14
"Abby."
Aidan memanggilku, membuat lamunanku buyar. Aku segera menolehkan kepala.
"Eh—ya?"
"Kenapa lo melamun terus?" tanya Aidan, sambil meletakkan cangkirnya di meja. "Mikirin apa?"
Aku menggeleng dan nyengir. "Gak ada kok."
"Mikirin Finn ya?"
"Enggak!" Aku langsung menggeleng cepat.
"Gue lihat semalam kalian jalan berdua," kata Aidan, menahan tawanya.
"Itu gak berdua tau. Ada Sasha, Ava, sama Andrew kok," ujarku.
"Ooh. Gue kira berdua. Maaf ya," ucap Aidan. Aku mengangguk.
"Oh iya. Lo tau gak, By?" tanya Aidan.
"Enggak tau."
"Gue... bakal pindah ke sini!" ujar Aidan. Aku terbelalak dan nyaris menyemburkan tehku.
"Hah?! Serius lo?!" tanyaku kaget. Aidan mengangguk mantap.
"KYAAA!! YESS, AKHIRNYAA!" Aku berseru heboh. Aidan tertawa.
Kami pun membicarakan apa yang mungkin terjadi jika Aidan bersekolah di sekolahku. Tanpa kami sadari, Ava mengintip kami dari ruang TV yang terpisah dengan ruang tamu tempat kami berdua.
"Hm, Aidan."
━ ━ ━
Keesokan harinya.
Waktu istirahat tiba. Setelah makan di kantin dengan Millie dan Sadie, aku pergi ke taman. Aku duduk sendiri di satu kursi, dan bermain handphone ku.
Tiba-tiba, seseorang datang dan duduk di sebelahku. Aku melirik orang tersebut sekilas.
"Lihat apa tuh?" Orang tersebut, Finn, mengintip layar handphone ku.
"Kepo lu," kataku, menggeleng-gelengkan kepala.
Finn menopang kepalanya di pundakku. Satu tangannya merangkulku. Aku kaget dan meliriknya.
"Gapapa. Lanjut aja," kata Finn, terus memandang layar handphone ku. Aku pun kembali memainkan handphone ku.
Aku tahu maksud Finn. Pasti dia melihat Vanya di sekitar sini. Jadi, aku mengangkat satu tanganku dan mengelus rambut hitam ikal Finn.
Finn tersenyum kecil. Tangannya memegang tanganku yang tadi mengelus rambutnya, lalu menurunkan dan menggenggamnya.
Pacaran pura-pura, tapi ini nyata. Kami tak tampak berpura-pura.
Aku dan Finn saling tatap, lalu tersenyum.
Hei, ini hanya pura-pura. Tapi kenapa jantungku malah berdegup kencang??
Aku pun mencari topik percakapan agar tak terlalu kaku.
"Lo tau gak? Aidan mau pindah ke sini!"
Aku dan Finn bertatapan. Kami berbicara bersamaan. Aku tak menyangka kalau Finn sudah tahu duluan soal Aidan yang akan pindah ke sini.
"Kok lo tau?" tanyaku pada Finn.
"Ya taulah. Dikasih tau Aidan di chat," jawab Finn, mengangkat kedua alisnya. Aku mengangguk-angguk.
Aku lupa, Finn dan Aidan sudah berteman dekat. Ku prediksi, jika Aidan sudah pindah ke sekolah ini, dia pasti akan bersahabat dengan Jaeden, Wyatt, Noah, Caleb, Millie, dan Sadie. Atau mungkin Johnny juga...?
Omong-omong soal Johnny, aku tak berani berbicara dengannya. Ya gara-gara kejadian di ruang perawatan itu. Berawal dari mengintip diam-diam, sampai ketahuan. Mana ada Kailee lagi, aduh.
"Eh, lo ada ngomong sama Johnny?" tanya Finn, membuka topik yang lain.
"Belum ada." Aku menggeleng.
"Coba ngomong. Topik yang gak jelas juga bisa diomongin kok."
"I know. Tapi kan.. gimana ya... gue ngerasa canggung gitu. Padahal dulu enggak."
"Terobos aja. Langsung ngomong sama Johnny, maupun ada Kailee atau gimana. Lo sama Johnny kan masih sahabatan," kata Finn.
"Hmm, oke. Entar gue pikirin."
━ ━ ━
"Johnny."
Johnny yang sedang membuka lokernya, menoleh. "Eh, Abby."
Aku menghampiri Johnny setelah menutup pintu lokerku. "Gimana hari lo?"
Pembukaan.
"Baik. Lumayan capek sih haha. Kalau lo gimana?" Johnny bertanya balik.
"Hmm, sama kaya lo. Oh iya, John. Lo ada waktu gak pas hari Jumat?" tanyaku, to the point.
"Emm, ada kayanya. Kenapa?"
"Lo mau jalan-jalan sama gue gak? Keliling doang. Ke cafe atau kemana gitu," kataku, tersenyum. "Atau ke toko buku yang waktu itu."
"Hmm, mau. Ayo ayo aja."
Yes! Berhasil!
"Nanti gue jemput lo, oke?" kata Johnny. Aku mengangguk dan tersenyum.
"Johnny!"
Argh, dia lagi.
Kenapa sih dia selalu datang setiap aku berbicara dengan Johnny? Apa ada alarm di handphone-nya yang memberitahu kalau aku sedang berdua dengan Johnny?
"Hei, Kailee." Johnny menoleh kepada Kailee dan tersenyum.
"Emm, gue..." Dia menunduk. Aku memandangnya dengan senyum tajam.
"Maaf ya Kai. Gue mau ngomong sama Johnny sebentar," ujarku, memegang tangan Johnny dan pergi. "Dadah!"
"Eh.." Johnny kaget, tetapi tetap mengikutiku.
"Ayo, John. Mau pulang sama?" kataku.
"Boleh," jawab Johnny, tersenyum.
Jantungku berdebar kencang. Sudah lama aku tak pulang bersama Johnny. Dan sekarang..? Ya! Aku dapat menyingkirkan 'dia'.
━ ━ ━
Hari Jumat pun tiba. Aku dan Johnny berjalan-jalan berdua. Kami pergi ke jembatan favorit di kota ini, duduk di taman berdua, dan lain-lain.
"Say 'Cheese'!" ucapku saat memotret Johnny di jembatan besar. Pemandangan dari jembatan ini bagus sekali. Burung-burung beterbangan di langit yang biru. Angin berhembus dengan tenang, menerpa rambutku yang digerai. Orang-orang ramai berfoto di sini, juga menikmati pemandangan.
"Gimana hasilnya?" tanya Johnny. Aku pun menunjukkan hasil foto tadi kepada Johnny.
"Ih bagus. Sekarang giliran lo yang foto," kata Johnny, tersenyum lebar.
"Eh? Kok—"
"Ayo foto, By. Sekali-sekali," kata Johnny. Aku cengengesan tak jelas. "Gak usah dah. Gue males."
CKREK!
"Johnny!" Aku terbelalak kepada Johnny yang memotretku tiba-tiba. Dia tertawa melihat raut wajahku.
"Makanyaa. Ayo fotoo, gaya yang cantik," kata Johnny. "Jangan lupa senyum."
Aku pun tersenyum manis. Johnny memotretku.
"Nahh, sekarang kita kemana?" tanya Johnny, melihat sekeliling.
"Terserah," jawabku, terfokus pada fotoku yang diambil Johnny tadi.
"Makan yuk," ajak Johnny. "Di cafe mau?"
"Mau. Ayo aja," jawabku seraya mengangguk. Kami pergi ke sebuah cafe yang tak jauh dari jembatan. Di cafe, Johnny memilih meja untuk dua orang. Aku memesan makanan dan minuman yang kuinginkan. Begitupun Johnny.
"Tolong kirim foto gue tadi, By," kata Johnny.
"Oke. Bentar ya," kataku, membuka galeri di layar handphone ku.
Selama menunggu pesanan kami, aku dan Johnny mengobrol santai. Pastinya tidak tentang Kailee ataupun Finn.
Jujur saja. Selama mengobrol dengan Johnny, aku selalu tersenyum ataupun nyengir. Bisa dibilang aku salah tingkah.
"Senyum mulu," kata Johnny, tertawa. "Tapi gapapa deh."
"Lo juga senyum mulu," balasku. "Tapi gapapa juga deh."
Memang tidak apa-apa. Senyumnya itu yang membuatku salah tingkah.
Pesanan kami pun tiba akhirnya. Aku segera menyeruput minumanku, lalu melahap makananku.
Setelah menikmati makanan, aku dan Johnny kembali berbicara. Kali ini kurang bercanda.
"Johnny."
"Apa?"
"Itu... gue—"
Tiba-tiba, handphone Johnny berdering. Seseorang meneleponnya.
"Eh, bentar ya, Abby. Kai nelpon," ujar Johnny sembari nyengir dan mengangkat telepon itu. Aku terdiam, dan mengangguk terpaksa.
Kai? Kailee. Siapa lagi kalau bukan dia?
Aku melihat handphone ku. Sepi sekali. Membosankan.
Tetapi tiba-tiba, muncul sebuah notif. Dari Finn.
finn
abby
abby
abby
woi
paan
gimana?
lancar ga?
lancar
ooo good
gue lagi di rumah vanya
hah
kenapa?
papanya kan guru musik di sekolah
yg pernah ngajarin gue
terus tadi gue dipanggil sm papanya
tentang pensi sekolah
ooh
tapi lo udah sering kan dulu ke rumahnya
heh mana ada
baru kali ini
hah?
masaa
serius gue ga boong
makanya gue bingung
mukanya udah galak tau
HAHA
sabar ya
gue kena lagi ni
kena apa?
oh
kailee?
ya
ooh
yaudah, semangat
"Abby, si Kailee mau mampir ke sini. Katanya dia lagi jalan-jalan juga," kata Johnny. "Nanti kita tambah kursinya aja ya."
"Oke," jawabku singkat. Aku mematikan handphone ku dan menatap Johnny. "Johnny."
"Apa?" tanya Johnny. "Oh iya. Lo tadi mau bilang sesuatu juga. Mau bilang apa?"
"Emm, yang tadi itu gak jadi," ujarku.
"Jadi sekarang lo mau bilang apa?" tanya Johnny.
Aku menghela napas. Kupalingkan pandanganku darinya. "Hubungan lo sama Kailee apa?"
"Oh itu.." Johnny bergumam dan menjawab, "Sahabat."
"Oh, sahabat..." Aku mengangguk-angguk.
"Kenapa?" tanya Johnny, tersenyum. "Lo lihat kami di ruang perawatan ya waktu itu?"
"Eh." Aku terkejut. Dia masih ingat saja soal itu.
"Enggak kok. Waktu itu.. gue cuman kepo aja siapa yang ada di sebelah." Aku mengarang cerita.
Johnny tertawa. "Gue tau, lo ngelihat kami lama banget."
"Maaf," ucapku. "Gue gak tau lo nyadarin keberadaan gue."
"Keberadaan lo.. sama Finn."
Aku menatap Johnny.
"Waktu itu, Kailee kenapa?" Aku menanyakan pertanyaan yang sudah kuketahui apa jawabannya.
"Pingsan di lapangan. Badannya panas. Jadi gue bawa ke ruang perawatan." Johnny menjawab.
"Lo lengket banget ya sama Kailee." Aku tersenyum.
"Lo juga." Johnny ikut tersenyum. "Lengket banget sama Finn."
Oke, di sini panas sekali.
Apa kami... menyindir satu sama lain?
"I hope I can turn back the time," ucapku. "Ke zaman kita baru ketemu."
Johnny tertawa. "Udah lama banget ya."
Aku mengangguk.
"Tadi kan lo udah nanya. Sekarang giliran gue."
Aku mendongak kepada Johnny. Johnny menatapku.
"Lo beneran pacaran sama Finn?"
·
·
·
ahh it's been a long time. kangen ngebucinin western huhuhu, sebelum bulan juliii
anw, don't forget to vote and comment !
kalau ada kesalahan, koreksi aja ya. thanks! see u <3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro