Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25th Petal


Munder Street 589

"Selamat pagi," Wang Yibo mengembangkan senyum sehangat mentari pagi pada seorang perawat yang membuka pintu.

Zoey, perawat itu, masih memegang satu mug porselen di tangan. Seragam serba putih ternoda coklat bagian bawah kerah. Nampak seperti cipratan susu atau coklat panas. Jelas dia mengalami pagi yang cukup sulit dengan pasien yang ia rawat.

"Astaga. Orang asing lagi," gadis itu memutar bola mata. Tidak kesal, tetapi juga tidak ramah. Sorot matanya tegas saat bertanya datar,
"Ada yang bisa kubantu?"

Yibo mengeluarkan kartu namanya.

"Aku dokter Wang dari Rosalind Mental Health Center. Aku ingin bertemu Miss Cynthia."

Zoey mengambil kartu nama dari tangan Yibo, mengamati dengan kening berkerut, dan melirik sekali lagi. Penampilan Yibo memang sesuai dengan titel yang ia bawa. Zoey hanya mengangkat bahu dan mundur dari ambang pintu.

"Anda bukan dokter yang biasa datang mengecek Miss Cynthia," perawat itu berkomentar, ada nada curiga yang sehalus kabut asap dalam ucapannya. Tetapi dia mempersilakan Yibo untuk masuk.

"Aku tidak akan mengecek kesehatan atau kondisi demensia yang ia alami, hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan."

Yibo duduk di sofa empuk berlapis kain merah marun.

"Entah apa lagi masalah yang akan ditimbulkan, dia semakin sulit diajak bekerja sama akhir-akhir ini."

Zoey berlalu ke ruangan lain, terdengar bicara pada seseorang. Ada tanggapan yang lambat dan ragu-ragu dari suara seorang wanita.

"Miss Cynthia, kau kedatangan tamu," suara Zoey terdengar di ruangan sebelah. Di kursi meja makan, seorang wanita yang nampak lebih tua dari usianya, pucat, dan nampak bingung, seketika tersentak. Akibatnya cangkir teh di dekat tangannya yang terletak di atas meja tersenggol dan tumpah.

"Ya Tuhan, apa yang kau lakukan ini?" Zoey mulai mengomel, dia mengambil beberapa helai tisu, membersihkan tumpahan teh dan mengambil cangkir yang nyaris kosong.

Miss Cynthia nampak gugup, tapi tidak mengatakan apapun. Setelah selesai membersihkan meja, Zoey mengajak wanita menyedihkan itu ke ruang tamu di mana Yibo duduk menunggu.

"Halo," Yibo menyapa sambil tersenyum, "Bagaimana kabarmu pagi ini?"

Miss Cynthia duduk di sofa seberang Yibo. Gaunnya selutut berwarna marun dan menjuntai longgar di tubuhnya yang kurus.

Wanita itu menatap Yibo bingung, tetapi sejurus kemudian tersenyum aneh.

"Kau sangat tampan, melihatmu aku merasa melihat Arthur.." ia bergumam, mata kelabunya melihat ke wajah Yibo namun sedetik berikutnya menatap dinding kosong.

"Benarkah? Kebetulan sekali. Aku ingin bertanya tentang Arthur padamu. Bagaimana kalau kau menceritakan tentang Arthur padaku sekarang?" Yibo menanggapi, masih mempertahankan senyuman penuh kesabaran.

"Tapi -- siapa kau?" Miss Cynthia sesaat ragu.

"Aku Yibo. Wang Yibo. Rumahku tidak jauh dengan rumah musim panas yang kau tempati bersama Arthur dulu."

"Rumah musim panas? Seperti apa itu? Apakah tempat itu indah?" Miss Cynthia memiringkan kepala, ekspresinya benar-benar tidak mengerti.

Yibo terdiam sejenak sambil berpikir, kondisi mental wanita ini sepertinya tidak memungkinkan untuk bicara dengan benar. Tetapi dia tetap harus mencoba dan untuk itu dia harus sabar.

Yibo menoleh pada Zoey, perawat itu mengangkat bahu dan nyaris berbalik menuju ruangan lain, tetapi Yibo sempat menahannya dengan satu pertanyaan.

"Apakah setiap saat dia selalu bicara kacau?"

Zoey menggeleng, "Kadangkala dia bicara seperti orang normal. Tetapi reaksinya cukup impulsif terhadap beberapa hal. Aku tidak tertarik mempelajari penyakit demensia atau kejiwaannya. Aku hanya perawat biasa."

"Kenapa dia tidak dirawat di mental hospital?"

"Dia tidak bersedia dan bersikeras bahwa ia baik-baik saja. Kurasa itulah yang dikatakan semua penderita gangguan jiwa, mereka merasa dirinya baik-baik saja," Zoey tersenyum pahit, tetapi sangat sedikit empati yang ia tunjukkan di wajahnya. Dia menambahkan sebelum pergi ke ruang makan, "Kau beruntung dokter, pagi ini moodnya cukup baik. Tempo hari seorang pemuda berkunjung dan mengusiknya perihal rumah musim panas itu. Aku terpaksa mengusirnya."

Yibo menyunggingkan seulas senyum tipis, perawat itu pasti tengah bicara tentang Sean. Pemuda itu tidak pernah mengatakan hal ini padanya, namun Yibo tidak heran. Sean terlalu terbiasa menyimpan segala hal untuk dirinya sendiri hingga lupa rasanya berbagi informasi jika tidak terpaksa.

"Teh atau kopi?" Zoey bertanya dari sebelah ruangan.

"Teh saja. Terima kasih."

Perhatian Yibo beralih kembali pada Miss Cynthia.

"Kau ingat rumah musim panasmu? Sepuluh tahun lalu kau dan Arthur tinggal di sana. Sayang sekali, aku tidak sempat mengenal kalian. Tetapi kudengar Arthur seorang pemain piano yang berbakat."

"Aku-- aku membuatnya menghilang," Miss Cynthia berkata tersendat-sendat. Matanya menatap kosong keluar jendela.

"Ya?" Yibo memiringkan kepala.

Wanita itu memejamkan mata. Bibirnya sedikit gemetar.

"Jika kau tidak senang menceritakan ini. Tidak usah saja. Aku tidak apa-apa."
Yibo berusaha memancing Miss Cynthia pelan-pelan.

"Arthur, Arthur yang malang.." wanita itu mulai bicara terbata-bata.

"Apa yang terjadi padanya? Mungkin aku bisa membantumu mencari Arthur yang malang."

"Tidak, kau tidak perlu mencarinya. Sejak peristiwa itu, dia datang dan pergi sesuka hati," Miss Cynthia menggeleng-geleng.

"Peristiwa?" Bibir Yibo melengkung, setengah tersenyum seraya menekan rasa ingin tahu dan bersikap seolah hanya si wanita yang menjadi fokus pembicaraan ini. Sikapnya yang penuh minat membuat wanita linglung itu perlahan merasa nyaman dan terus bicara.

"Sesuatu yang sangat buruk telah terjadi, tetapi aku tidak tahu apa. Yang aku ingat, Arthur bermain piano lalu pergi tidur untuk selamanya. Dari hari ke hari aku semakin ketakutan dan merasakan seseorang menerorku penuh kebencian.."

Ekspresi wanit itu hampa, sesekali menggigil, memucat seperti mayat, dan sulit dipercaya.

Yibo mengamatinya beberapa saat lalu berkata, "Sepertinya ada yang tidak beres dengan Arthur. Apa dia sering menyulitkanmu?"

Miss Cynthia bingung sejenak, lantas mulai menggumam, ada kekejaman dalam suaranya.

"Ya, dia menyakitiku. Kami hidup dengan sangat baik, bahkan menimbulkan gunjingan di tengah orang-orang. Tetapi saat aku ingin komitmen resmi, Arthur menolak. Aku membencinya karena alasan itu, kau tahu apa yang dia katakan? Dia bilang dia menyukai sesama pria. Kupikir itu gila. Tidak ada masa depan untuk orang gila dan juga untukku.."

Langkah Zoey yang berderap membawa secangkir teh menghentikan pembicaraan mereka sejenak. Yibo mengangguk pada perawat itu sebagai ganti ucapan terima kasih. Dia mengamati uap yang naik dari permukaan teh seraya berpikir.

Arthur seorang gay...

Hantu di rumah musim panas itu, apakah dia menyukai Sean? Kedengarannya menakutkan.

Astaga -- beraninya hantu itu!

Yibo menghirup tehnya kemudian melanjutkan bertanya,

"Jadi apa yang kau lakukan untuk mengatasi kekecewaanmu?"

"Tidak ada harapan bagi wanita yang kesepian sepertiku, aku sangat marah dan ingin sekali membunuhnya. Ah, Arthur yang tampan, padahal permainan pianonya sangat indah. Sayang sekali..."

Miss Cynthia tersenyum aneh dan mengerikan, yang sekejap kembali memudar pada kekosongan.

"Kau membunuhnya?" tanya Yibo hati-hati.

"Ti--dak. Aku tidak sekejam itu. Tapi aku memberinya minuman istimewa yang takkan dia lupakan. Suatu pagi yang cerah, dia bermain piano penuh senyuman. Lantas dia tertidur lelap, kupikir dia harus tidur di tempat yang sejuk, jadi aku memilih halaman dengan naungan semak belukar.."

Yibo menelan liur, semua rambut di tubuhnya berdiri. Wanita linglung ini baru saja menceritakan padanya bahwa dia membunuh Arthur.  Mendengar kata minuman, Yibo menyimpulkan Miss Cynthia meracun Arthur sampai mati hanya karena marah dan kecewa.

Jadi Arthur bukan menghilang, melainkan mati. Kehidupan mereka yang mengisolasi diri membuat peristiwa itu tertutup selamanya.

"Menyedihkan sekali. Setelah itu kau pasti kesepian," komentar Yibo, dia mengeluarkan beberapa buku catatan dan menulis sesuatu di atasnya.

Miss Cynthia kembali tersenyum, dia menatap Yibo lekat-lekat dan menggeleng.

"Ah tidak juga. Arthur selalu datang menemuiku. Seringkali pada malam hari. Dia selalu menghiburku dengan lagu favoritnya, aku tidak pernah kesepian. Aku bernyanyi, tertawa, dan menangis bersama Arthur."

Keringat dingin menetes di punggung Yibo. Jadi benar, rumah itu berhantu. Arwah Arthur yang mati terbunuh tinggal di dalamnya, mengusik siapapun yang tinggal di sana, terlebih meneror Miss Cynthia, sang pembunuh, hingga wanita itu menjadi setengah gila.

"Kedengarannya menyenangkan, lalu kenapa kau menjual rumah itu?"

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja aku berada di sini. Aku tidak ingat apapun.." wanita itu bersandar pada sofa, nampak lelah dan sedih.

"Kelihatannya kau harus beristirahat sejenak. Maaf aku mengganggumu, tapi aku ingin memberikan saran agar kau pindah rumah ke Rosalind mental Health center. Kau tidak akan kesepian di sana."

"Mengapa aku harus pindah. Aku selalu bersama Arthur, dia akan menyanyikan lagu yang indah..."

Keheningan yang dalam menjebak keduanya, dari ruangan lain Zoey menyembulkan kepala dengan sebuah nampan berisi air putih dan beberapa butir obat. Gadis itu  tidak memberikan kode apapun tapi Yibo paham bahwa ia harus pergi sekarang.

Pemuda itu merapikan tas lalu berdiri, mengangguk ringan pada Miss Cynthia dan berkata ramah,

"Aku harap anda bersedia menjalani perawatan, kondisimu akan lebih baik."

Wanita itu menatap Yibo, matanya berkaca-kaca dan lengannya perlahan bergetar.

"Aku mendengarnya. Aku selalu mendengarnya di kepalaku, apa kau juga mendengarnya??" Dia menggoyangkan kepala, meringis sekejap.

"Apa?" Yibo memutar pandang ke sekeliling ruangan, tak ada bunyi apapun selain kicau burung di halaman.

"Lagu itu. Lantunan piano. Arthur sering memainkannya. Tolong, kepalaku sakit.."

Zoey muncul dengan tergesa-gesa, dia meletakkan nampan di atas meja dan melirik galak pada Wang Yibo.

"Lagi-lagi dia bertingkah. Kau sudah mengusiknya terlalu lama. Anda boleh pergi sekarang."

Yibo mengangguk sekali lagi dan pamit. Zoey mencoba membujuk wanita itu untuk minum obat. Ketika Yibo nyaris melangkahkan kaki keluar pintu, didengarnya Miss Cynthia mengeluarkan senandung, gemetar dan tersendat-sendat. Temponya lambat, mengalun aneh.

Lavender's blue lavender's green
When I'm king you should be queen

Wang Yibo sontak menoleh, wajahnya memucat seperti hantu.

Lavender's Blue...

To Be Continued

Uff...

Please vote yaa kayaknya udah mau end aza ini story

See You Next  Chapter

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro