[2/5]
EMAK-EMAK WIBU.
Awal bulan setelah gajian adalah waktu yang pas untuk belanja. Bagi (Name) yang senang jalan lirik sana-sini cari cowok ganteng—anu, maksudnya barang diskon, sudah pasti senang ketika akan pergi.
Tiga anaknya terdiam di belakang pintu. Menatap sang ibu yang kini memakai sepatu, serta bersiap untuk segera ngueng nyari husbu.
"Yakin gak ditemenin? Mas lagi kosong."
Takeomi yang sedang menggendong Senju di pundak berujar. Sementara Senju dengan santai menarik-narik rambutnya. Seolah itu merupakan kendali, Takeomi mau saja menurut, mengikuti arahan adik bungsunya.
"Hooh, Mas katanya mau latihan di dojo."
Haruchiyo yang sedang memeluk kaki Takeomi menengadah. Niatnya mau melorotin celana abang kesayangan. Tapi berhubung dia gak mood ditabokin, jadi nggak dulu.
"Mau Chiyo temenin?"
"Kagak, ntar kamu jajan ini itu."
Putra kedua keluarga Akashi mendengus. Kini mengeratkan pelukan, yang mana membuat Takeomi merasa bebannya nambah. Waduh Haruchiyo, adik laki-lakinya ini, gak niat jail kan?
"Chiyo jarang jajan."
Iya, emang. Haruchiyo modus doang. Pengen nemenin yang mulianya tercinta belanja, tapi malu-malu dugong buat ngomong.
"... hati-hati Yang Muliaa!"
(Name) mengibaskan rambutnya bangga. Tersenyum bagai artis di depan kamera ketika pintu terbuka. Disambut cahaya ilahi, dengan backsound panggilan yang mulia membuat (Name) merasa dirinya adalah seorang ratu.
"Ngoghey anak-anakku!"
•••
Selama berbelanja, keliling dunia, lewati hutan, mendaki lembah sampai menyeberang samudra, (Name) merasa ada yang aneh. Pemuda nolep yang menggunakan hoodie hitam terus mengikutinya sejak tadi.
(Name) berdeham. Mencoba berpura-pura bersikap biasa saja, kendati mata melirik ke belakang. Mencuri pandang. Takut dan gugup.
Aduh, bisa baper kalau diliatin gitu terus mah atuh.
Sampai di depan sebuah toko, (Name) melangkah msuk. Disambut pegawai di sana, puan bersurai pirang tersenyum tipis.
Kembali menoleh ke belakang, pemuda asing itu masih mengikutinya.
Sial! Apakah dirinya begitu cantik sampai-sampai diikuti begini? Hmm, bisa jadi.
"Oh, untung masih sisa."
Tangannya yang hendak menggapai action figure Senju—dia ingin beli itu karena kebetulan karakternya mirip dengan sang bungsu—kini terhenti. Ketika langkah kaki dengan cepat mendekat.
Refleks, (Name) langsung memutar badan. Menodongkan duit seratus rebu dengan mata memicing tajam. Bersirobok netra dengan pemuda yang sedari tadi mengikutinya macam anak bebek.
"Hei, anata jangan macam-macam sama watashi!"
Pemuda itu mengerutkan keningnya bingung.
"Siapa juga yang mau macam-macam sama omae!"
(Name) menurunkan dagunya. Semakin mendekatkan uangnya hingga menubruk dada sang pemuda. Ya, imajinasikan saja itu pisau biar keliatan keren dan banting stir jadi thriller.
"Hei gak usah pura-pura! Watashi wibu psikopet soalnya!"
Pemuda tersebut semakin menatapnya bingung. Ini emak-emak kenapa dah?
"Tch, nandayo koitse."
"Kamu ngikutin saya kan dari tadi?!"
Terdiam sesaat, pemuda itu akhirnya paham. Kini bahu dirileksnya sebab sempat tegang. Ia langsung mendengus, tatkala sadar pegawai toko bukannya bantu melerai malah asik nonton sambil makan popcorn.
"Siapa yang ngikutin ... watashi emang mau beli itu."
Pemuda tersebut menunjuk action figure Senju yang tengah berpose ichi ni san! Supriyanto!
"Hah?"
Loading bentar.
(Name) terdiam sesaat. Matanya bergantian menatap action figure dengan pemuda yang mengangguk-anggukkan kepala di depannya.
"... oasu."
•••
Omake
"Mama pulang."
"Selamat dat—Ratu kok mukanya merah?!"
"Tampaknya Nyonya kita habis nyungsep ke solokan."
"Nggak Mas. Chiyo curiga Yang Mulia habis sok tau kayak biasa."
"DIEM KALIAN!!!"
"... lah?"
•••
11 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro