Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05

"WHAT?! NO!"

Aku membantah perkataan Finn. Aku harus menjadi pacarnya? Syarat macam apa itu. Lebih baik aku membersihkan toilet sekolah daripada menjadi pacarnya.

"Yaudah..." Finn sibuk dengan handphone-nya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya. Aku bersedekap tangan dengan kesal.

Tak lama kemudian, Finn menunjukkan layar handphone-nya kepadaku. Terlihat story Ava yang 'tak disengaja' semalam.

"Gue bakal putar video ini di depan seluruh murid."

Aku melotot. Tanganku terangkat, berusaha merampas handphone Finn. Tetapi dia meninggikan tangannya. Aku jadi berjinjit-jinjit, berusaha menggapai.

"Coba aja." Finn menyeringai. Aku masih tak menyerah. Dan akhirnya, aku lelah sendiri.

"Ugh." Aku mendengus. Kutatap Finn yang masih menyeringai.

"Fine. Gue bakal jadi pacar lo."

Finn tersenyum. Dia tertawa. Aku memutar bola mata.

"Oke. Gue gak jadi nunjukin ini ke murid-murid." Finn memasukkan handphone-nya ke dalam saku. "Tapi..."

"Tapi apa?" Aku bertanya dengan getir.

"Kita harus bicara di kafetaria dulu."

°°°

"Pacaran?"

Finn mengangguk.

"Pura-pura?"

"Ya." Finn mengangguk. Aku mengernyit.

"Buat apa?" tanyaku.

Finn menghela napas, lalu mulai menjelaskan.

"Gue punya mantan."

Aku tersedak minumanku sendiri. Finn berhenti bicara.

"Kenapa lo?"

Aku melotot dan masih batuk-batuk. Aku terkejut, mendengar dia mempunyai mantan. Kukira dia tak pernah pacaran. Saat aku berhenti, aku menyuruh Finn melanjutkan penjelasannya.

"Gue udah putus sama dia tiga bulan yang lalu. Kami udah pacaran selama tujuh bulan. Kami putus gara-gara..."

Aku mengangkat kedua alisku, menunggu jawaban Finn. Dia menghela napas.

"Dia selingkuh."

"Ouh." Aku bergumam pelan. Kasihan juga si Finn.

"And? Kenapa lo mau gue jadi pacar 'pura-pura' lo?" tanyaku, menekankan nada bicaraku.

"Karena..." Finn menenggak minumannya sebentar. "Gue mau bikin dia cemburu."

"Ck." Aku mendecak, menahan tawa. "Ngapain? Lo sama dia kan udah putus."

"Hei, dia gak sembarangan selingkuh." Finn melotot. "Gue yakin dia masih sayang sama gue. Buktinya, dia marah-marah sama Millie dan Sadie yang dekat sama gue pas kerja kelompok."

Aku ternganga. Kemudian, aku bertanya. "Siapa nama mantan lo? Orang sini? Perempuan? Cantik? Gimana parasnya?" tanyaku beruntun.

"Namanya Vanya. Iya, orang sini. Ya perempuan lah! Lo kira laki-laki apa. Cantik sih iya. Rambutnya hitam panjang di ombre warna putih, matanya cokelat gelap." Finn menjawab pertanyaanku.

"Kok gue gak pernah ketemu dia?" Aku mengernyit.

"Karena dunia terlalu luas buat lo."

Aku mendengus kesal dan meraup makanan yang kupesan. Finn memandangku, membuatku sedikit risih.

"Hei." Aku berhenti makan sejenak.

"Apa?" Finn menyahut.

"Rencana 'pacaran pura-pura' ini buat bikin Vanya cemburu, dan itu termasuk keuntungan lo. Jadi, apa keuntungan buat gue?" tanyaku.

Finn mulai menjelaskan. "Keuntungan lo yang pertama, video lo curhat gak bakal gue sebarin. Keuntungan lo yang kedua, lo bisa buat Johnny cemburu."

Mataku membulat lebar. "Hah?! Maksud lo?"

"Lo kan suka sama Johnny," Finn menyeringai, "dan dia kayaknya juga suka sama lo, sesuai perkataan lo di video. Dan... lo bisa bikin dia cemburu dengan cara ini."

Aku ternganga mendengar penjelasannya. "Terus? Gimana kalau dia gak suka sama gue?"

"Heh. Lo sama dia udah sahabatan bertahun-tahun. Gak mungkin dia gak punya perasaan sama lo."

Aku mendengus. "Gimana lo tau? Lo peramal?"

"Bukan." Raut wajah Finn datar. "Ya siapa tau lho. Lo juga sering nganggap dia suka sama lo kan? Gak usah bohong."

"Iya iya!" Aku mengaku dengan kesal.

"Jadi, Johnny mungkin bisa cemburu kalau lihat kita berdua 'pacaran' walaupun 'pura-pura'."

Aku berpikir. Kemudian aku menatap Finn dengan mata yang menyipit. "Gimana kalau Johnny ngira kita pacaran beneran?"

Finn mengangkat kedua alisnya. "Ya bagus."

"Bagus?!" Aku melotot.

"Iyalah. Dia bakal berhenti suka sama lo."

Aku menginjak kaki Finn dengan keras, membuat dia mengerang kesakitan sebentar.

"Gue gak mau jadi pacar pura-pura lo kalau gitu!" Aku menyilangkan tanganku di dada dengan kesal.

"Eh bercanda." Finn memelas. "Lo mau video lo di sebar? Oke."

"IH! NGANCAM TERUS! Pantesan Vanya selingkuh!" Aku bersungut-sungut.

Finn hanya diam. Dengan santai, dia mengambil handphone-nya. Aku tahu apa yang akan ditunjukkannya padaku.

"Yaudah! Gue mau jadi pacar lo." Aku menahan tangannya dengan mata terpejam. "Pacar pura-pura lo maksudnya."

Finn tersenyum puas. "Oke."

Sial.

° ° °

BRUK!

Aku merebahkan diri di kasur kamar dengan gusar. Aku sudah mengganti baju dan lain-lainnya. Sekarang adalah waktu bebasku.

Aku mengambil laptopku dan menghubungi Aidan. Aku ingin bercerita padanya. Setidaknya, dia bisa mengembalikan mood-ku. Selain Johnny, ya Aidan sahabatku. Hanya mereka berdua.

"Hai, Abby!" Aidan menyapaku sambil melambaikan tangannya. Dia tersenyum.

Aku membalas lambaian tangannya dan ikut tersenyum. "Hai, Aidan."

"Tumben muka lo kusut begitu. Kenapa?" Aidan menenggak minumannya.

"Musuh gue di sekolah." Aku berkata dengan getir. "Si keriting ngeselin."

"Lah, kenapa?" Aidan mengernyit.

"Dia nyuruh gue jadi pacar 'pura-pura' nya buat bikin mantannya cemburu. Terus juga buat bikin Johnny cemburu." Aku menjelaskan dengan bersungut-sungut.

"Kenapa dia nyuruh lo kek gitu? Kalian ada masalah?" tanya Aidan.

"Semalam, Ava masukin video dia lagi makan dan ada gue curhat tentang Johnny di sebelahnya. Suara gue kedengaran. Ava mau masukin itu ke close friends di Instagram, eh malah ketekan your story. Dia gak dengar suara gue yang lagi curhat. Gue baru tau soal video itu pas gue buka Instagram." Aku menjelaskan dengan panjang lebar, dan diakhiri dengan helaan napas.

"Astaga." Aidan bergumam. "Terus? Si musuh lo tadi nyimpen video itu?"

Aku mengangguk. "Iya. Dia udah tau soal rahasia gue. Gue takut dan nyuruh dia buat jangan sebarin video itu dan jangan kasih tau sama yang lain. Dan dia ngasih syarat. Gue harus jadi pacar 'pura-pura' dia."

"Untung pura-pura ya." Aidan mengangguk-angguk.

"Iya, untung aja sih. Kalau pacar 'beneran', gue gak bakal mau." Aku menggeleng. Aidan tertawa kecil.

Setelah itu, kami membicarakan soal hal-hal lain. Termasuk soal Aidan yang akan datang berkunjung ke sini nanti.

° ° °

Malam harinya.

Aku duduk berdua di sofa dengan Sasha. Ava masih menjaga jarak padaku, takut aku akan menyerangnya lagi. Sedangkan Andrew, sedang pergi dengan teman-temannya.

Sasha menonton film Flipped yang sudah ditontonnya berkali-kali. Dan dia masih tersenyum-senyum saat menonton itu.

Sementara Sasha menonton di TV, aku bermain handphone. Aku sedang melihat-lihat Pinterest, hanya melihat foto-foto yang berkesan aesthetic.

TING!

Tiba-tiba muncul sebuah pesan. Aku mengernyit, bingung karena biasanya tak ada yang mengirim pesan kepadaku.

Unknown Number

woi

"Siapa ini?" batinku heran. Aku membalas chat dari orang tak dikenal tersebut.

Unknown Number

woi

ini siapa?

Butuh waktu lama untuk menunggu balasan dari orang tersebut. Apa mungkin dia salah mengirim pesan? Entahlah.

Saat balasannya muncul, aku langsung menekan pesannya.

Unknown Number

woi

ini siapa?

finn

"Sial!" batinku kesal. Kenapa mesti Finn? Kenapa tidak yang lain saja?

Unknown Number

lo tau nomor gue dari mana?

itu bukan urusan lo

ck

eh, gue mau ngasih tau
karena mulai besok lo udah jadi
pacar gue
pacar 'pura-pura' mksdnya
gue bakal jemput lo besok

jemput?
ke sekolah

iya lah

ngapain?

ih
ya biar nampak 'beneran' lah

oh
yaudah

HOLA ABBY

hola . . . ?

INI NOAH YANG BAIK HATI
RAJIN MENABUNG
STAN ZENDAYA

emm ok

hi 👋🏻

hi
noah lagi?

enggak ❌
ini wyatt ⛄

wyatt?
yg keriting?

iya avsjjdurmshrjdnudkshfrjn
jwjegruebgtnrhywjruoe82726i
kqh28genydktoeubetwjehnz

ha?

gue jackkk
haloooooooooooooooooooooo

halo

UDAHLAH JACK
giliran gue

ini siapa lagi?

what's my name?

uma?

noo
jaedenn
salken

owhh

i know u

u know me
i know u
ok

iya

ASDJSRHEKSHRNSJ9U2U3Y
SGUTNDBKHEIGEKW072U8J

knp si

maaf
kerjaan mereka

oh
yaudah bye

bye

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Sasha melihatku.

"Kenapa?"

"Temen gue yang agak..." Aku mengangkat bahuku, "gitulah."

"Owh." Sasha mengangguk mengerti.

Finn sama temannya sama semua.

Sama-sama aneh menurutku.

° ° °

Keesokan paginya.

Baru saja aku selesai sarapan, sebuah mobil sudah terparkir di depan rumahku. Ava mengintip lewat jendela.

"Siapa tuh?" tanyanya. Aku, Sasha, dan Andrew menoleh. Begitupun Bibi Julie.

"Siapa?" tanya Sasha.

"Cowo rambut keriting."

Aku membelalak. Ava terkesiap lalu melihatku.

"Itu cowo di tempat ice cream kan? Siapa namanya? Pino?" Ava mengernyit.

"Finn." Aku melotot. "Argh." Aku menggerutu kesal.

"Pacar Abby?" tanya Bibi Julie. Aku menggeleng secepat mungkin.

"Bukan, Bi! Dia cuman temen Abby." Aku menjawab dengan cepat. Bibi Julie tertawa kecil.

Aku mau menghindar, tapi tak bisa. Dengan terpaksa, aku ikut dengan Finn, ke sekolah.

Berakting sebagai pacarnya.

Aku menghela napas saat duduk di sebelahnya. Sasha, Ava, dan Andrew melihatku. Andrew menyeringai. Aku yakin dia akan menggoda-godaku nanti. Apalagi Sasha, dan Ava.

"Oke. Nanti, sampai sekolah, lo bakal jalan dekat gue. Kita bakal dilihat semua murid." Finn menjelaskan kepadaku yang hanya diam santai. "Bahkan dilihat sama Vanya."

"Oke." Aku menjawab singkat. Finn mengangguk dan menyetir mobil.

Here we go.

·
·
·

don't forget to vote n comment !

fyi , vanya cuman karakter karangan aku aja. dia berperan sebagai . . . u know :D

hope u have a nice day ! cya <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro