×𝟶𝟿×
"heh bangun, udah jam tujuh"
aku mengucek mata, kala seseorang membangunkan ku dengan menepuk pelan pipiku.
"kenapa sih? somi masih ngantuk tau..."
ku coba memejamkan mata, tapi agaknya usahaku sia-sia, karena pemuda di hadapanku ini malah menguncang bahuku dengan cukup tenaga.
"please, dar. aku semalam nonton drakor baru tidur jam lima subuh" alibiku, padahal aku tidak tidur karena khawatir dengan haedar.
"laper somi.... suapin...." rengeknya seperti anak kecil.
"makan sendirilah, udah gede juga"
haedar memajukan bibirnya, lantas menunjuk tangan kanannya yang masih tak boleh di gerakan. haish.. somi lupa. "sakit tau ini....."
ku geser meja yang bisa di dorong itu mendekat ke haedar. setelah mengambil menyedok bubur yang masih hangat, ku arahkan sendok itu ke depan mulut haedar "pesawat datang, chuuu...."
"gua bukan anak kecil" ketusnya usai bubur itu masuk ke dalam mulutnya.
"heheheh.. semalam kan mama kesini, tapi dia harus balik lagi ngurusin kerjaan yang gak bisa di tinggal"
"dia kan gitu, kerjaan gak bisa di tinggal, tapi ninggalin anak gampang banget kayaknya"
"gak boleh gitu ih ngomongnya, durhana loh nanti"
haedar terdiam, tanpa membalas perkataanku. setelah buburnya habis, dan ia meminum segelas teh hangat. ia masih diam dan memilih menonton serial tv yang tengah menayangkan kartun ben10.
"kenapa gak sekolah?" tanyanya dengan nada ketus.
"ya masa kamu di sini sendiri"
"gua emang pengen sendiri"
somi cukup peka untuk paham kalau haedar lagi kasih kode. biar somi keluar, dan biarin dia sendiri. aku mulai berdiri dari kursi,
"haedar, boleh peluk gak? sebentar... aja" lirihku sepelan mungkin.
"gak, lu bau"
aku tahu kok haedar cuma bercanda, dengan berat hati somi keluar dari rumah sakit. berjalan di jalanan yang ramai dengan orang yang berlalu lalang.
netraku beralih pada sosok anak kecil yang membawa bola plastik, dengan tubuh gempalnya anak itu terlihat menggemaskan. ia berjalan tepat di sebelah ibunya yang tengah asik bermain ponsel. tanpa di duga, mainannya menggelinding di jalanan, ia melepas cengkraman ibunya.
"kakak aja yang ambil, kamu tunggu sini"
kebetulan jalanan yang sedang ku pijaki dekat dengan tempat nyebrang. juga, lampu menunjukkan warna merah, dan dalam waktu yang masih lama.
aku mulai berjalan santai mengambil bola itu, setelah dapat, aku berjalan ke arah anak kecil yang menunjukkan wajah bahagianya.
namun tanpa di duga, waktu berlalu begitu cepat. orang-orang ramai menghampiriku, dengan mata sayup-sayup ku dengar suara mereka.
"eh, ada korban tabrak lari, cepet panggil ambulan, yang nabrak tadi lagi di kejar, cepat!!!!"
"kasian ya, dia masih muda pula"
"iya, jahat banget yang nabrak perempuan ini" tak lama pandangku mulai memburam, yang terakhir ku lihat adalah anak tadi yang menggengam polaroid fotoku dengan haedar.
"kak..."
ku cepetin karena capek sama makhluk penghuni dunia oren:)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro