Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Hari-hari berlalu dengan cepat. Sabtu pun tiba. Sadie kembali mengingatkan kami.

girls only !

sadie
EYYOWW SIST

millie
HAII

abby
hai

sadie
HAI KESAYANGAN AKUU !
oh ya gue tadi cuman mau bilang . . .

millie
bilang apaaa

sadie
JANGAN LUPA DATANG YAAA
HARI INI LHOOO
PESTANYA UDAH DI SIAPIN <333

millie
YAAMPUN SADIE
setiap hari lo ingetin truss

abby
ahahaha iya
kami pasti dateng kok

sadie
AWAS BOONG YA 😤

millie
iya lho cantik

sadie
adh makasi <3

millie
unch unch
eh btw sadd
para cowo rusuh ga lo ingetin?

sadie
emmm gimana ya . . .
engga sih

millie
kenapa?
jadi mereka ga dateng kan?

sadie
DUH MILLIE
lo tau kan mereka gimana
tanpa gue undang pasti mereka tetap datang

millie
oh iya lupa

sadie
yaudah
JANGAN LUPA SIAP-SIAP YAAA <3

millie
sipp !

abby
^2

° ° °

Satu setengah jam sebelum pergi, aku sudah bersiap. Memakai gaun putih sepanjang lutut dan tanpa lengan, juga flatshoes hitam. Rambut [h/c] ku digerai. Aku memakai bando berwarna hitam putih.

"ABBY!! CANTIK BANGET YA AMPUNNN!" Ava berlari menghampiriku dengan semangat.

"Baru sadar? Hehe," Aku tersenyum dan mengacak rambut Ava.

"Tuh kan. Kalau gue yang dandan pasti gak pernah gagal," Sasha tersenyum bangga. Dia bersedekap tangan.

"Dandan gue juga dong!" Ava berlutut di depan Sasha.

"Lo mau kemana emangnya?" Sasha bingung.

"Date sama Draco..." Ava mengerjap-ngerjap, memasang puppy eyes.

"Haluuu..." Sasha mengolok Ava sambil tertawa. "Awas, gue juga mau date."

"Sama?"

"Si Lima tetangga sebelah. Mau ikut?" Sasha berjalan keluar.

"Mau!" Ava pun mengikutinya.

Aku menggeleng-geleng kepala melihat mereka. Ada-ada saja tingkahnya.

"Lo mau kemana, By?" Andrew muncul di ambang pintu. Dia menyilangkan tangannya di dada dan memandangku.

"Emm, ulang tahun Sadie," jawabku.

"Owh. Pantesan." Andrew manggut-manggut. "Perginya naik apa?"

"Nah, belum tau. Lo mau—"

"ABBY! PACAR LO DATANG!"

"Pacar apaan. Pacar gaib?" batinku bingung. Suara Ava di bawah membuatku bergegas turun.

"Siapa sih? Oh, gue tau. Pasti si—"

CKLEK!

"Finn."

Dugaanku benar. Finn berdiri di depan pintu rumah dengan kaus putih dan jas hitam, juga celana panjang hitam. Rambutnya yang keriting sama seperti biasa.

"Cakep banget." Ava berbisik padaku. Aku mengernyit dan meliriknya.

"Hai, Finn." Sasha menyapa.

"Hai, Sha. Emm, gue boleh jemput Abby nya dulu gak?" Finn nyengir.

"Boleh lah." Sasha mengangguk. Aku mendelik.

"Yaudah, makasih ya. Ayo." Finn menarik tanganku.

"Bisa sabar gak?!" omelku kesal, berjalan lebih cepat. Di dalam mobil, aku melambaikan tanganku pada Sasha, Ava, dan Andrew.

"Dadah!"

"Dadah, Abby!!"

Mobil pun berjalan, meninggalkan rumah. Finn menyetir mobil dengan santai. Sedangkan aku duduk di sebelahnya.

"Belum telat kan?" tanya Finn.

"Belum."

"Lo lapar gak?"

"Lumayan."

"Johnny datang gak?"

Aku langsung menoleh. "Emm, datang kok. Semoga."

Finn menyeringai tipis.

"Vanya gimana?"

Finn tak menjawab dan hanya melotot, sedangkan aku menahan tawa.

° ° °

Sesampainya di mansion Sadie.

"Hei." Finn membuyarkan lamunanku. Aku menoleh.

"Lo gak turun?" tanya Finn yang sudah keluar dari mobil.

"Eh, iya. Bentar." Aku segera keluar dari mobil, mengikuti Finn. Aku beruntung tidak memakai high heels. Ugh, aku benci sepatu itu.

Aku dan Finn masuk ke dalam mansion. Beberapa tamu memandang kami. Membuatku sedikit bingung.

"Abby!!" Sadie berseru ketika aku menghampirinya. Millie berdiri di sebelahnya dengan senyum hangat.

"Lo hampir terlambat, By." Sadie tertawa kecil. Aku nyengir dan berkata, "Hehe, maaf ya."

"Gapapa kok! Masih banyak juga yang belum datang sebenarnya." Sadie melihat jamnya. "Oh iya, ayo foto-foto dulu!"

"Ayoo. Noah! Sini!" Millie memanggil Noah yang sedang berbicara dengan Gaten.

"Ada apa gais?" Noah menghampiri kami dengan semangat, seperti anak kecil yang ingin ditanyakan "mau jajan apa?"

"Noah, fotoin kami dong," Millie mengulurkan handphone nya pada Noah. Raut wajah Noah yang tadinya semangat, berubah menjadi datar.

"Yaelah, gue kira apaan." Noah tersenyum masam, sambil menerima handphone Millie, dan mulai memotret kami.

Setelah berfoto, Millie berterima kasih pada Noah. "Makasih ya Noah. Entar gue traktir lo makanan."

"Beneran? Janji ya?"

"Iya, janji. Nanti kalau gak bisa, gue janji lagi."

"Aelah, dasar."

Noah memandangku. "Ini Abby kan?"

Aku hanya mengangguk.

"Cantik banget."

Pipiku sedikit merona. Aku tersenyum kecil. "Makasih, ganteng."

Sekarang Noah yang merona. "Ih, gue dibilang ganteng."

"Iya, tapi lebih ganteng gue hehe." Finn datang, langsung menepuk pundak Noah.

"Kepedean." Noah mendelik.

"Eh, Abby," Finn berbisik padaku dengan jarak yang sangat dekat, "ada Johnny."

"Hah? Dimana??" Aku langsung membelalak.

"Di situ, di ruang tengah," jawab Finn.

"Ooh, oke. Makasih." Aku bergegas pergi ke ruang tengah mansion. Mencari sosok Johnny yang kutunggu sedari tadi.

Dan benar perkataan Finn. Johnny datang. Dia memakai kemeja biru tua dilapisi jas biru tua, juga celana biru tua.

Aku memandangnya terkesima. Penampilannya benar-benar membuat jantungku berdebar.

Ah, ingat. Kau dan dia hanya sahabat.

Aku berjalan menghampiri Johnny yang sedang melihat sekeliling. Pipiku sedikit memerah.

"Hei, Johnny."

Johnny segera menoleh. Dia memandangku.

"Abby! Gue nyari lo dari tadi!" Johnny tersenyum semangat.

Aku tertawa kecil. "Gue tadi di belakang sama Sadie dan Millie. Lo mau ikut?" tanyaku.

"Emm, ada anak cowo juga kan?" tanya Johnny.

"Ada kok."

"Oke."

Johnny mengangguk dan mengikutiku. Kami berbincang sambil berjalan. Beberapa anak perempuan memandang Johnny dengan terpesona. Ngomong-ngomong, Lauren juga ikut. Dia sedang berkumpul dengan teman-temannya di dekat meja makan.

"Hai, Johnny!" Noah menyapa Johnny.

"Hai, Noah," balas Johnny, tersenyum.

"Lo datang juga ternyata. Makasih yaa." Sadie tersenyum sumringah pada Johnny. Kami mengobrol sebentar. Finn mengobrol dengan Jaeden dan Wyatt. Jack tidak datang karena sedang sakit.

Tak lama kemudian, pesta pun dimulai. Sadie berdiri di depan meja, yang diatasnya terletak kue ulang tahun yang lumayan besar, juga beberapa kado dari para tamu. Aku juga memberi Sadie kado tadi. Kubeli semalam dengan Sasha.

Usai bernyanyi, Sadie meniup lilin di kuenya, lalu memotong kue tersebut. Mr dan Mrs Sink yang pertama kali menyuap Sadie. Disusul oleh saudara-saudara Sadie. Kemudian Millie, aku, dan Caleb—Sadie disuruh memilih satu teman laki-laki dan dia memilih Caleb.

Setelah itu, semua tamu menikmati kue yang sudah dibagi. Aku makan dengan Millie dan Sadie. Johnny dengan William, Louis, dan Noah. Sedangkan Finn dengan Jaeden, Wyatt, Caleb, dan Gaten.

"Eh, kalian mau dansa gak?" tanya Sadie saat kami menikmati kue—aku dan Millie. Sadie berdiri di dekat kami, tak menikmati kue.

"Emm, mau," jawabku dan Millie serempak.

"Habis ini, gue adain acara dansa. Kita cari partner masing-masing ya!" Wajah Sadie berseri-seri.

"Oke!" Aku dan Millie mengacungkan jempol kami.

Setelah makan kue dan makan makanan lainnya, kami duduk sebentar. Menunggu acara dansa dimulai. Aku sedari tadi berpikir keras soal siapa partner dansaku.

Johnny? Atau Finn?

Aku ingin berdansa dengan Johnny. Tapi bagaimana jika orang-orang bingung kenapa aku tak berdansa dengan Finn? Lagipula, di sini tak ada Vanya.

"Abby." Millie menepuk pundakku.

"Eh, apa Mill?" Aku menoleh.

"Lo udah nemu partner dansa?" tanya Millie.

"Emm, belum. Kalau lo?"

"Sama. Gue juga belum."

"Yahh..."

"Yaudah deh. Ayo kita cari lagi," ajak Millie.

"Ayo."

Aku dan Millie berkeliling. Sementara Sadie sudah memulai acara dansa. Orang-orang sudah bertemu dengan partner masing-masing.

"Eh, By. Lo kenapa gak sama Finn?" tanya Millie.

"Emm, gue—"

"Kan kalian pacar—oh iya."

Untung saja Millie langsung menyadari perkataannya barusan. Dia nyengir dan kembali mencari partner. Beberapa anak laki-laki mengajaknya berdansa tak lama kemudian, tapi ditolak semua.

Sejujurnya Millie sudah taken. Tapi pacarnya tidak datang ke pesta ini.

Sekarang, aku memikirkan perkataan Millie. Kenapa aku tidak berdansa dengan Finn?

Aku menghela napas. Kucari sosok Finn yang akhirnya menjadi pilihanku.

Aku pun mendapati Finn yang sedang berdiri di dekat meja makan. Tapi... dia sedang berbicara dengan seorang perempuan. Mereka tertawa.

"Vanya? Eh." Aku menepuk dahiku. Tak mungkin itu Vanya. Wajahnya saja berbeda.

Oke, Finn bukan pilihanku.

Aku kembali berpikir. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk mencari Johnny.

Johnny!

Aku mendapati Johnny yang sedang berdiri di dekat kolam renang mansion. Diantara pasangan-pasangan yang sedang berdansa.

Ah, dia sendiri!

Aku mengulum senyum dan berjalan menghampirinya. Tetapi, seorang anak perempuan sudah mendatangi Johnny dan berdansa dengannya.

Aku langsung terdiam. Menatap Johnny dan anak perempuan seumuranku tersebut. Dia berambut cokelat muda panjang. Matanya biru. Tingginya sama denganku. Tapi pesonanya—

Lebih cantik dariku.

Dia lebih anggun. Jika aku dengannya, mungkin aku seperti pembantu.

Memilih untuk tak berdiam sendiri diantara pasangan-pasangan yang sedang berdansa, aku pergi ke taman yang sepi. Jauh dari area pesta.

Aku duduk di kursi taman, menatap langit malam yang bertabur bintang, dengan bulan yang memberikan cahaya. Udara terasa dingin menusuk tubuhku. Padahal tadi tidak dingin. Aku menyesal karena tidak membawa jaket.

"Hei."

Seseorang menghampiriku dan duduk di sampingku. Aku menoleh dan menatapnya, Finn.

"Apa?" tanyaku pelan.

"Lo gak dansa?" tanya Finn.

Aku hanya menggeleng.

"Kenapa?"

"Gak ada partner?"

"Gue?"

Aku mendelik. "Kan lo udah punya partner."

"Hah." Finn tertawa. "Partner? Siapa?"

"Cewe yang ngomong sama lo tadi?" Aku mengangkat kedua alisku.

"Aduh, Abby." Finn terkekeh. "Dia temen SMP gue dulu. Bukan partner dansa gue."

"Ooh." Aku manggut-manggut mengerti. "Jadi lo gak ada partner?"

"Gak ada lah." Finn bersedekap tangan di dada. Dia tersenyum masam.

Aku kembali manggut-manggut. Finn memandang langit malam. Tak sampai satu menit, dia sudah mengeluh kedinginan.

"Dingin banget sih." Finn memeluk dirinya sendiri. "Padahal tadi panas."

"Emang. Gue juga kedinginan tadi," ujarku.

"Lo kedinginan?" tanya Finn.

"Emm, sebenernya masih. Tapi udah gak kayak tadi lagi," jawabku.

"Lo bawa jaket?"

"Gak."

"Owalah. Lo makai gaun, tapi gak bawa jaket," omel Finn.

"Gue lupa," kataku, mengangkat bahu.

Suasana pun lengang sejenak. Tiba-tiba, Finn melepas jasnya. Aku meliriknya dengan bingung. Kenapa dia melepas jasnya padahal dia kedinginan.

Baru saja aku menanyakan itu di dalam benakku, Finn sudah memakaikan jas itu kepadaku. Aku kaget dan menatapnya.

"Kenapa—"

"Kan lo kedinginan," kata Finn. "Terus lo gak bawa jaket. Entar lo sakit, kakak lo malah marah sama gue."

Aku mendecih. "Gue sakit, terus kakak gue marah sama lo? Mana mungkin."

"Ya pokoknya—Dahlah! Syukur udah dikasih pengganti jaket." Finn melotot sedikit. Aku tersenyum kecil.

"Makasih," ucapku. Finn mengangguk.

"Bentar." Finn beranjak ke area pesta, meninggalkanku sejenak. Aku kembali menatap langit malam, seraya merapatkan jas. Udara dingin pun terasa berkurang.

Tak lama kemudian, Finn kembali dengan membawa sepiring donat dan beberapa dessert lainnya.

"Lo udah makan?" tanyaku.

"Udah. Ini mau makan dessert. Lo mau?" Finn bertanya balik, menawarkan makanan tersebut.

"Emm, mau," jawabku, mengangguk. Aku mengambil sepotong donat dan melahapnya.

"Abby."

"Apa?" Aku menoleh.

"Coba lihat nih." Finn memandang tangannya.

"Lihat apa?" tanyaku penasaran.

"Nih."

Finn mengoleskan krim donat ke pipiku. Aku kaget dan melotot kesal.

"Finn! Emang lo ya, minta ditampol!" Aku mendengus dan membalas perbuatan Finn. Mengoleskan krim donat ke pipinya dengan jariku.

"Eh! Abby!!!" Finn kembali membalas. Kami pun mulai berkejaran, sampai ke area pesta. Ditengah orang-orang yang sedang berdansa, kami malah berlari-lari seperti Tom dan Jerry.

BRUK!

"Maaf!" Aku menabrak seorang perempuan sehingga perempuan tersebut terjatuh, nyaris terbentur. Tanganku terulur, ingin membantunya berdiri. Dan saat dia mendongak untuk memandangku, aku sangat terkejut.

Perempuan tadi!

Dia perempuan tadi yang berdansa dengan Johnny. Dan benar. Terlihat Johnny yang berdiri di dekat anak perempuan tersebut.

"Ah, tidak apa-apa," kata perempuan tersebut, sambil tersenyum manis. Manis sekali.

"Lo gapapa?" Johnny mengulurkan tangannya.

"Gapapa," jawab perempuan tadi, menerima uluran tangan Johnny. Sementara tanganku masih terulur, tanpa diterima.

"Eh, Abby." Johnny tersenyum padaku.

"Johnny. Hai." Aku membalas senyumannya.

Hanya begitu saja. Perempuan tadi sudah berdansa lagi dengan Johnny.

Aku dan Finn berjalan pergi dari area pesta, menuju meja makan. Aku lebih diam daripada yang tadi. Pikiranku dipenuhi oleh Johnny dan perempuan tak dikenal tadi.

Finn menatapku. Dia sudah mengelap noda krim donat tadi.

"Hei."

Aku menoleh dan mengangkat alisku, malas menyahut. Finn mengambil segelas sirup dari meja makan.

"Pipi lo." Finn memandang pipiku.

"Oh iya."

Baru saja aku ingin mengelap noda itu dengan jas tadi, Finn sudah mengambil tisu dan mengelap noda di pipiku secepat mungkin.

"Nanti jasnya kotor tau," omelnya. Aku hanya diam dan tak membalas seperti biasa. Finn menatapku.

"Lo cemburu?"

Aku masih diam, hanya menatap Finn.

"Lo cemburu?" tanya Finn lagi.

Aku melepas jas Finn tadi, dan memberikan jas itu kepadanya.

"Iya. Gue cemburu," ucapku jujur. "Ngomong-ngomong, makasih udah minjamin jaket lo."

Finn menerima jas itu dan menjawab, "Sama-sama."

° ° °

Keesokan harinya.

"Hei, Abby!!" Johnny menghampiriku dan menepuk pundakku. Dia tersenyum. "Pagi, By!"

"Aduh, John. Lo bikin kaget aja." Aku mengelus dadaku. "Pagi juga, Johnny." Aku tersenyum.

"Lo tadi malam dansa sama siapa?" tanya Johnny. "Gue semalaman mikirin itu doang."

Aku terkejut. Johnny...?

"Emm, sejujurnya, gue gak dansa sama siapa-siapa." Aku menghela napas.

Johnny mengernyit. "Bukannya sama... Finn?"

"Oh, enggak. Kami semalam di taman." Aku mulai kikuk.

Sial! Bagaimana kalau rahasiaku dan Finn ketahuan?!

"Ooh." Johnny bergumam.

"Eh, John. Yang dan—"

Perkataanku terputus saat sebuah suara langkah kaki terdengar di telingaku. Aku dan Johnny menoleh.

Ah, dia lagi!

Perempuan tadi malam.

Dia berjalan di koridor. Saat dia melewati kami, dia menyapa Johnny.

"Hei, Johnny! Gue gak nyangka bakal ketemu sama lo secepat ini!" Perempuan itu tersenyum pada Johnny.

"Hei! Haha, gue juga. Lo jadi sekolah di sini juga ternyata." Johnny tertawa kecil.

Anak perempuan itu memandangku. Dia tersenyum. "Hai," sapanya.

"Hai," balasku, membalas senyumannya.

"Nama lo siapa?" tanyanya.

"Gue Abby," jawabku. "Kalau lo?"

Dia mengulurkan tangan.

"Gue Kailee."

·
·
·

  hii , sorry for slow updatee 😖🙏🏻🙏🏻

  and btw, aku izin hapus karakter jack ya. karena berita jack and cylia kemarin, aku jadi unstan jack dan cuman suka karakter filmnya aja. jujur, ga nyangka bgt ternyata jack kaya gitu..

  sooo, ya. hope u understand ❤

  don't forget to vote n comment ! thanks <33

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro