Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32

Hari ketiga.

Hari ini, kami kembali membuka stan. Semua murid menjual barang-barang dan makanan mereka masing-masing di stan kelasnya. Lagi-lagi, seperti kemarin, cupcake kami banyak peminatnya. Syukurlah.

Hari ini, giliran Finn dkk yang lebih banyak berjaga. Gantian. Kemarin, mereka nyaris tak ada menjaga stan. Selalu kami. Makanya kali ini, Sadie menahan mereka di stan.

"Dua singgit, dua singgit, dua singgit!" seru Wyatt, yang berhasil ditoyor oleh Finn.

"Kak, dibeli kak!" Jaeden ikut menawarkan. "Beli dua, gratis Finn."

"Gilak lo berdua ya," Finn kini menoyor Jaeden. Kedua temannya itu tergelak puas.

Dengan ide S3 marketing kami, yakni menyuruh Finn dkk menjaga stan, semakin banyak yang membeli cupcake kami itu. Kalian tahu sendiri, mereka bertiga itu memang termasuk kelompok anak hits di sekolah. Banyak penggemar mereka. Aku sendiri bingung kenapa para siswi itu menyukai tiga serangkai ini.

"Kak Jaeden, kalau beli lima, bisa dapat nomor kakak gak?" tanya salah satu adik kelas yang sedang memilih-milih rasa cupcake yang diinginkannya.

Jaeden langsung menyengir. "Aduh dek."

"Udah ada yang punya dek, kalau dia. Mending nomor kakak aja," Wyatt menyeringai. Wajah adik kelas itu langsung memerah. Aku memperhatikan mereka dengan raut bingung tak bisa berkata-kata. Suka sekali mereka melawani adik-adik kelas.

"Pinter juga nih ide kita," ujar Noah yang baru saja menenggak minuman sodanya. "Ide siapa nih tadi?"

"Gue," jawab Sadie seraya menahan tawa. "Itu ciwi-ciwi banyak banget yang nanya, kenapa gak trio GGS itu aja yang jaga stan?"

"Trio GGS?" tanya Noah.

"Ganteng-Ganteng Serigala," jawab Sadie. "Serigala karena nama band mereka."

Aku pun tertawa, begitupun Noah.

"Wolf kan? Narsis bener itu cowok Abby. Mesti banget pakai nama Wolf nya."

Aku langsung mendelik kepada Noah. "Maksud lo?"

"Calon cowok Abby maksudnya," Sadie menyenggol lengan Noah seraya mengerjap-ngerjapkan matanya kepadaku.

"Apaan!" Aku memelas dengan wajah cemberut. Sadie dan Noah tergelak.

Satu jam kemudian, cupcake kami itu tinggal tersisa sepuluh biji. Melihat itu, Jaeden dan Wyatt segera menutup stan dan menyimpan sepuluh cupcake itu.

"Ayo makan," kata mereka. Membuat kami menggeleng-gelengkan kepala, namun tetap ikut menghabiskan cupcake itu.

Kami berkumpul di dalam stan sambil bercengkrama soal bazaar hari ini. Sementara dari luar stan, terdengar suara Daisy, siswi kelas 10 yang sedang tampil bernyanyi di panggung pentas.

"Habis ini keluar yok," ajak Gaten. "Bentar lagi mulai tuh, yang penampilan dadakan itu."

"Yang dipilih random sama OSIS?" tanya Aidan.

"Iyaa," jawab Gaten. "Itu udah pada rame diluar. Habis si Daisy, entar ada dua penampilan lagi."

"Penampilan apa, Gat?"

"Nari."

"Nari apa?" tanya Caleb.

"Blackpink," jawab Gaten. Noah, Jaeden, dan Wyatt langsung berpandangan.

"Lagu apa?"

"Gue denger denger sih kayaknya As If It's Your Last itu."

"WOAHHH!!!" Noah, Jaeden, dan Wyatt berseru. "Gas nonton gak sih!!"

Kami tertawa melihat ketiga orang itu.

"Habis Blackpink, ada apa lagi, Gat?" tanya Aidan.

"Penampilan nari lagi. Tapi cowok."

"Nari apa??"

"NCT Dream. Candy."

Kali ini giliran aku, Sadie, dan Millie yang berteriak. "AAAA!!! Yang kita nariin waktu itu!!!"

Finn, Aidan, Caleb, dan Gaten terbahak melihat kami berenam.

Saat cupcake kami habis, terdengar suara intro lagu As If It's Your Last dari arah panggung. Noah, Jaeden, dan Wyatt langsung membelalak dan melesat keluar dari tenda stan. Kami menyusul mereka dengan antusias.

Kami bersepuluh pun menembus kerumunan penonton. Noah, Jaeden, dan Wyatt yang paling bersemangat untuk menonton konser privat sekolah ini. Apalagi saat reff nya. Mereka berteriak-teriak.

"WOHOOO!! MAJIMAKCHOROM!!" Noah, Jaeden, maupun Wyatt berseru dengan penonton lainnya. Wyatt bahkan mengangkat-angkat mainan balon berbentuk palu yang ia beli tadi. Layaknya lightstick.

"Yaampun, ternyata orang ini kayak begini," Millie tak berhenti tertawa. Aku dan Sadie mengangguk. Kami terjebak dalam kedesakan penonton yang sangat antusias.

"BLACKPINK IN YOUR AREA!!"

Kami tak berhenti tergelak melihat ketiga anak laki-laki itu. Bahkan Finn pun sampai sakit perut. Tak apalah. Kami senang melihat mereka antusias begitu.

Setelah penampilan tari modern BLACKPINK oleh anak kelas 12 itu, kami pun kembali disuguhkan penampilan tari modern lainnya. Kelompok anak laki-laki kelas 11 yang seangkatan dengan kami, dengan lagu NCT Dream.

Panggung itupun langsung dikelilingi oleh semua anak perempuan. Termasuk aku, Millie, dan Sadie. Finn, Gaten, Caleb, Aidan, Noah, Jaeden, dan Wyatt masih menemani kami.

Ketika intro lagu itu dimulai, aku, Millie, dan Sadie berteriak. Finn, Jaeden, dan yang lainnya ikut berseru.

"Wooohoo!!" seru mereka, ikut antusias menyaksikan penampilan itu.

Ketika reff lagu itu berlangsung, kami semua langsung ikut menyanyikan lirik lagu itu dan tak lupa, mengikuti gerakan tarinya. Tempat penonton itu pun banjir gerakan. Kali ini, giliran Noah, Jaeden, dan Wyatt yang tertawa melihat kami.

"Itu ganteng banget gak sih yang paling depan kiri!!!!!" Sadie berbicara dengan suara yang lantang karena kebisingan sekeliling.

"Iyaaa!! Lucuuu!!!" tambahku.

"Lucuan gue!" Finn berbicara tepat di telingaku dengan suara yang kuat. Membuatku langsung mendelik.

"Iuh! Gak! Lo jelek!"

"Lo lebih jelek! Alay lagi!"

"Apanya yang alay?!"

"Alafyu maksudnya."

"FINN!!!" Aku langsung melotot setelah mendengar kata-katanya. Dia hanya menyeringai dan kembali menonton penampilan itu.

Jangan salah tingkah, Abby. Modelan si Finn ini memang gemar sekali bercanda.

Begitulah batinku sekarang di dalam hati. Aku kembali memfokuskan perhatianku pada penampilan Candy itu. Sadie dan Millie masih berteriak-teriak menyanyikan lirik lagu itu yang sebentar lagi selesai.

Setelah penampilan itu selesai, kami bertepuk tangan meriah. Finn dan yang lain juga ikut bertepuk tangan. Tak lama kemudian, naiklah keempat pengurus inti OSIS yang akan mengumumkan penampilan dadakan itu. Ada Emma juga di antara keempat orang itu.

"Haloo, semuaa!!" ucap Jade, sang ketua OSIS.

"Haloo!" balas kami semua.

"Kalian semua udah pada puas gakk sama penampilan-penampilan tadii??" tanya Jade.

"Puass!!" jawab kami.

"Wihh, bagus dong!! Pada antusias semua," ujar Jade dengan senyumnya yang manis. "Nah, ada yang ingin kami sampaikan sama kalian."

"Apa tuh kak?" tanya Luna, sang sekretaris OSIS dari sebelah Jade, berpura-pura menjadi penonton.

"Jadi, sebagai bonus untuk hari ini, akan ada satu penampilan lagi setelah ini, yang akan kami pilih secara acak dari mangkok ini," Jade memegang mangkok kaca yang baru saja diberikan oleh Dave, sang wakil ketua.

"Penasaran gak, siapa yang bakal tampil setelah ini??" tanya Jade.

"Penasaran!!" jawab seluruh penonton.

"Oke deh. Ayo kita lihat, siapa ya kira-kira," ujar Jade seraya mengaduk mangkok yang berisi styrofoam bulat kecil-kecil dan beberapa gulungan kertas kecil yang akan dipilihnya.

Setelah mengaduk isi mangkok itu, Jade pun mengambil salah satu gulungan kertas kecil itu. Ia kemudian memberikan mangkok itu kembali kepada Dave, lalu membukanya secara perlahan. Semua penonton menyaksikannya dengan serius dan penuh rasa penasaran.

"Oke! Jadi yang akan tampil setelah ini adalah..."

Jade sengaja menghentikan kalimatnya supaya membuat semua penonton semakin tak sabar.

"Wolf Howl!"

Semua penonton langsung bertepuk tangan, begitupun para pengurus OSIS. Kami langsung memandang Finn, Jaeden, dan Wyatt yang terlihat santai. Mereka hanya cengar-cengir tidak jelas.

"Kepada Wolf Howl, dipersilakan segera naik ke panggung untuk menampilkan satu pertunjukan," tukas Jade. Finn, Jaeden, dan Wyatt pun segera meninggalkan kerumunan penonton. Sementara kami mengambil tempat yang lebih depan lagi agar dekat dengan panggung.

Lima menit kemudian, Finn, Jaeden, dan Wyatt naik ke atas panggung dengan alat musik mereka masing-masing. Disambut oleh sorakan penonton—yang pasti lebih banyak anak perempuan.

"Mari kita saksikan... WOLF HOWL!!"

Seluruh penonton bertepuk tangan, termasuk kami. Noah menyerukan nama mereka.

Di atas panggung, terlihat Finn yang menghela napas sebentar. Ia memandang Jaeden dan Wyatt sebentar. Mereka berdua mengangguk, tanda siap. Finn pun kemudian menatap puluhan penonton. Dia lalu mulai memainkan gitarnya.

"I should've stayed at home.."

Sontak, seluruh penonton bersorak menyambut lirik pertama dari lagu yang dinyanyikan Finn.

Best Friend - Rex Orange County.

"Cause right now I see all these people that love me, but I still feel alone. Can't help but check my phone.."

Aku menyaksikan penampilannya itu dengan mengulum senyum. Aku melipat kedua tanganku di depan dada.

Aku sebenarnya sudah berkali-kali mendengarkan lagu Best Friend versi band mereka ini. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari kami latihan. Mana mungkin aku tidak mendengar lagu ini.

Namun, selama ini yang kudengar adalah suara Jaeden. Karena memang begitu yang akan kami tampilkan nanti. Namun, karena ini dadakan, dan Jaeden belum siap, Finn lah yang bernyanyi hari ini. Dan ini tak mengejutkanku sebenarnya, tapi tetap membuatku terpana.

Kini, Finn memainkan gitarnya dengan tempo yang cukup pelan.

And that's because I wanna be your favorite boy
I wanna be the one that makes your day
The one you think about as you lie awake

Apa aku tak salah lihat atau bagaimana. Tapi, sedari tadi aku menatap matanya, ia selalu memandang penonton yang lain.

Namun, ketika ia menyanyikan lirik itu, dia membalas tatapanku. Mata kami bertemu dalam jarak yang jauh. Orang-orang mungkin tak menyadari itu, tapi aku tidak. Aku sadar, dan saat ini juga, kurasakan lututku melemas. Jantungku berdetak cepat.

Aku segera mengalihkan pandanganku dengan cepat, menghindari hal lain yang mungkin bisa terjadi lagi padaku. Alih-alih membuang muka dengan tersipu malu, aku lebih memilih untuk memutar bola mataku dan mendengus kecil. Tak boleh Finn tahu sedikitpun bahwa aku tadi salah tingkah.

"I can't wait to be your number one." Ketika Finn menyanyikan lirik selanjutnya, terdengar sedikit tawa di awal lirik nyanyiannya. Apa dia menertawakanku? Jika aku begitu saja ia sudah tertawa, apalagi jika dia melihatku terjatuh karena salah tingkah? Lebih baik aku menghilang saja dari permukaan bumi ini.

I'll be your biggest fan and you'll be mine
But I still wanna break your heart and make you cry..

Finn kembali menyanyikan lagu itu dengan seperti awal tadi. Ketika reff lagu itu dimulai, semua penonton bertepuk tangan mengikuti ketukan lagu.

You're gonna wanna be my best friend, baby
You're gonna wanna be my best friend

Kami semua ikut menyanyikan lirik lagu itu. Finn mengangkat kedua tangannya dan bertepuk mengikuti irama.

Saat reff itu selesai, Finn pun menyanyikan pre-chorus lagu itu.

I say that I'm happy
I say that I'm happy
But no, no, no, no
No, no, no, oh

Dan kali ini, Finn mengangkat jari telunjuknya. Menunjuk seseorang di antara kerumunan.















Menunjukku. Tepat ke arahku. Kedua matanya pun menatap mataku.

"Oh, I still wanna be your favorite boy!"

Aku langsung terdiam. Kali ini mataku membelalak. Aku benar-benar terpaku tanpa suara. Millie, Sadie, Aidan, dan yang lainnya langsung memandangku dengan senyum menggoda mereka.

"WOHOOOO!!!" sorak Gaten dan Caleb, beserta para penonton lainnya. Lamunanku pun buyar. Aku segera mendengus dan menahan tawaku. Noah menyenggol-nyenggol lenganku.

"Cieeee, Abby salting!"

"Mana ada!!" bantahku dengan cepat. Millie dan Sadie tertawa dan menggelitik ku.

"Ciee!! Ngaku aja, By! Gapapa!"

"ENGGAKK!!" Aku meringis karena gelitikan mereka.

Finn masih menyanyi di atas panggung, melanjutkan lirik lagu itu. Ia terlihat menahan tawanya. Seringaiannya yang memuakkan itu kembali. Membuatku lagi-lagi menyadarkan diri sendiri.

Paling dia hanya bercanda. Biasalah. Aku tak boleh goyah dan harus tetap menyangkal. Cukup aku saja yang tahu bahwa aku menyukainya.

"I still wanna be your favorite boy.
I wanna be the one.." Finn mengakhiri lagu itu dengan pelan.

"I might just be the one..?" Dia kembali menatapku dengan kedua alisnya yang terangkat seperti biasa.

PROK! PROK! PROK!

Penampilan mereka selesai dengan tepuk tangan meriah yang diberikan oleh seluruh penonton. Banyak siswi yang menyerukan nama mereka.

"FINN!!! YAAMPUN KECENYA!"

"KAK JAEDEN!! SELALU KEREN HUAAAAAAA!"

"KAK WYATT JUGAAA!! AYO KITA PACARAN KAK!"

Kami menahan tawa melihat wajah mereka yang kembali cengengesan. Setelah mereka turun dari panggung, acara hari ini pun resmi selesai. Waktunya pulang.

━ ━ ━

"Apaan itu tadi?"

Aku dan Finn kini tengah berjalan berdua memasuki mall yang kami tuju.

"Napa? Baper lo?" tanya Finn iseng. Aku langsung mendorongnya.

"Dih! Siapa yang baper??" ujarku. Finn menyeringai dan mendorongku balik. Jadilah kami saling mendorong-dorong, sampai dilihat para pengunjung mall lainnya.

Tak lama kemudian, kami tiba di bioskop mall itu. Bioskop itu cukup ramai. Tempat memesan tiketnya penuh antrean. Aku langsung menatap Finn dengan heran.

"Finn, lo udah mesen tiketnya di online kan?" tanyaku dengan penuh harapan bahwa jawabannya 'iya'.

"Belum."

"Kenapa gak lo pesan dulu????" Aku menepuk dahiku dengan raut emosi.

"Ya gue lupa! Lagian kan bisa dipesan sekarang."

"Ya kalau kehabisan tempat gimana? Dapetnya malah di bawah?" tanyaku cemas.

"Yaudah kita tunggu jadwal berikutnya aja," ujar Finn. Aku mendecak.

Terpaksa, kami pun ikut mengantre di barisan panjang itu. Aku melipat kedua tanganku dengan wajah cemberut. Sementara Finn berdiri di belakangku dengan bermain handphone. Di depanku, ada sekelompok anak laki-laki yang sepertinya seumuran kami. Mereka sedang bercanda dan tertawa-tawa.

Lama sekali antrean ini selesai. Wajahku sudah suntuk sekarang. Di tengah kebosananku, tiba-tiba, salah satu anak laki-laki yang berdiri tepat di hadapanku itu, didorong mundur oleh teman-temannya. Tubuhnya yang besar dan lebih tinggi dariku nyaris saja menimpa tubuhku jika Finn tidak menahan punggungnya dan memegang pundak kiriku. Mencegah kejadian tersebut terjadi.

Kelompok anak laki-laki itu langsung memandangku dan Finn. Anak laki-laki yang nyaris menimpaku membalikkan badannya.

"Lain kali hati-hati kalau bercanda di tempat umum," ujar Finn. "Jangan dorong-dorongan gitu. Kalau tadi kena dia gimana?"

Aku hanya diam tak bergeming. Finn menatap sekumpulan anak laki-laki itu dengan wajah menahan marah.

"Maaf!" ucap anak laki-laki yang nyaris menimpaku. "Kami gak sadar tadi.."

"Ya. Lain kali hati-hati ya," Finn kini merangkulku. Anak laki-laki itu mengangguk dan kembali bercengkrama dengan temannya. Lebih tenang dari yang sebelumnya.

Tiga puluh menit berlalu sejak kejadian itu. Finn masih merangkulku yang sedari tadi tak mengucapkan sepatah kata pun. Aku masih syok dan—mungkin—salah tingkah lagi. Dalam kecanggungan itu, aku pun memilih untuk menjawab chat Johnny.

Johnny
online

abby!
gue udah di rumah lo nih?
lo belum pulang ya?

eh iyaa john
maafff, gue lagi pergi

kemanaa by?

nontonn

wih tumben
sama siapa

eheh
finn

cieeee
datee??

GAKK
IDIHH

WKWKWKWKW YAUDAH
hati hati by 💪🏻

yooo thankss john

Kini, giliran kami memesan tiket. Untung saja, masih ada kursi kosong di bagian atas yang tersisa untuk film yang kami inginkan itu. Kami pun segera memesan itu dengan cepat dan kemudian membeli makanan.

Tersisa lima menit lagi sebelum film itu dimulai. Aku dan Finn memesan popcorn porsi besar dan dua minuman dingin sebelum memasuki studio. Beberapa saat kemudian, kami pun berlari ke studio tersebut. Mengejar film yang akan dimulai itu.

"Fyuh!" Finn duduk di kursi yang telah kami pesan tadi. Aku duduk di sampingnya seraya memasukkan gelas minuman dingin kami di dalam tempat minuman yang ada di ujung pemisah kursi.

Film sudah dimulai. Finn mulai menyantap popcorn yang kami beli tadi dengan nikmat. Ketika aku berusaha mengambil popcorn itu, dia langsung menjauhi tempat popcorn itu dariku.

"Mau bagi!" bisikku.

"Siapa lo?" tanyanya dengan pandangan yang tetap tertuju pada film. Aku memberengut kesal.

Aku menenggak minumanku, tanpa menikmati popcorn itu sama sekali karena si berok di sampingku ini. Aku memang menyukainya, tapi kuakui, jika aku bilang aku muak dengannya, memang benar. Benar sekali.

Di sela-sela minum, aku pun teringat sesuatu. Aku menelan ludahku, lalu kuutarakan pikiranku itu.

"Makasih," ucapku. Finn melirikku.

"Makasih tadi udah lindungi gue," ucapku sebelum kembali meneguk minumanku.

Finn diam. Ia tak bergeming. Tiba-tiba, ia menyodorkan tempat popcorn itu kepadaku. Aku tertegun.

"Gitulah," ujar Finn. Aku hanya menyengir lebar dan segera mengambil segenggam popcorn.

Akhirnya, aku bisa menikmati popcorn itu juga.

Huh. Untung saja.

Film pun berlangsung dengan penuh teka-teki yang membuat benakku bertanya-tanya. Film ini menceritakan tentang seorang anak sekolah pendiam yang menyelidiki kematian misterius para warga sekolahnya. Di film ini, ada banyak adegan menegangkan.

Di salah satu adegan dimana sang karakter utamanya menyaksikan kematian musuhnya, aku dan Finn mendecak ketika melihat cara pembunuhan yang cukup sadis itu. Dan tanpa kami sadari, tangan kami tergenggam. Aku menutup mataku dan memalingkan wajah dari depan layar lebar itu, sementara Finn masih memasang raut masam ketakutan.

Begitulah kondisi tangan kami sampai film mencapai puncak konfliknya, dan akhirnya..

"Finn?!" Aku terperangah ketika melihat tangan kami berdua.

"Heh?! Lo pegang gue dari tadi??"

"Mana ada! Lo pegang gue!"

Kami langsung melepas genggaman kami dengan wajah masam. Pipiku memerah dalam gelapnya studio bioskop.

━ ━ ━

Film yang berdurasi hampir 2 jam itu pun akhirnya selesai. Plot filmnya sangat keren, membuatku dan Finn tak berhenti membahasnya sampai keluar dari bioskop.

"Gak nyesel banget asli gue nonton ini," kata Finn dengan sangat semangat. Aku mengangguk antusias.

"Serius sama!!" ujarku. "Gue tadi plonga-plongo doang pas plot twist nya. Kaget sumpah."

"Yakan!" Finn menjentikkan jarinya tanda setuju. Kami tengah menuruni eskalator menuju lantai bawah.

Sebelum pulang, kami singgah sebentar ke sebuah restoran di mall itu. Kami memesan pizza dan melahapnya berdua sambil membahas topik-topik random. Tentang sekolah lah, ataupun hal-hal viral.

Namun, di sela-sela pembicaraan, Finn sempat bertingkah aneh.

"Abby." Dia memanggilku ketika aku sedang tergelak akibat candaannya.

"Apa?" tanyaku, masih dengan tawa yang tersisa.

"Eh, gak jadi," ucapnya. Membuatku ingin menonjok wajahnya dengan kuat.

Aneh memang. Sebenarnya hal itu memang biasa. Namun, wajah Finn terlihat sangat serius. Dia tak sadar dengan dia begitu tadi, aku bisa tak tidur malam ini dibuat ucapannya. Apa yang ingin dikatakannya?

Setelah membungkus beberapa potong pizza untuk dimakan di rumah, kami pun pulang. Namun tak langsung ke rumah. Lagi-lagi, Finn membawaku berjalan-jalan. Kali ini keliling kota. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Jalanan sudah ramai. Lampu jalan menerangi gelapnya malam. Gedung-gedung kota menambah indahnya pemandangan jalan.

"Lo suka night drive gini?" tanya Finn seraya menyetir mobil.

Aku mengangguk. "Suka. Suka banget. Tapi jarang gue kayak gini. Lebih sering di rumah kalau malam."

"Yaudah kalau lo mau kayak gini, sama gue aja," celetuk Finn. Aku langsung mencibir, "Heleh."

Aku memandang pemandangan kota di malam hari itu lewat jendela. "Memang enak night drive gini. Tapi lebih enak lagi kalau radionya di nyalain."

"Bilang kek dari tadi! Gue lupa!" ujar Finn, segera menyalakan radio mobilnya. Aku menyeringai.

Kami mendengarkan lagu dari radio yang sayangnya, tak sesuai dengan suasana malam ini.

"Yah, masa' lagunya tentang pagi," ujarku.

"Iya ih. Ganti aja yok."

"Gimana? Semuanya pada gak nyambung lagunya."

"Pakai bluetooth dari handphone gue aja. Kita putar lagu yang ada di playlist gue," ujar Finn. Aku menatapnya.

"Wih? Playlist apa tuh?"

"Playlist random aja sih, tapi mostly cocok buat night drive gini. Lo mau playlist nya? Entar gue kirim deh sama lo. Privat soalnya," ujar Finn seraya membuka handphone nya.

"Boleh," jawabku.

"Lo doang yang bakal gue kasih," ucapnya.

Aku menatapnya dengan tertegun, lalu tertawa kecil. "Apa iya?" tanyaku.

"Memang," jawab Finn seraya mengangkat kedua alisnya. Dia menyalakan bluetooth nya, yang kemudian tersambung ke bluetooth mobil. Finn pun memutar playlist nya.

Lagu Best Part oleh H.E.R dan Daniel Caesar terputar. Aku yang sering mendengar lagu itu langsung berseru.

"Woah!! Best Part!" seruku tertarik dengan mata yang berbinar. Finn mengangguk-angguk.

"Lo suka lagu ini?"

"Suka lah, mayan," jawabku. Finn tersenyum kecil.

Lagu itu berlangsung dengan tempo yang lambat. Aku mendengarkan lagu itu sambil sesekali bersenandung menikmati. Begitupun Finn. Sampai ketika akhir reffnya..

If life is a movie
Oh you're the best part, oh oh oh

Aku menatap mata Finn secara diam-diam. Menghayati liriknya. Kuharap ia tak memandangku.

Namun ternyata salah. Dari sebelum aku menatapnya diam-diam, dia ternyata sudah menatapku lebih dulu.

Sial.

Apa-apaan ini?!

Belum sampai lima detik aku menatapnya, aku langsung memalingkan wajahku karena salah tingkah. Kuharap pipiku tak memerah sekarang.

"Ngapain lo lihat-lihat gue??" ketusku tanpa menatap kedua matanya.

"Salting lo?" tanyanya seraya menahan tawa. Kini pandangannya kembali terfokus ke depan.

"Gak," jawabku cepat. Finn tertawa meledek.

Jantungku berdegup sangat kencang. Aku tak tahu apakah aku akan tahan begini terus dengannya sampai pulang nanti.

Untung saja, setelah lagu Best Part itu selesai, lagu selanjutnya adalah Done for Me oleh Charlie Puth dan Kehlani. Kepala kami pun mengangguk-angguk mengikuti irama.

Setelah lagu itu selesai, aku pun melihat layar handphone Finn.

"Lagu apa nih habis ini?"

"Kamu tau lagu apa yang kamu sukai, dengan premium kamu bisa mendengarkan musik bebas iklan, melewati tanpa batas, dan mendownload playlist untuk didengarkan offline."

"Yaelah iklan!"

Aku tersenyum datar. Finn tergelak. "Ya iyalah orang gue gak premium! Udah habis kemarin premiumnya."

Aku meringis sambil menahan tawa. Tak lama kemudian, iklan itu pun selesai dan lagu selanjutnya terputar.

Moth to a Flame - Swedish House Mafia & The Weeknd.

"WOHOO!" Aku dan Finn langsung berseru. Kami pun berpesta ria dengan lagu itu.

Cause he seems like he's good for you
And he makes you feel like you should
And all your friends say he's the one
His love for you is true..

Aku dan Finn kini bertatapan dengan seringaian kami.

But does he know you call me when he sleeps?
But does he know the pictures that you keep?
But does he know the reasons that you cry?
Or tell me, does he know where your heart lies?
Where it truly lies

Kami berduet mengikuti irama lagu itu dengan nikmat dan melantunkan beberapa gerak anggukan kepala. Tak lama kemudian, lagu itu berakhir, dan lagu selanjutnya terputar.

━ ━ ━

Sweater Weather (The Neighbourhood) - Blinding Lights (The Weeknd) - Shut Up and Dance (WALK THE MOON) - iklan - Don't Look Back in Anger (Oasis) - EVERYTHING (The Black Skirts) - Chateau (Djo).

Begitulah kira-kira urutan lagu yang terputar secara acak dari playlist Finn. Kami menikmatinya dengan seru di lagu-lagu yang beatnya cukup cepat. Sampai di lagu-lagu lambat, aku mulai menguap. Mataku sudah berat.

Kini, lagu Apocalypse oleh Cigarettes After Sex mengisi heningnya mobil. Aku menguap untuk yang ketiga kalinya. Kepalaku mulai tersender ke kaca jendela. Mataku mulai terpejam.

"Loh, malah ngantuk?" Terdengar suara Finn yang masih menyetir. "Ini udah jalan mau ke rumah lo."

"Hmm," aku hanya bergumam pelan. Mataku sudah tertutup. Pikiranku sudah tak sadar dan..

Aku tertidur.

━ ━ ━

Finn memandangku. Ia memperhatikanku yang sudah terlelap.

"Ck." Dia tersenyum kecil. Mobil kini berhenti, sebab tanda lampu merah yang menyala di barisan ketiga lampu lalu lintas itu.

Finn mengambil sebuah selimut dari kursi belakang. Selimut yang ia simpan di dalam laci jok mobil, sebagai cadangan jika seseorang tertidur di dalam mobil.

Finn kemudian membuka selimut itu, lalu menyelimuti tubuhku dengan pelan.

"Sleep well, jelek," ucapnya dengan tawa meledek. Sementara aku sudah tak mendengarkannya sama sekali.

Kini, lampu jalan kembali menyala menjadi hijau. Finn pun kembali menyetir mobilnya lagi. Lagu Apocalypse itu masi berputar. Sampai di akhir lagu itu, Finn memandangku, dan menyenandungkan lagu itu dengan volume yang pelan.

When you're all alone
I'll reach for you
When you're feelin' low
I'll be there too.

·
·
·

hii, don't forget to vote and comment!! maaf kalau ada kesalahan. tolong di koreksi di kolom komentar ajaa yaa

byee, see you :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro