Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❝ halaman ketiga

"Kau mau pergi kemana, Rindou?"

Ran menatapnya dengan kening berkerut. Ditatapnya sang adik yang berjalan menjauh.

"Sejak kemarin kau bersikap aneh, ada apa?"

Rindou tersenyum lebar. Ia menoleh tanpa memutar badan.

"Mau bertemu dewi!"

Alis berkerut, namun pria ini tak menyahut. Ia hanya terdiam, memperhatikan adiknya yang tersenyum senang. Sungguh, Rindou tak seperti dirinya yang biasa.

Bukankah itu sudah jelas?

Rindou yang sekarang, adalah orang dari masa depan.

Orang sadistic yang dipenuhi penyesalan. Mati, hatinya dikerubungi oleh putus asa. Pundaknya begitu berat, mengemban banyaknya dosa sebagai pelaku kejahatan.

Terutama, sebagai pembunuh kekasihnya sendiri.

Bersenandung pelan, sesekali bertanya—tentunya dengan cara yang tidak ramah— mengenai dimana gadis dengan nama (Full Name) bersekolah.

Bersandar di sebelah pagar, dengan tangan dalam saku. Dirinya menenggadah, menatap jumantara.

Langit yang kerap menjadi saksi bisu.

"Jika dipikir-pikir, sebelumnya ... "

Sebelumnya, langit adalah hal terakhir yang kau tatap.

Bedanya, kali ini biru muda menghiasi cakrawala. Gumpalan awan terlihat lembut layaknya permen kapas. Membawa ingatan manis muncul ke permukaan. Dia, dan kekasihnya.

"Eh? Kau orang yang kemarin?"

Seorang gadis berdiri di samping. Menatap bingung dengan alis berkerut. Rambut hitam legam diikat tinggi, menampakkan leher yang dihiasi keringat. Helai rambut nakal sesekali meraba wajah, sementara poni terus melambai.

Rindou kembali terpesona.

"Yo!"

Lelaki ini tersenyum, menatap senang ke arah gadis yang tengah dilanda bingung.

"Ugh, dasar orang aneh!"

Seolah anak panah menusuk hatinya.

"Hei ... kau jahat sekali!" Rindou merengut.

(Name) menggelengkan kepalanya. Mendesah pelan sebelum ahirnya berjalan. Meninggalkan lelaki dengan anting di telinga kiri yang tengah bersandar.

Rindou tak tinggal diam. Lelaki ini mengikutinya dengan patuh. Seperti anak angsa yang baru lahir.

"Duh, apa aku ada salah?" tanya (Name), menoleh ke arah kiri. Sedikit menenggadah juga, menatap lelaki yang tak sedetik pun mengalihkan pandangan. "Kamu terus mengikutiku."

Tangan di dalam saku mengutak-atik sesuatu. Senyum tak kunjung pudar, otak mengatur kata yang pas. Mencoba berpikir bagaimana caranya menyampaikan proposal.

"Hm ... sebut saja jatuh cinta."

Helaan napas terdengar. Sinar matahari terik seolah membakar kulitnya. Gadis ini menoleh. Hendak menjawab sebelum pergelangan tangannya ditarik.

"Eh!"

Dengan paksa diseret, kemudian disudutkan.

Gelap.

Sepi.

Oh sial, lelaki ini membawanya ke dalam gang.

"... apa yang kau lakukan?!" bentak sang surai hitam. Wajahnya mulai memerah, emosi semakin memuncak tatkala sang lelaki hanya menatapnya dari atas.

"Aku menyukaimu."

Rindou berucap. Tangan kirinya ditaruh di sisi kiri kepala (Name)—memblokir jalannya—sementara tangan kanannya dikeluarkan dari saku. Bersamaan dengan sinar yang terpantul pada benda panjang dan tajam.

Ujungnya menempel pada leher yang dibasahi keringat. Membuat napas secara otomatis tertahan.

Pada dasarnya, mereka gila.

Memangnya siapa yang melamar dengan cara seperti ini?

"Aku menyukaimu. Jadilah milikku. Bagaimana?"

Tidak terdengar sebagai pertanyaan. Rindou, kau seolah menyatakan sesuatu yang absolut.

(Name) mendengus dan memajukan tubuhnya. Membiarkan bilah tajam mengiris kulit lehernya. Merobek perlahan, membiarkan tetesan merah mengalir setelahnya.

Namun Rindou tak memiliki kenginan untuk menarik mundur tangannya.

"... kita orang asing."

Sang gadis berucap.

Rindou mengangkat bahunya. Ujung bibir tertarik, menciptakan seringai mengerikan, sementara matanya memantulkan hasrat.

"Tinggal kenalan. Mudah kan?"

Hening sesaat.

Kemudian, kekehan meluncur dari bibir mungil.

"Hah ... "

Seulas senyum terukir. Bibir ranum berkilat basah dikala organ tanpa tulang membasuhnya.

Sungguh, Rindou kesulitan menahan nafsu yang membara.

"... kamu laki-laki yang aneh. Unik juga."

Rindou menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi, bagaimana?"

Cengiran terlihat. Memperlihatkan gigi putih di wajah sang surai hitam.

"Aku terima!"

Akal sehat dikalahkan. Kegilaan merasuk.

Haitani Rindou diberi jalan yang terlalu mudah bagi seorang pendosa.

•••

Nyatanya, semua ini berjalan terlalu mudah bagi Rindou.

Laki-laki yang telah melakukan berbagai hal berdosa. Ketika melihat ke belakang, puluhan orang berlutut, menangis dan memohon ampun. Sementara ketika pandangan diturunkan, tangan pucatnya dipenuhi darah.

Untuk (Name) yang masih suci, dia adalah pendamping terburuk yang pernah ada.

"Aku punya kakak. Jadi kalau kau panggil aku Haitani, agak aneh."

Dengusan sebal. Sang gadis memutar bola matanya jengah.

"Lalu, aku harus panggil apa?"

"Karena aku memanggilmu (Name), apa tidak sebaiknya kau panggil aku Rindou?"

Sungguh, dia tanpa tahu malu memintanya.

Merasa berdosa, meminta afeksi pada gadis yang didamba.

Langkah kaki di atas trotoar terhenti. Sedikit menyingkir, tak ingin menghalangi jalan. Sepasang manik coklat sang gadis bersinar.

"Rin."

Jantung seolah di remas.

Sesak tak bisa bernapas.

Rindou berkeringat dingin.

"Tembak aku ... Rin."

Sebuah ilusi muncul di depan mata. Dimana wanita yang ia cinta ambruk ke dalam kolam darah. Matanya terpejam, tak ada senyum yang terukir, hanya darah yang mengalir. Membasahi telapak tangan, membuat bibir tak henti bergetar.

"Rin!"

Jiwanya kembali tatkala sang puan melambaikan tangan. Menatap bingung lelaki yang tampak pucat.

"Huh?"

(Name) kembali mendengus sebal. Merasa sedikit kesal dirinya diabaikan.

"Aku bilang, bagaimana jika aku memanggilmu Rin?"

Rindou tersenyum kecil.

"Tidak buruk juga."

Benar, dia adalah (Name) yang baru.

Bukan kekasih yang Rindou bunuh di masa lalu.

•••

23 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro