Terkekeh sejenak, dia kembali ke unitnya, menyiapkan secangkir kopi panas untuk dirinya sendiri. Gagasan untuk merokok di pagi hari terdengar menggoda, tapi ia menahan diri.
Dia duduk di sofa meluruskan kaki. Tanpa melepaskan sepatu maupun kacamatanya, ia berniat untuk santai sejenak dan menyalakan televisi layar besar di ruangan duduk apartemennya.
Sesosok mayat pria bernama Li Jiao ditemukan di Pellegrin Road dalam kondisi mengenaskan. Warga setempat melaporkan penemuan mengejutkan ini pada polisi setempat. Tim Forensik menyatakan bahwa korban tewas karena kehabisan darah, terlihat dari dua lubang kecil di lehernya. Ini adalah peristiwa yang keempat setelah sebelumnya tiga orang ditemukan tewas dengan cara yang hampir sama. Hingga hari ini aparat yang berwenang belum bisa menangkap pelakunya dikarenakan kurangnya bukti di lokasi kejadian. Kecurigaan akan hadirnya sesosok monster penghisap darah mulai menimbulkan keresahan warga. Pejabat tinggi Kepolisian berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan lebih intensif dengan membentuk tim gabungan antara polisi dan agen khusus.
Suara penyiar berita masih terus berdengung di televisi tapi Hei Yanjing tidak terlalu menyimak kelanjutannya. Dia telah menemukan inti berita.
Tim gabungan? Agen khusus?
Seringai lagi-lagi terbit di sudut bibirnya. Dia menoleh ke jendela besar, melihat langit cerah yang mengundang dan tanpa ragu, beranjak dari duduknya dan berdiri di dekat jendela. Mereka tidak akan berhasil, dia membatin pesimis, walau sebagian dirinya berharap mereka setidaknya bisa melakukan sesuatu yang hebat.
Mahluk penghisap darah? Sungguh terdengar keren. Apa sebutan yang sering dia dengar, ah ya. Vampir. Kata itu lebih singkat, tidak bertele-tele dan angker. Auranya mematikan. Dalam bayangannya ia memikirkan sosok yang melompat dan berlari dalam kecepatan luar biasa di malam hari. Beberapa gambaran kuno menjelaskan sayap akan tumbuh di punggung mereka, dan membuat mahluk keren itu jadi mirip kelelawar raksasa. Tetapi dengan kekejaman semacam itu, mereka lebih pantas disebut iblis alih-alih mirip binatang. Tidak akan mudah menghentikannya.
Museum of Prehistoric Anthropology merupakan salah satu museum prasejarah antropologi dan telah dibuka sejak tahun 1902 silam. Museum ini tepatnya berlokasi di Jardin Exotique Road dan menjadi salah satu museum paling tua di kota Phoenix.
Di dalam museum, para pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai koleksi fosil dan artefak gali yang berkaitan erat dengan prasejarah baik negara tersebut, maupun kawasan kepulauan pasifik dan sekitarnya.
Xiao Hua duduk di kursi kerjanya dan membaca berita tentang pembunuhan tersebut di koran pagi. Dia sudah mendengar desas desus tentang mahluk penghisap darah yang mengintai kota dan menjatuhkan empat orang korban dalam kurun waktu beberapa bulan. Apa yang terjadi dengan kastil drakula di Transylvania yang dingin dan kuno? Apakah mereka mulai bosan di sana? Xiao Hua menghela nafas sambil menggelengkan kepala. Vampir-vampir itu telah terbang melintasi lautan dan berpencar ke berbagai tempat. Siapa yang tahu, Phoenix mungkin hanya salah satunya.
Ruangan kantornya luas dan mewah. Sebagai seorang kurator yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam bidangnya, ia mendapatkan fasilitas yang sangat baik. Sejam lalu ia diberitahu bahwa satu kotak kuno warisan seorang rahib terakhir di pulau ini telah tiba di museum, dan ia harus memeriksa dan membuat ikhtisar khusus tentangnya sebelum dipamerkan sebagai koleksi terbaru. Dia mendapatkan satu telepon dari seorang staff dan menjawabnya dengan cepat.
"Baiklah, aku akan segera ke sana." Dia meletakkan gagang telepon dan menepikan surat kabar, melupakan beita menggemparkan itu dalam sekejap.
Xiao Hua berdiri di satu ruangan luas dengan beberapa benda antik di sekitarnya.
"Jam antik ini buatan Belanda, berusia tiga ratus tahun, seperti sejarah Mauritius," salah seorang staff museum bernama Jiasha berkata sambil mengarahkan pandangan pada satu jam kuno setinggi satu setengah meter dilengkapi pendulum logam yang berayun.
Xiao Hua meneliti, menyentuh permukaannya dengan hati-hati.
"Oke. Ini sangat unik. Bagaimana dengan kotak Rabbi itu?"
"Itu dia." Jiasha menunjuk ke satu kotak kayu coklat tua yang tampak tebal dan berat. Seperti magnet, tatapan Xiao Hua terpaku pada benda itu untuk beberapa saat. Kotak kayu berukir rumit, ada beberapa ukiran kata dalam bahasa Ibrani dan yang paling unik adalah lempeng batu dengan ukiran bintang David di bagian atas dan sisi depannya. Di bagian tengah bintang, ada lubang kecil mirip lubang kunci.
"Ini bisa dibuka, kita menyimpan kuncinya dengan baik. Untuk membukanya, Anda harus memutar lempengan bintang. Namun, salah seorang tetua mengatakan bahwa kotak ini tidak boleh sembarangan dibuka."
"Aku tahu," desah Xiao Hua. Mungkin selain sejarah dan latar belakang yang unik, ia akan menemukan penjelasan lain mengapa kotak berukuran enam puluh kali empat puluh sentimeter itu sangat menarik perhatiannya.
"Berikan kuncinya." Dia mengulurkan tangan pada Jiasha.
"Anda yakin?"
"Jangan terlalu khawatir," Xiao Hua bergumam, menahan tawa.
Walaupun sempat ragu, Jiasha memberikan kunci besi berukir antik.
"Berurusan dengan benda kuno dan memiliki banyak mitos dan legenda di baliknya kadang memang membuat sebagian orang dihantui kecemasan." Xiao Hua mengangkat kunci di depan wajahnya, meneliti dengan cermat.
"Tetapi kita tetap harus memeriksanya."
Dia mulai mengatur kunci pada tempatnya dan memutar lempeng batu berukir bintang David. Satu putaran mengeluarkan bunyi gesekan berat, tapi kotak itu belum terbuka sepenuhnya. Xiao Hua memutar sekali lagi dengan khidmat, dan apa yang terjadi berikutnya cukup mencengangkan.
Benda-benda dalam ruangan itu, terutama yang lebih kecil, tiba-tiba mulai bergetar. Lonceng jam antik mengayun ganjil, dan ada penurunan temperatur hingga ruangan menjadi lebih sejuk. Jiasha yang berdiri di belakang Xiao Hua mengedarkan pandangan diselimuti ketakutan. Dia berjuang keras untuk tidak bergeser dari tempatnya berdiri. Namun akhirnya terhuyung juga.
"Pak, apa yang terjadi?" ia tergagap.
Xiao Hua mundur selangkah. Fokusnya tidak beralih dari kotak mistis itu. Dia bahkan belum membukanya tapi sesuatu dalam kotak itu sepertinya bereaksi entah pada apa atau siapa.
"Tenang," ia mendesis. Tekadnya tidak surut.
Getaran demi getaran misterius itu perlahan-lahan berkurang, memudar dan hilang. Suasana kembali hening, tapi mencekam, jejak dari fenomena ganjil barusan.
Jemari rampingnya menyusuri tiap detail ukiran. Tiba-tiba dia merasakan aliran hawa panas memancar dari kotak itu, tutup kayu lagi-lagi bergetar. Hawa panas meningkat cepat, seperti ada aliran listrik yang menyambar, mengirimkan kejutan luar biasa. Seketika Xiao Hua memekik, dan energi tak kasat mata seakan mendorongnya menjauhi kotak itu. Tubuhnya terpental ke belakang lalu terhempas ke lantai.
"Aarrggghhh!"
"Astaga! Apa yang terjadi?!" Jiasha mendelik ngeri, untuk sesaat gemetar sebelum akhirnya menghambur pada Xiao Hua.
"Bagaimana Anda bisa terhempas?" Dia membantu Xiao Hua untuk berdiri.
Xiao Hua meringis, menyentuh bagian belakang kepala dan memijat bahu. Terlempar secara brutal ke lantai tanpa persiapan jelas menimbulkan rasa sakit dan linu di beberapa bagian tubuhnya.
"Ada sesuatu mendorongku," gumamnya terheran-heran. Tatapannya terpaku pada kotak misterius itu. Jiasha ikut menatap benda yang kini menjadi pusat misteri.
"Apa Anda ingin mengatakan bahwa kotak itu diselimuti energi negatif yang kuat?" Jiasha mendesis, dicekam kekhawatiran. Selama bekerja di museum antropologi dan benda antik lainnya, dia memang pernah berurusan dengan benda-benda yang kabarnya terkutuk dan membawa pengaruh buruk. Sejauh ini, masih bisa diatasi. Kotak misterius di hadapan mereka hanyalah satu dari sekian banyak. Namun baru kali ini sang kurator tiba-tiba terpelanting.
"Coba kau sentuh benda itu," perintah Xiao Hua, suaranya rendah tapi efeknya mencekam.
"Aku?" Ada perasaan tertekan di wajah Jiasha.
Atmosfer dalam ruangan terasa berat. Setelah menarik nafas panjang, Jiasha melangkah mendekati kota kayu, lantas mengulurkan tangan yang gemetar untuk menyentuhnya. Momen itu sangat mendebarkan dan ia menyiapkan diri jika harus terpelanting seperti sang kurator. Keduanya menahan nafas.
Tapi tak terjadi apa-apa.
Memalingkan wajah pada Xiao Hua, Jiasha berkata takjub, "Anda lihat, semua baik-baik saja."
Xiao Hua mengernyitkan kening, maju selangkah mendekati kotak, dia membungkuk untuk mensejajarkan tatapan matanya ke lubang kunci. Ada kegelapan jauh di dalam, dan nalurinya berbisik bahwa sesuatu menatap balik padanya. Dengan cepat Xiao Hua menarik mundur kembali wajahnya, menyeka butiran keringat dingin di belakang lehernya.
"Baiklah. Mungkin ada energi gelap dalam kotak itu dan ia menolakku tanoa alasan." Dia belum bisa menyimpulkan apa pun dari fenomena ini. Yang pasti, resiko berbahaya akan selalu ada dalam mengawasi dan memelihara benda antik.
"Jadi, apakah kita harus menyimpannya di gudang? Aku khawatir ada orang lain menyentuh dan membuka kuncinya sembarangan," timpal Jiasha.
Xiao Hua menggeleng perlahan. "Aku kira tidak semua orang bereaksi sepertiku. Kau bahkan baik-baik saja. Untuk sementara simpan kotak ini di dalam kotak kaca tebal sehingga pengunjung museum tidak bisa menyentuhnya."
Xiao Hua beralih ke satu fosil kuno dan meneliti serta membuat catatan. Untuk beberapa lama ia mengabaikan perasaan ganjil yang timbul dari kotak misterius itu. Namun, samar-samar perasaan diawasi itu masih ada. Sebelum melangkah keluar ruangan, dia menoleh sekilas pada kotak itu. Dia bertekad untuk mencari penjelasan dan informasi lebih dalam.
****
Hanya kotak kayu biasa. Dengan lempengan batu bintang David yang penuh aura mistis. Tapi mengapa dia terlempar sementara Jiasha tidak.
Tidak. Ini tidak wajar. Itu pasti sesuatu yang lebih. Dia melihatnya di lubang kunci hitam. Dia merasakannya di dalam hatinya. Dia memiliki perasaan yang kuat untuknya, tidak ada pertanyaan tentang itu. Jadi mengapa dia merasa ada rahasia yang belum bisa terpecahkan. Mungkin dia hanya belum menggali ke sumber yang tepat. Secara teknis, ia bahkan belum meneliti detailnya. Dia memiliki banyak pengetahuan tentang benda kuno dan ia memiliki bayangan akan misteri dari kotak kayu itu. Energi apa sebenarnya yang ada di dalam benda itu?
Sore hari, Xiao Hua tiba di apartemennya dengan pikiran masih terfokus pada kejadian tadi siang. Bahkan saat ia keluar dari elevator dan menyusuri koridor, dia tidak menyadari seseorang menunggu di ujung lorong tepat di depan pintu unit 97.
"Hai, kita bertemu lagi," sapa seseorang.
Dengan lesu, Xiao Hua menoleh pada orang itu. Dia Hei Yanjing. Berdiri dengan gaya di depan unitnya dan membawa satu hanger plastik bermerk kedai kopi terkenal.
"Hmmm." Xiao Hua bertanya-tanya apakah pria itu tidak ada pekerjaan lain. Jangan katakan bahwa dia menunggu dirinya pulang kerja.
"Ngomong-ngomong, bolehkah aku bertamu ke tempatmu?" tanya Hei Yanjing.
"Aku lelah." Xiao Hua tidak tertarik menerima tamu. Terlebih orang asing yang baru dia temui tadi pagi.
"Kebetulan sekali. Aku membawa ini untuk kita." Hei Yanjing mengangkat dua paper cup dalam hanger plastik itu ke depan wajahnya yang menyunggingkan senyuman.
Xiao Hua terlalu lelah untuk menolak. Ditatapnya pria berkacamata hitam itu, lantas menghela nafas berat. Tidak berminat membalas senyumannya yang ganjil, Xiao Hua mengalihkan fokus pada nomor kombinasi pintu. Namun gumamannya terdengar cukup jelas.
"Baiklah. Tapi tidak lama."
Senyum Hei Yanjing melebar, penuh kemenangan.
[Tbc]
***Mauritian Moonrise***
By Shenshen_88
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro