×𝟶𝟾×
pernah tidak kalian merasa takut kehilangan, padahal itu memang bukan kehendak kalian? ini yang lagi somi rasain. somi takut, suatu hari haedar benar-benar pergi ninggalin somi.
sekarang aku duduk di sofa, capek juga lari naik tangga dari lobby ke lantai tiga. malika sih ngagetin, kirain luka sampai berdarah-darah ternyata kaki sama lengannya patah. jadi, harus di operasi.
dan dengan santainya haedar malah ketawa-tawa nonton spongebob sambil nunggu jam operasinya.
"malika"
haedar tetap menatap televisi. "kenapa?"
"jangan gini lagi.."
tiba-tiba tv nya di matiin sama dia, terus beralih natap somi. tolong dong somi salting nih...
"ada apa sih, sayangnya haedar?"
pengen muntah ih dengernya, eh gak boleh gitu sama pacar sendiri. "jangan bikin somi khawatir lagi.."
somi tarik nafas panjang, juga gigit bibir bawah. ya habisnya, gugup banget kayak mau di tembak mati.
"hm?"
"jangan luka lagi, dar. somi takut kehilangan haedar.. kamu kan tau aku takut banget sama yang namanya kehilangan.."
"iya, aku usahain akan jaga diri baik-baik, tapi kalau akhirnya aku gak bisa jaga diri aku sendiri, aku minta kamu cari orang yang selalu bisa jaga kamu, juga perasaan kamu, ya?"
"maksudny—"
"pasien atas nama azriel haedar mandalika?" seorang perawat datang setelah mengetuk pintu.
"iya?"
"doa dulu ya dek, semoga operasinya lancar. oh iya, mbaknya mau ikut temenin?" tanyanya tersenyum ramah.
"gak deh, sus. saya mau hubungi keluarganya aja"
"doain ya, som" haedar nepuk kepala somi pelan, seusai itu beberapa perawat membawa haedar ke ruang operasi.
"pasti" lirihku saat pintu kamar inap telah di tutup kembali.
usai itu, aku jalan ke taman rumah sakit, tempatnya ada di lantai bawah. somi coba hubungi keluarga haedar, tapi gak di angkat-angkat. btw, teman-teman yang lain sudah pada pulang, takut di cariin orang tua.
"hallo, mah?"
"eh, somi, ada apa telpon mama malem-malem gini?" akhirnya di angkat. somi memang panggil orang tua haedar, mama dan papa.
"maaf, somi ganggu ya, mah? hmm, haedar masuk rumah sakit mah, karena kecelakaan. tangan sama kakinya patah, jadi harus di operasi. mama sama papa bisa gak kesini?"
"eh? kok bisa kecelakaan? mama bisa kok kesana, tapi papanya haedar kayaknya gak bisa. dia.. kan udah ada keluarga baru"
"gitu ya..? gak bisa di usahain emangnya, mah? demi haedar"
"nanti mama coba telpon dulu deh, ini mama udah di taksi. makasih ya somi udah kasih tau mama. haedar pasti gak simpan kontak mama dan papa di handphonenya"
"haedar emang gak bisa berubah, mah. sekeras apapun somi coba, dia tetap gak bisa lupain kejadian satu tahun yang lalu"
"ini semua salah kami"
"nggak kok, mah. ini memang udah takdir kalian. somi tutup dulu ya, mah? mau hubungi bunda dulu" dustaku di akhir kalimat.
"iya, semoga kamu juga cepat kembali ke rumah ya. harus selalu ingat tempat kamu memulai kehidupan. jangan lupain orang yang sudah membesarkan kamu"
"iya, mah. makasih atas nasehatnya. assalamualaikum"
"waalaikumsalam" sambungan pun tertutup. ku tatap bintang yang berhamburan di langit,
"rumah ya? maaf, tapi aku gak pernah menemukan kata rumah dan nyaman di bangunan itu. bagi ku itu lebih dari penjara, neraka mungkin? huffftt.... maaf, mah aku gak akan telefon bunda. dan maaf bunda, aku gak akan kembali ke bangunan yang kau sebut rumah" batinku yang perlahan menjatuhkan rintikan air mata.
apa definisi rumah
bagi kalian?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro