Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

━ 𝐊𝐢𝐬𝐬 𝐌𝐞 𝐓𝐡𝐞𝐧





ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ




















ATTENTION

sesuai dengan yang ada di prolog, rate cerita ini adalah 15+, kalau bablas ya maaf (bercanda)

kita sudah masuk ke main story alias romancenya, dimana akan ada banyak adegan flirty etc (maybe more than that)

read wisely!



















⌗ 𝐊𝐢𝐬𝐬 𝐌𝐞 𝐓𝐡𝐞𝐧

____________

LANGIT rasanya jauh lebih cerah kali ini. Mungkin sebab hatinya yang tengah berbunga atau entah apa. Lantas jelaga pandangi sekitar, sebelum sungai mencuri atensi. Bibir yang terkatup, kini larik mengalun pelan dari sana.

"Aku pikir kita harus menyeberangi sungai."

Saat ini, mereka berada di selatan Sungai Han. Utara Sungai Han adalah Yongsan-gu.

"Kita harus melewati itu?" Han Sooyoung bertanya pada Kim Dokja dengan ekspresi tercengang.

Itu reaksi yang normal. Di sungai Han, bayangan yang berkedip-kedip bisa dilihat dari air yang berputar-putar. Ichthyosaurus yang melakukan perjalanan di dekat Jembatan Dongho sekali lagi memenuhi Sungai Han. Mereka telah mengikuti sungai tetapi Kim Dokja tidak pernah berpikir untuk menyeberangnya.

Melihat ini, (Name) jadi deja vu.

"Dokja," wanita itu melangkah mendekat. Menarik sepenuhnya atensi pria bersurai legam. "Aku jadi nostalgia."

Pria itu tertawa pelan. Ikut melihat kemana netra lambayung itu mendarat. Indah sebagaimana langit juga paripurna.

Mencintai dalam apanya. Justru setelah sadar ia malah terang-terangan. Lihat saja bagaimana tangan itu dengan lancangnya mengetuk lawan. Meminta izin untuk ditautkan, walau ujungnya ditolak mentah-mentah.

Lantas mengalihkan topik, pria ini berkata.

"Tapi aku tidak menyangka akan melihatnya lagi dengan seperti keadaan ini."

(Name) menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa sadar kurva terlukis manis di sana.

"Tidak masalah. Yang penting aku bersamamu."

"..."

Nah. Bagaimana bisa Kim Dokja tidak jatuh cinta. Ia kini malah membisu dan menggaruk canggung tengkuknya.

"Duh, maaf saja merusak momen kalian. Tapi apakah kamu melihat Jembatan Cheonho? Ini rusak," perempuan dengan rambut bob angkat bicara. Menarik atensi tiga lainnya.

"Coba dulu saja. Mungkin ada tempat yang tidak rusak. "

Setelahnya mereka bergerak di sepanjang sungai selama beberapa jam, tetapi jembatan yang utuh tidak dapat ditemukan. Sebaliknya, mereka menemukan sekelompok pengembara.

Han Sooyoung hendak mengangkat senjatanya, tetapi Yoo Sangah bergerak terlebih dahulu. Dia mengambil daging dari ranselnya, membuat Han Sooyoung kesal. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Orang-orang lapar."

"Terus? kamu ingin membagikan itu? Kamu gila? Tidakkah kamu tahu bahwa manusia adalah eksistensi paling berbahaya dalam kiamat?"

"Aku bisa membunuh mereka semua kalau aku mau." Han Sooyoung melihat niat membunuh sejenak di wajah Yoo Sangah dan menutup mulutnya. "Karena itu, aku bisa menyelamatkan mereka semua jika aku mau."

Yoo Sangah mengambil daging dari monster dan membagikannya kepada orang-orang. Beberapa orang merasa menyesal dan membungkuk padanya.

"Ah, ini ..."

"Itu hanya sisa makanan. Itu tidak masalah. "

Kim Dokja meninggalkan Han Sooyoung sendirian dan menarik batang yanaspleta dari tasnya. (Name) dalam diam mengikuti. Mau berbagi pun entah apa yang mau diberi.

Wanita itu menyaksikan bagaimana Kim Dokja sedang cosplay malaikat alias berbuat baik. Lantas pria yang menerima tanaman dari Kim Dokja membungkuk dalam-dalam.

"Ah! Terima kasih ... "

"Tidak apa. Kesulitan harus dibagikan."

Han Sooyoung berkata dengan sinis, "Kamu palsu."

"... Terkadang aku melakukan hal-hal baik."

(Name) menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

[ Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' terkesan dengan perbuatan baik kamu ]

[ 400 koin telah disponsori ]

Tak lama, berasal dari kerumunanlah seorang anak mendekati pria ini. Di sampingnya wanita bersurai panjang memasang wajah kaku. Waduh, anak kecil.

"Apa itu?"

Gadis yang membungkuk memiliki tampilan Barat. Matanya cerah dan wajahnya penuh dengan kelucuan yang eksotis. Anak itu membungkuk 90 derajat.

"Terima kasih."

(Name) merasa familiar. Anak ini sangat sopan dan ... lucu.

Tapi anehnya, ia tidak melihat siapa pun yang tampak seperti orang tua anak ini. Anak itu memperhatikan tatapan dua insan di depannya dan berkata, "Mereka tidak ada di sini lagi."

"Keduanya?"

Anak itu mengangguk.

Detik selanjutnya (Name) sadar bahwa anak ini adalah apa yang ia pikirkan. Sesuai yang Kim Dokja ceritakan dahulu.

Maka ia buru-buru mengeluarkan sebotol air dan memanggil pelan.

"Tunggu," anak kecil itu berbalik dengan raut bingung. "Bawa ini."

Duh, apakah kalimatnya terlalu kaku? Entahlah ia tak berpengalaman dengan anak-anak.

Tapi di luar dugaan, anak itu menerimanya dengan senyuman tipis. Menunduk sopan ke arah wanita yang mungkin sedikit—jauh lebih tua darinya.

"Kalau begitu saya akan pergi."

Namun ucapan selanjutnya membuat (Name) mematung dengan pandangan kosong.

"Ahjumma."

Kim Dokja ikut membeku. Sementara Han Sooyoung di belakang tertawa terbahak-bahak.

[ Konstelasi 'The Omnipotent for Eternity' mati-matian menahan tawanya ]

[ Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' tertawa sambil menutup setengah wajah ala chuunibyou ]

[ Konstelasi 'Secretive Plotter' berdeham ]

"..."

☆☆☆

Mentari perlahan terbenam. Aram temaram menyapa malam. Kala empat insan berjalan, mencari tempat untuk istirahatkan badan. Tapi nyatanya, menyalakan api pun tak sanggup hilangkan dingin. Maka mereka putuskan untuk gunakan bangunan yang hancur sebagian.

"Noona, sini. Mendekatlah," suara itu berujar pelan pada wanita yang duduk satu meter jauhnya.

Namun bukan Noonanya yang menjawab, malah Han Sooyoung dan Yoo Sangah yang berdebat. Melihat ini Kim Dokja hanya menggelengkan kepalanya. Mendekat kepada wanita yang tenggelam dalam angannya.

"Lihat! Orang-orang itu akan kembali. Apakah kamu tidak melihat mereka menginginkan senjata kita? Mereka jelas akan menggigit tangan yang memberi mereka makan. "

Han Sooyoung menyatakan bahwa semua manusia jahat dan sampah yang akan membalas kebaikan dengan kejahatan. 

Yoo Sangah yang berkata, "Tidak semua orang dalam kiamat itu jahat."

"Tidak, semuanya buruk. Hampir semua orang jahat. "

Tak ada respon lagi.

Akhirnya Kim Dokja memilih diam di samping (Name). Memandang api di depannya dengan teduh. Barulah suara feminim menyambut gendang telinganya.

"Dokja, apa aku setua itu?"

Kim Dokja terdiam sejenak. Noonanya dari tadi merenungkan ini ternyata. Kalau masalah umur, dia dan (Name) tidak jauh beda sebenarnya.

"Tidak."

"Saat di Amerika, aku tidak pernah dipanggil seperti itu."

Pria di samping menghela napasnya pelan.

Di saat inilah Han Sooyoung mengetukkan kakinya gelisah. Maka ia segera menarik tangan Yoo Sangah yang kebingungan dan berdiri. Menarik atensi dua lainnya.

"Mereka akan segera datang. Kita tunggu di depan."

"???"

Han Sooyoung menariknya lebih dekat dan memekik pelan.

"Aduh tidak peka kau ini!"

Sesudahnya ia melirik ke belakang, menatap netra jelaga dan mengedipkan sebelah mata.

"..."

Ditatapnya dua perempuan yang berdiri di depan sana. (Name) mendengus pelan kemudian mengeluarkan sebotol anggur dari inventorynya. Hal ini membuat Kim Dokja mengernyit.

"Noona mau minum?"

(Name) hanya mengangguk.

"Sungguh?? Sekarang? Di saat seperti ini??"

Wanita itu menghiraukannya. Tangan perlahan bergerak membuka tutup botol.

"Noona, kau mau mabuk saat di luar begini?"

"Duh berisik sekali. Kau ikut minum saja."

"Aku tidak suka minum."

"Kalau begitu, diamlah. Lama-lama kucium juga kau."

"..."

Pandangannya perlahan menggelap. Kim Dokja lantas menopang dagu dengan satu tangan. Bibir terkatup kala ia mengamati dalam diam.

Netranya mengerling. Ia pandangi bagaimana bibir ranum bersentuhan dengan ujung material dingin. Sesudahnya meneguk cairan memabukkan. Tetesan air jatuh menuju dagu tatkala minuman itu ia telan.

Matanya masih terfokus pada objek merah manis laksana delima. Sunyi menjadi saksi sebelum larik dengan tenang lolos dari celah bibir.

"Kalau begitu, cium saja."

Kalimat itu membuat detak jantung insan lainnya menggila. Pupil melebar kala ia menoleh, pandangi sosok yang mungkin sedang tidak waras. Apa ia salah dengar?

Rasanya tak adil bagi Kim Dokja. Sudah lama ia kenal (Name). Menghadapi segala macam godaan dengan dalih bercanda itu. Baiklah ia tahan, namun apa maksudnya dengan kalimat terakhir wanita ini tadi?

Kim Dokja juga pria—dewasa.

"Aku bilang tak suka minum, bukannya tidak bisa."

Kali ini ia mencondongkan tubuhnya. Masih terpaku pada asal suara yang dengan mudahnya berbicara. Ia tersenyum tipis lalu mengangkat tangan. Dengan ibu jari ia seka air di ujung bibir. Sementara tuannya masih terpaku. Ragu-ragu mengeluarkan kata.

"Kau mabuk ya?" sang dara mengerutkan keningnya perlahan. "Aku yang minum, kok kamu yang mabuk?"

"Kau pikir aku begini gara-gara siapa?"

Persetan dengan mencintai dalam diam. Kim Dokja ganti rencana. Dia mau mencintai dengan ugal-ugalan.

"Kan kamu yang memancingku duluan," sahut pria itu pelan. Larik selanjutnya ia ucapkan dengan nada rendah. "Aku juga laki-laki."

Pandangan itu sekali lagi beralih pada sumber aroma manis. Tanpa sadar ia membasahi bibirnya sendiri—gugup. Maka setelahnya mengerling. Tuan bersurai legam pandangi nona dalam diam.

"Kalau begitu, boleh aku yang menciummu?"

☆☆☆

23 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro