17th Petal
Ini makan malam pertama mereka. Tidak terlalu buruk walau pun tidak sesempurna bayangan masing-masing. Bukan di restoran mewah dengan candle light dinner, melainkan menyatu dalam kedamaian rumah, di mana hanya ada mereka berdua dan tak ada yang mengganggu.
Keduanya makan dalam hening, masakannya sangat lezat, dan menyantap makanan lezat sambil menatap wajah seseorang, rasanya sedikit berbeda.
"Kau akan bermalam lagi di sini bukan?" usik Sean, di ujung acara makan mereka.
Yibo meraih tissu, menyeka mulutnya perlahan.
"Sepertinya tidak malam ini."
"Kenapa?"
Yibo tidak langsung menjawab, dia meneguk air putih, mengetuk-ngetukkan jarinya di tepian gelas.
"Rumah ini mungkin tidak nyaman bagimu, meski indah, tapi sudah lama kosong," Sean mulai bicara lagi karena tidak mendengar tanggapan apapun dari Yibo.
"Bukan begitu. Aku memiliki sesuatu yang mendesak yang harus dikerjakan," Yibo menjelaskan hati-hati.
"Bukan karena kau takut berada di sini pada malam hari?"
"Maksudmu?"
Sean menatap kosong pada permukaan meja, dan berbisik getir.
"Hantu..."
Astaga...
Yibo meremas jemarinya, melemparkan lirikan penuh tanda tanya.
"Kau masih percaya akan adanya hantu di rumah ini?"
"Aku -- aku hanya takut dia akan muncul lagi.."
Yibo menghela nafas panjang. Dia mendorong piring ke tengah meja, menatap Sean lebih serius.
"Ketakutanmu yang membuatmu berhalusinasi.." bisik Yibo.
Sean menggeleng. Sorot matanya nampak tegas.
"Kau tidak percaya hantu?" suaranya mendesis sekarang, membuat Yibo merinding.
"Seseorang terkondisi untuk tidak percaya pada satu entitas yang tak terlihat," Yibo berkata diplomatis.
"Baiklah. Lupakan saja.." Sean bangkit dari kursinya, mengabaikan sisa-sisa makan malam.
"Bagaimana dengan ini?" Yibo menunjuk piring dan gelas kotor.
"Biarkan di situ. Aku akan merapikannya nanti. Sekarang, aku ingin bermain musik lagi."
"Oke! Tapi aku minta satu penampilan spesial darimu malam ini."
Sean berjalan melintasi ruangan, menuju pianonya.
"Kau ingin lagu yang lain?" Sean mendongak pada Yibo yang berjalan mendekat.
"Ya," pemuda itu kembali ke sikap awal saat dia datang, bersandar pada badan piano, melipat kedua lengan di depan dada.
"Katakan. Aku bisa menguasai semua jenis musik," Sean tersenyum bangga.
"Itu tidak diragukan lagi. Aku ingin mendengar kau memainkan," Yibo berpura-pura memikirkan sesuatu, kemudian berkata lambat-lambat dengan sorot mata tertuju pada ekspresi Sean, seolah ingin mempelajari setiap detailnya.
"Lavender's Blue..."
Senyum di wajah Sean memudar seketika. Ada guratan terkejut sekaligus panik, yang berganti dalam sekejap menjadi rona ketakutan. Pemuda berkacamata itu menggeleng lemah.
"Jangan -- " suaranya tercekat.
"Jangan lagu itu..." Dia mengangkat jemari dari atas piano. Meremas rambut di bagian samping kepala.
"Kenapa kau begitu takut?" Yibo mengulurkan tangan, menepuk bahu Sean perlahan-lahan.
"Jangan---"
"Baiklah... Baiklah..." Yibo mendekati Sean, memeluknya dari belakang untuk memberikan ketenangan. Sedikitnya sia merasa bersalah telah mengungkit sesuatu yang membuat mood pemuda manis itu kacau balau.
"Tidak apa-apa,.. sudah, tidak apa-apa.." Yibo membelai rambut dan leher Sean. Bersamaan dengan sentuhan yang begitu lembut, degup jantung Sean kembali pada irama stabil dan pemuda itu mendapatkan lagi ketenangannya.
🥀🥀🥀
Wang Yibo memasuki rumahnya kala waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Seluruh rumah dalam keadaan gelap. Hanya lampu teras yang menyala, ruang tengah diterangi lampu meja yang memancarkan cahaya temaram.
Dia tidak melakukan ritual persiapan untuk tidur, melainkan langsung menuju ruang kerjanya dan membuka-buka beberapa surat kabar tua di dalam map hitam.
Ada beberapa surat kabar dengan tanggal terbit yang sama atau nyaris berdekatan. Wang Yibo mendapatkannya dengan meminjam dari perpustakaan kota. Dia sudah mencari-cari berita yang diinginkan di internet tetapi pencariannya tidak memuaskan dan mungkin beberapa sumber telah menghapusnya.
Yibo menyalakan lampu baca dan mulai membolak-balik surat kabar itu.
Dia menemukan satu judul berita di halaman pertama kolom paling bawah, dan di halaman lain dalam surat kabar yang berbeda. Berita itu memuat insiden berdarah perampokan disertai pembunuhan yang terjadi di mansion pianis terkenal Mr. Sean di Wina. Beberapa detail ditulis dalam berita itu dan sisanya spekulasi dibumbui rumor.
Satu surat kabar lain tertanggal satu setengah tahun berikutnya, memuat berita kematian seorang pengusaha muda bernama Mark Chao. Penyebab kematiannya adalah bunuh diri dengan satu sayatan dalam di leher.
Korban diduga depresi dan menggorok lehernya sendiri dengan satu pisau panjang masih berada dalam genggaman.
Beberapa rumor menyebutkan tidak ada indikasi depresi yang diderita pengusaha itu, atau mungkin pihak keluarga menyembunyikannya. Nama Sean disebut sekilas sebagai saksi peristiwa mengerikan malam nahas itu yang terjadi di apartemen Mark.
Beberapa obituari yang memuat foto Mark juga bertebaran di surat kabar itu.
Yibo menghembuskan nafas panjang dan berat. Beberapa artikel itu tidak bisa memenuhi rasa ingin tahunya. Berita yang disajikan adalah apa yang selama ini telah tersebar dan diketahui khalayak ramai. Dia menginginkan berita lain, sesuatu yang tak terungkapkan, sesuatu yang tersembunyi dan disembunyikan beberapa pihak.
Dia melempar surat kabar ke atas meja dengan kasar, memijat batang hidungnya seraya berpikir siapa yang bisa dia ajak bicara atau diminta bantuan dalam masalah ini. Mungkin dia bisa menyewa jasa hacker untuk menembus akses tertentu, tapi dia segera membuang gagasan tidak bermoral itu jauh-jauh.
Satu nama terlintas dalam kepalanya, dan seketika Yibo menjentikkan jari dengan semangat. Ya -- dr. Haikuan. Mungkin saja dia tahu sesuatu, tidak akan mudah menggali informasi darinya tetapi sekarang ini Yibo bisa disebut sebagai dokter pribadi Sean meski tidak secara resmi mendaftar. Dia bisa menggunakan hubungan mereka yang baru saja terjalin untuk meyakinkan dr. Haikuan.
Besok pagi dia harus membuat janji dengan dr. Haikuan dan meluangkan waktu pergi ke Wina menemuinya.
🥀🥀🥀
03.00 AM
Sunyi merayap, angin menyelinap, menggerakkan tirai-tirai jendela di rumah musim panas Sean. Desau padang lavender yang meliuk membisikan nada-nada misterius di tengah gelap malam memberi kesan menakutkan.
Sean terbaring lelap di tempat tidurnya yang nyaman. Tenggelam dalam tidur tanpa mimpi. Apa yang dia lihat di alam bawah sadarnya hanyalah gelap.
Pemuda manis itu bergerak gelisah, nalurinya mengatakan ada sesuatu mengancam. Dia berusaha mengenali bayangan apa yang muncul dalam tidurnya. Tetapi gagal.
Di sudut ruangan tengah, di atas sebuah keranjang berlapis bantal tempat mahluk itu melingkar, Miko membuka mata, memiringkan telinga dan mulai bergerak gelisah. Dia mengeluarkan bunyi meong perlahan dan tercekik, seolah-olah ada mahluk mengerikan tertangkap mata bulatnya yang berwarna hijau keemasan.
Brakkk!
Pintu kamar Sean terbuka tiba-tiba, seolah diterpa angin yang kuat. Mengayun putus asa tanpa perlawanan.
Mendengar bunyi keras membelah keheningan seketika Sean terbangun dengan terkejut. Sensasi pening melanda kepalanya akibat terbangun mendadak dan bergerak menuju posisi duduk kaku.
Apa itu tadi?
Tidak ada cukup cahaya dalam kamar tidurnya, tetapi di keremangan itu Sean bisa melihat sosok tinggi kurus berdiri di ambang pintu. Serupa bayangan hitam menakutkan.
Pemuda itu --
Pemuda yang sama yang muncul pertama kali di depan pianonya.
Pemuda itu --
Hantu.
Wajahnya masih sepucat kemarin. Tatapan kosong terpaku ke arahnya, bibir tipis itu menyeringai mengerikan.
Sean...
Sean menarik mundur kakinya, memeluknya erat, menyatu di dadanya.
Apakah hantu itu baru saja memanggilnya?
Jangan pergi...
Sean menatap ngeri. Bibirnya bergerak-gerak berusaha berteriak, namun tak ada suara yang bisa keluar.
Kenapa pemuda ini datang lagi dan lagi?
Tempatmu di sini...
Bayangan itu bergerak maju, memanjang, menjangkau, mencengkeramnya.
"Tidaaakkk!!!"
Seketika Sean tidak sadarkan diri.
Di luar pintu, Miko menatap tajam, membelalak, mengeong tersendat-sendat.
To be continued
Hai semua, FYI -- genre cerita ini lebih ke misteri dan pshyco-horror yaa, karena Shenshen favorit banget genre ini. Jadi mohon maaf kalau romance - nya minim. Tapi next chap akan Shen tambahin dikit yang sweet-sweet biar ga boring.
Masih pada baca kan?
Yizhan Lovers mana suaranya? Jangan kalah sama story2 aku yang sebelah. Hehehee...
Please Vote 💖
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro