[3/5]
ISI HATI SEORANG KAJUT.
Kazutora merasa bersalah.
Tenang, kali ini bukan gara-gara Mikey atau Baji. Murni ketika melihat ibunya yang semakin lama kehilangan waktu untuk bersama. Padahal dulu masih sering mengomeli serta membangunkannya.
Wajah yang kian tirus, kantung mata tebal, kentara stres dengan pekerjaan.
Menjadi single parent nyatanya bukan hal yang mudah. Kazutora semakin sadar akan hal itu ketika dirinya mulai beranjak dewasa. Ya walau sekaramg masih tetep anak ayam.
Tahun lalu minta dibelikan motor ketch, lalu anting, biaya mewarnai rambut, untuk seragam Valhalla, serta lainnya. Kendati yang didapat adalah omelan, (Name) nyatanya tetap berusaha banting tulang untuk mengabulkan hal tersebut. Lagipula, ibu mana yang tidak ingin berjuang dengan baik untuk anaknya?
Demi kebahagiaan Kazutora, sebab wanita itu tahu tak bisa memberikan seluruh waktu untuknya.
"Buna ... "
Kazutora menaruh secangkir kopi di atas meja. Dekat dengan sang ibu yang memijat keningnya frustasi. Atensi beralih kala anak tunggalnya kini tersenyum tipis. Jarum jam yang terus bergerak, mulai melewati angka sebelas.
"Udah malam, kerjaannya gak akan Buna tunda?"
(Name) mendengus. Menggeleng pelan sebelum akhirnya kembali fokus pada kerjaannya.
"Harus diselesaiin hari ini. Kalau kamu mau tidur mah ya sok."
Canggung mengisi ruangan. Kazutora jadi bingung sendiri harus ngomong apa. Takut malah ganggu, jadilah dia memilih berjalan keluar. Namun langkahnya terhenti ketika sang ibu angkat suara.
"Kazu."
Sang punya nama menoleh. Tersenyum hangat, juga terlihat manis. Tak ingin ibunya semakin memiliki suasana hati buruk bila ia salah menyahut.
"Iya Buna?"
(Name) balas mengukir senyum. Usai meneguk secangkir kopi, ia berujar. Tepat sebelum Kazutora keluar kamar.
"Makasih kopinya, enak."
Sedikit dusta. Lidah dia kebakar gara-gara lupa ditiup.
•••
Pagi hari, Kazutora bangun satu jam lebih awal. Niatnya mau jadi anak berbakti biar (Name) gak kesusahan. Eh pas keluar kamar taunya (Name) sudah siap dengan apron. Kare telah hampir selesai dimasak pula. Membuat sang anak bertanya-tanya jam berapakah ibunya bangun.
"Bun—"
(Name) menoleh. Menaikkan alisnya terkejut lantaran tak biasa melihat Kazutora bangun sepagi ini.
"Tumben bangun pagi."
Kazutora terkekeh. Setelahnya menatap cucian piring di wastafel, dan berjalan ke arah sana. Membantu sang ihu di dapur, (Name) diam-diam tersenyum senang anaknya sudah tobat.
Surai panjang yang diikat ke belakang, membuka jalan pandang ke arah durja. Membuat taruna kini mengerutkan kening ketika dapati pucatnya wajah sang ibu.
"Buna mukanya pucat ... ini pasti salah Mikey."
Mata yang tadinya berbinar kini berubah kosong.
(Name) langsung terdiam. Kirain anaknya dah tobat eh ternyata tomat. Tobat terus kumat. Wanita itu mematikan kompor, kini memutar bola matanya jengah sebelum tersenyum manis ... ya, manis. Ke arah Kazutora sambil berkacak pinggang.
"Kajut sayang, tobat yuk."
"..."
Kazutora memalingkan wajah. Melanjutkan kegiatan mencuci piring yang sempat berhenti.
Bukan salah Mikey atau Baji, itu gara-gara dia. Apa karena kemauan yang begitu banyak, membuat (Name) juga harus bekerja dua kali lipat?
"Bun."
"Hmm?"
Nyonya Hanemiya yang tengah menata meja makan menjawab tanpa menoleh. Kini sang anak menatap aliran air yang membawa hanyut busa. Dengan wajah datar berbicara dengan pelan.
"Tentang Kazu yang kemarin minta HP baru ... "
(Name) tersentak. Senyum kaku terukir kemudian mulai menatap punggung anaknya bingung. Khawatir dipalak padahal duit gajian belum cair.
"Apaan?"
"... gak jadi Bun, Kazu gak butuh kok."
"..."
(Name) melotot. Kini tiba-tiba matanya berair. Tangan dengan refleks mengusap wajah dengan haru, tak percaya anaknya bisa begini juga.
"Ya ampun nak ... "
•••
Omake
"Ke—"
"???"
"Kesurupan apa kamu Jut?"
"Buna mah gitu ... "
•••
20 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro