𝙾𝟻
"Hyunjing!!!" pekik Sunwoo semangat yang lantas mendapat geplakan dari Chanhee.
"Alay banget lu, kek baru ketemu pacar yang habis ldr-an."
"Anjay, masih hidup lu pada? Ayo-ayo masuk!" Mereka bertiga masuk ke dalam rumah, sedangkan Eric menghubungi teman-temannya untuk menyusul.
Rumah itu memang milik Hwall. Ia membangun sendiri tanpa bantuan siapapun. Rumahnya cukup sederhana, namun terkesan elegan. Hyunjin, Lino, dan Felix datang ke rumah Hwall untuk menanyai cara agar teman-nya yang sudah terinfeksi masih bisa terselamatkan.
"Seungmin, Changbin, dan Han udah meninggal. Jeongin, dan Bangchan di rumah jagain Woojin. Dia terinfeksi, gua baru tau kalau virusnya mulai bekerja saat tidur," jeda 'tuk menetralisir emosi dirinya.
"Malam sebelum Seungmin di bunuh, dia cerita banyak hal lewat telefon. Dia juga tau cara penyembuhan sementara, katanya sih harus minum darah, tapi gua gak tau darah apa. Dia juga nggak jelasin detailnya, sambungannya langsung terputus gitu aja." jelas Hyunjin, di akhiri dengan helaan nafas panjang.
Memang terasa sangat berat harus mengikhlaskan kepergian teman dalam waktu singkat. Menyaksikan kematiaan secara berturut-turut. Menunggu apakah ajalnya juga akan tiba setelahnya.
Hwall datang dari arah dapur, membawakan beberapa kaleng soda, dan bir. "Nih di minum."
"Nggak ada makanan cuy?" sahut Haknyeon dengan tidak tau dirinya, lantas di balas tatapan tajam dari Hwall.
Malam semakin larut, beberapa dari mereka mulai terlelap. Menyisakan Kevin, Hwall, Younghoon, dan Lino yang masih terjaga. Keempat pemuda itu berdiri di tepi balkon, menatap langit yang kian menghitam.
"Kalian curiga nggak sih kalau Haknyeon berubah?" ujar Kevin yang menompang kepalanya dengan kedua tangan.
"Curiga apa?" balas Lino.
"Haknyeon selalu buat lelucon, berusaha menghibur kita semua, padahal kondisi bumi lagi sekarat. Kadang juga gua nggak sengaja liat dia nangis malam-malam sambil peluk dirinya sendiri."
"Iya, di depan kita dia seperti di program untuk baik-baik aja. Biasanya Haknyeon nggak gitu, kalau sedih atau ada hal yang mengganjal hatinya, dia selalu cerita sama yang lain."
"Mungkin dia nggak mau di pandang lemah." lirih Hwall.
Mereka berempat kembali fokus pada langit, hingga tak sadar ada seseorang di belakang mereka yang tengah menodongkan pistol.
Dorr
Satu tembakan mengenai punggung Younghoon, ia jatuh terduduk memengangi luka tembaknya. Belum sempat melihat pelakunya, Kevin ikut tertembak.
Dorr
Usai tembakan kedua, sang pelaku pergi keluar rumah begitu saja. Hwall mengejar orang tersebut, mereka berlari masuk lebih dalam ke arah hutan, tanpa membawa penerangan. "Heh, berhenti!!"
Tersisa Lino yang di landa kebinggungan, ia berusaha berteriak namun suaranya hilang. Pikirannya kalut, jantunganya berdetak lebih cepat, ia sangat kaget, sungguh. Lino hanya bisa terisak, memandangi kedua temannya yang merintih kesakitan.
"Hyunjin.." gumam Lino tatkala melihat Hyunjin terbangun, dan berjalan tergesa-gesa ke arah mereka.
"Eh? Ke—kenapa? Kalian kenapa ini?"
"Bangunin Jacob!! Cepat.."
Hyunjin buru-buru membangunkan Jacob, yang lain pun ikut terbangun mendengar kegaduhan yang di buatnya.
"No, gua nggak sanggup.." Nafas Kevin mulai tak beraturan, tangannya yang menahan luka di perut mulai renggang.
"Jangan gitu ish.." Lino panik setengah mati, netranya terus bergilir melihat Kevin yang merintih, dan Younghoon yang terdiam menahan rasa sakit.
"Hoon, lu harus tau. Kalau kita itu di— arrghh.."
"Di apa? Vin? Kevin? Tahan sebentar, jangan tutup mata, Vin." balas Younghoon sama lemahnya.
"Ini gua obatin siapa dulu??"
"Kevin.." tunjuk Younghoon. Jacob mengangguk patuh, ia mengelurkan berbagai macam peralatan medisnya, mulai mengobati Kevin yang perlahan kesadarannya mulai menghilang. Namun, agaknya ia sedikit terlambat.
Usai selesai dengan Kevin, Jacob mulai mendekati Younghoon. "Loh? Kok lukanya nggak ada?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro