[1/5]
SOGOK ROKOK SEGEPOK.
Kediaman keluarga Akashi tidak pernah sepi. Adalah kemustahilan, sebab lagu dangdut sering kali diputar. Tapi lebih sering lagi jeritan yang terdengar. Emak-emak tetangga sampai nyinyir tujuh hari tujuh malam sampai dosa numpuk. Iya, ghibah.
"Mas, bangun."
Sebuah bantal dilempar ke arah wajah pemuda berparas rupawan. Mata terpejam selamanya—canda. Masih betah tertutup, bukannya bangun, kini malah memeluk erat guling bersarungkan Mikey Mouse.
"MAS DIMAS NANAS MONAS PANAS KANDAS—"
"ASTAGA, APA SIH NYA???"
Takeomi membuka matanya. Terpaksa, tubuhnya ditegakkan. Menatap malas serta sayu akan wanita yang berkacak pinggang di ambang pintu.
"Bangun."
Memutar bola mata jengah, Takeomi mendengus. Bukannya nurut, ia kembali rebahan. Sepuluh menit lagi, katanya. Dia masih pengen bertemu nona-nona cantik didalam mimpi.
Melihat putra sulungnya tak memiliki keinginan untuk bangun, (Name) kini tak punya pilihan.
Sebuah jimat keramat bermerk sampoer*na tidak seperti anda, kini dikeluarkan dari saku bajunya. Kemudian dengan begitu halus sehalus gamparan Hina ke Mikey, (Name) menampar pipi Takeomi.
"A—"
Niat protes Takeomi hilang seketika, kala netranya mendapati sebungkus rokok berbaring nyaman di atas pipi.
Pemuda itu langsung tersenyum sumringah.
"Ngeheheh, Nyonya tau aja."
•••
(Name) mendengus malas. Mengibaskan surai panjangnya, kemudian menarik paksa selimut yang dipakai sang anak. Begitu kencang. Sebab wanita ini menggunakan jurus emak-emak no jutsu. Yang kekuatannya tiada banding.
Tubuh yang tak tertutupi selimut kini menggigil. Kelopak mata dengan sayu terbuka perlahan, bersirobok netra dengan pelakunya.
"Heh Chichi bau sabu. Bangun. Masih bocah susah bener dibanguninnya."
Haruchiyo mendengus. Kini memasang wajah sok memelas yang membuat (Name) gereget pengen nampar.
"Yang Mulia ... anda begitu jahat."
(Name) langsung menatap putranya aneh.
"Idih, bangun cepetan. Gak usah drama segala. Yang Mulia ini udah bolak balik seratus lantai rumah cuma demi bangunin tiga kebo kayak kalian."
Haruchiyo berdecih. Merasa kesal aktingnya diabaikan. Ini ibunya udah jenuh sama kegoblokan—kepintaran dia atau gimana?
"Kenapa gak sewa pembantu?"
Puan dengan surai panjang menggeleng. Mengedikkan bahu tak acuh sebelum menjawab.
"Hemat cuan."
Haruchiyo tersenyum ambigu.
"Bukan gara-gara ntar diteror kami?"
(Name) mengelus dagunya. Kening berkerut kemudian mengangguk setuju.
"... itu juga."
Syukurlah anaknya sadar.
•••
"SENJAAA, ANAKKU YANG PALING CANTIK SECANTIK HUSBU RATU, AYO BANGUN!!"
(Name) mengadu kambingkan katel dengan spatula di tangannya. Menimbulkan suara bikin sakit telinga sampai ke lantai bawah, dimana Haruchiyo yang sedang cosplay Junpei langsung berjengit kaget.
"Sebentar lagi ... "
Mata melotot, Nyonya Akashi kini dengan semakin emosi memukul-mukul katel dengan spatula. Membuat dua putra yang ada di bawah—lantai satu—langsung komat-kamit nahan niat menjerit emosi.
"GAK ADA BENTAR-BENTAR, AYO BANGUN BO, BANGOOONNN!!!! NGEBO TEROS!"
Senju menutup telinganya. Gadis belia malang, semakin tragis hidupnya ketika lahir dan dibesarkan dikeluarga Akashi. Yang isinya orang stres semua.
Stres sejak dini, manteplah ya.
"RATUUUU, SENJA KAN BARU ENAM TAUN, WAJAR DONG BOBO SAMPAI SIANG?!"
(Nsme) berhenti memukul-mukul katel. Kini memutar bola matanya jengah. Nggak, dia bukan bangunin anaknya biar mereka gak pusing tidur kelamaan. Tapi buat dijadiin babu. Yakali dia bersihin rumah segede dosa sendirian.
"Mana ada kayak begitu. Cepet bangun!"
Senju mendengus. Setelahnya menendang-nendang kasurnya sendiri. Membuat (Name) langsung melotot, sementara teriakkan teredam ketika Senju berlari keluar kamar.
"ASDFGHJKL ANAK SIAPA SIH KAMU??!"
•••
Omake
"Mas pengen makan."
"Ada sup racun."
"Mama, Chiyo laper."
"Jangan makan."
"Ratuuu, Senja mau main ke rumahnya Take!"
"Ngoghey, jangan balik."
"... ngok, kenapa ibu kami berbeda?"
•••
8 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro