Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 13

Dengan energinya yang tiba-tiba menjadi lebih kuat, Kim Ga On mulai mengikat kaki dan tangan So Hyun dengan tali, dan menempatkannya pada satu kursi kayu tidak jauh dari tempat Profesor Min duduk meringkuk. Sosok kekasih yang selama ini dikenalnya kini menjelma menjadi orang lain, duduk di kursi kayu lain, menghadapi mereka berdua dengan tatapan keji di matanya. So Hyun merasa terjebak, dan ia pun mulai menyuarakan kekecewaannya.

"Ga On, jadi inilah warna asli dirimu? Kau seorang pria licik yang memanfaatkanku."

"Seharusnya aku yang mengatakan itu. Inilah warna asli dirimu. Tidak jauh berbeda dengan pria tua keparat itu. Egois, dan mengorbankan orang lain demi harga diri kalian yang sudah hancur sejak awal. Bahkan aku tidak yakin apakah kalian memiliki harga diri. Sungguh lucu, melihatmu melindungi reputasi Profesor itu sepanjang waktu. Kalian seperti ... yah, seperti pasangan yang ideal."

"Ga On!"

"Apa yang kau pikirkan?" Kim Ga On menyipitkan mata pada gadis itu.
"Bahwa aku mencintaimu? Ah, yang benar saja. Dengar... kalian akan berada di gudang tua ini hingga polisi menyebarkan informasi tentang hilangnya dirimu. Aku akan membuat mereka percaya bahwa tua bangka itu yang telah melakukannya."

So Hyun menatap ngeri, menggerak-gerakkan tangan dan kakinya dengan putus asa. Jelas itu sia-sia. Tali yang mengikatnya hanya kian menggores kulitnya, menimbulkan rasa perih.

"Ga On, aku mengerti sekarang mengapa kau melakukan ini. Mungkin kau akan membunuh aku dan Profesor. Tapi katakan padaku, apakah sejak awal kau pernah menyukaikua, atau hubungan ini juga hanya bagian dari rencanamu?"

Wajah dan sikap Kim Ga On sudah lebih dari cukup untuk memberitahukan dua orang yang terikat itu bahwa sesuatu yang luar biasa telah terjadi. Walaupun sangat tidak berguna untuk meminta Kim Ga On melepaskannya, setidaknya So Hyun ingin mendengar penjelasan. Itu lebih baik dibanding menebak-nebak perasaannya selama ini. Sementara Kim Ga On duduk santai menumpangkan kakinya, dia mulai mengamati satu per satu wajah-wajah yang dia benci.

"Kau tidak dapat menemukan jawaban untuk beberapa pertanyaan," ia mendesah, pura-pura prihatin atas kegalauan So Hyun.
"Dan bahkan jika kau menemukannya, kau tidak bisa memastikan apakah itu benar atau salah. Sekarang aku punya pertanyaan serupa untukmu. Aku tidak akan menyakitimu jika kau memberikan jawaban yang meyakinkan. Jika tidak, terpaksa aku ... " Kim Ga On menggantung kalimatnya seperti sengaja menumbuhkan kecemasan pada pihak lain.

"So Hyun, semua orang mengira tua bangka ini yang menculikmu, atau kau dapat mengatakan, aku membuat mereka percaya itu. Kau ingin tahu apakah aku merencanakan semua ini sejak lama? Ya, aku sudah memikirkan ini sejak Eliyah meninggal. Tepatnya satu tahun lalu, dan ini adalah puncak rencanaku."

Pemuda itu menatap satu titik di dinding kusam, menerawang.

"Langkah pertama dan penting adalah membuatmu jatuh cinta padaku. Aku selalu merencanakan setiap pertemuan kita sebelumnya, sejak awal berkenalan. Minum kopi, makan malam, jalan-jalan. Ah, itu memuakkan, tapi dengan begitulah aku punya kendali atasmu."

Seringai keji terukir di bibir Kim Ga On, sesaat ketika ia menjeda.

"Pada hari yang telah aku tentukan, aku mencegat profesor di jalan sepi menuju desa Namsan setelah aku menguntit selama berhari-hari. Aku membuatnya memarkir mobil di lokasi yang tepat, kemudian aku membekuk tua bangka ini dengan menggunakan obat bius untuk melumpuhkannya. Aku menyekapnya di sini, dan menyimpan mobilnya di satu tempat tersembunyi hingga pada suatu malam aku menempatkan mobilnya lagi dan membimbing polisi untuk menemukannya di kawasan perkebunan yang sepi."

Tatapannya lalu beralih pada So Hyun.

"Untuk melibatkanmu dalam kasus ini, aku mengirim pesan padamu pukul sebelas malam dari ponselnya dari desa Namsan. Memintamu untuk menemuiku keesokan harinya. Lalu aku membuat semua orang percaya bahwa Profesor berusaha membunuhmu. Aku menyusup ke dalam rumahmu pada malam hari dengan penutup wajah. Akulah orangnya yang menyerangmu malam itu. Aku membawa darah Profesor dalam botol dan menciptakan bukti yang akan menyeretnya dalam kasus penyerangan itu. Kemudian aku menaruh darahnya ke dinding rumahmu."

Di bagian ini, Kim Ga On nampak kesal dan mendengus.
"Tetapi, aku tak pernah berharap kau akan memukulku dengan vas bunga. Dahiku terluka, dan saat itulah, Kang Yo Han mulai mencurigaiku. Untungnya, kau membantu aku meyakinkannya."

Pak, tolong hentikan ini. Daripada membuang-buang waktu di sini, akan lebih baik jika kau menangkap penjahat yang sebenarnya.

So Hyun nyaris bisa mendengar gema kata-kata yang dia ucapkan pada Kang Yo Han di malam kejadian itu.

"Semuanya berjalan sesuai rencanaku," lanjut Kim Ga On. "Dan kemudian kau mengungkit masalah Juk Chang. Aku harus membuktikan dia tidak terlibat dalam kasus ini. Untuk itu, sementara Juk Chang berada di bawah pengawasan polisi, aku membuat polisi percaya bahwa Profesor menyerangku. Aku membayar seorang pria setengah baya dari desa Namsan untuk memalsukan suaranya. Bersamanya, aku bersandiwara dan membuat laporan panggilan darurat. Dengan begitu, Kang Yo Han bergerak mengejarku, menemukanku dalam kondisi pingsan, dan membuatnya semakin yakin bahwa Profesor adalah penjahat yang harus dia tangkap. Itu adalah rencana cadanganku. Aku harus merelakan bumper depan mobilku tergores. Uh...!" Kim Ga On menghela napas panjang, kepalanya menggeleng-geleng seperti takjub dan heran akan sesuatu, atau mungkin dia mengagumi rencananya sendiri.

"Dan kemudian aku ingin semua orang mengira Profesor menculikmu. Aku meneleponmu dari ponselnya pada malam hari, memintamu untuk turun ke halaman dan menemuiku. Nah, dengan cara itulah akhirnya kita bisa berkumpul dalam reuni yang indah ini."

Kim Ga On menutup penjelasannya dengan tawa ringan tanpa emosi.

"Inilah rencana kematianmu, tua bangka," umpatnya pada Profesor Min. Yang ditunjuk hanya menoleh lemas, kepalanya yang terkulai terlihat sulit untuk bergerak.
"Aku mencapaimu melalui orang yang sama yang kau gunakan untuk mencapai Eliyah. Gadis itu, Yoon So Hyun!"

Pemuda itu bangkit dari duduknya, mencari-cari sesuatu dalam tas. Sebilah pisau yang berkilat-kilat. Dengan menghunus pisau itu, dia datang dan membungkuk di depan So Hyun.

"Pada awalnya, aku berencana untuk membunuhmu bersamanya. Tetapi kau tidak terlibat langsung dalam kematian Eliyah, dan demi menghormati persahabatanmu dengannya. Jadi, aku akan membiarkanmu pergi. Namun kau harus melakukan sesuatu dalam situasi ini. Anggaplah sebuah bantuan untuk pembalasan dendam Eliyah. Sesuatu yang tak bisa kau lakukan saat dia masih hidup. Tapi ini belum waktunya. Kau harus menunggu beberapa hari lagi. Jangan khawatir, aku akan menyediakan makanan dan minuman. Kau tidak akan mati kelaparan di sini."

Setelah mengatakan itu, Kim Ga On bergegas keluar dari ruangan dan mengunci pintu.

Terkurung dalam ruangan yang suram dan pengap, Profesor Min dan So Hyun tidak tahu apakah waktu berubah siang ataukah malam. Sesekali Kim Ga On datang memeriksa mereka, memberikan makanan dan air. Pemuda itu mengambil dan memeriksa ponsel So Hyun, memastikan bahwa itu tidak aktif agar polisi tidak bisa melacaknya. Kemudian pada suatu malam, Kim Ga On kembali dengan sikap yang lebih kaku dan kejam, tatapan matanya yang kelam menunjukkan bahwa dia siap mengakhiri semuanya.

"So Hyun, waktunya telah tiba untuk kau membantuku," ujarnya penuh tekanan.

"A-apa yang harus aku lakukan?" Gadis itu mengkerut ke dinding, cemas dan ngeri. Dia ingin sekali melarikan diri, tapi tubuhnya lemas karena lama tersekap dan kelaparan. Harapan bahwa Kim Ga On mungkin akan membebaskannya telah membuat So Hyun bertekad untuk bertahan dan melakukan semua intruksi pemuda yang pernah menjadi kekasihnya itu.

Kim Ga On mengabaikan gadis itu untuk sesaat, memilih untuk meneliti sosok Profesor Min yang kacau balau dan berantakan. Pria itu nampak menyedihkan, jika seseorang tidak mengetahui keburukannya, atau kejahatan yang telah dia lakukan, seseorang mungkin akan merasa kasihan. Namun di mata Kim Ga On, raut memelas dan sorot mata sayu itu kian menumbuhkan kebencian yang sejak awal telah mengakar kuat dalam hatinya.

"Aku punya gambaran yang jelas tentang kau dari apa yang Eliyah katakan. Saat itulah aku memutuskan untuk menghancurkan karier dan hidupmu."

Dia menoleh pada So Hyun sekilas sebelum kembali berkata,"Malam ini, So Hyun akan menelepon polisi dan mengatakan bahwa dia membunuhmu saat membela diri. Kau akan mati karena kecelakaan dalam upaya jahatmu melecehkan seorang gadis. Kau akan mati terbunuh, dan besok semua orang akan merasa bahwa ini benar. Tidak akan ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu. Mungkin kau orang pertama yang tahu tentang kematiannya sendiri."

Kedua tangannya telah mengenakan sarung tangan yang akan membuatnya aman dari meninggalkan petunjuk sidik jari. Menggunakan pisau yang dia bawa, Kim Ga On melepas tali yang mengikat tangan dan kaki pria tua itu. Kemudian dalam satu sentakan kasar, ia memaksanya bangkit berdiri.

"Ayo kita berkelahi! Semuanya harus terlihat alami, bukan?" Kim Ga On menyeringai, melinting lengan jaketnya. Kedua tangannya terkepal, siap menghajar.

"Aahh ... " Profesor Min cukup lama disekap. Tangan dan kakinya lumayan kebas, bahkan goyah saat ia memaksa untuk berdiri tegak. Ini bukan perkelahian yang seimbang. Dengan stamina dan kekuatan fisik Kim Ga On, pemuda itu akan mudah melumpuhkannya.

Satu tinju melayang ke wajah Profesor Min, mengeluarkan suara derak tulang pipi dan buku jari yang beradu keras. Kepala pria tua itu tersentak ke belakang, dari hidungnya keluar percikan darah.

Ada suara erangan seiring tubuh lemas yang terhuyung-huyung. Sial bagi pria tua itu, erangannya membuat Kim Ga On semakin beringas. Dia terlihat mendidih oleh kemarahan dan rasa benci.

"Tua bangka lemah! Tunjukkan kekuatanmu! Bagaimana aksimu dalam menganiaya perempuan? Kau hanya seorang pengecut! Ayo hajar aku!"

Satu tendangan keras mendarat di perut Profesor, disusul tendangan lain di pinggang, dada, tendangan memutar yang mengenai sisi wajahnya. Serangan beruntun yang membuat pria tua itu terbanting-banting tak berdaya. Di sisi lain ruangan, So Hyun memekik ngeri. Beberapa benda di dalam ruangan itu porak poranda dalam proses perkelahian itu.

Aksi pemukulan yang dilakukan Kim Ga On mencapai puncaknya. Pemuda itu mulai bosan karena lawan yang lemah. Dia menepiskan kepalannya beberapa kali karena mulai terasa pegal. Puas memukuli, Kim Ga On menyeret tubuh pria yang sudah babak belur itu ke railing besi, mendorongnya ke tepi untuk menunjukkan padanya ketinggian tempat itu. Lantai gudang di bawah sana dilapisi debu. Suasana pun suram dan mencekam.

"Lihat! Di bawah sana kau akan menjemput kematian. Aku tidak akan ragu mendorongmu. Sebenarnya ini kematian yang cukup singkat dan tidak terlalu menyakitkan. Aku sudah bermurah hati padamu. Seharusnya kau mati lebih mengenaskan dibanding ini. Begitulah seorang penjahat harus dihukum!"

"Ti-tidak! Lepaskan aku!" suara pria tua itu serak dan parau, diwarnai ketakutan dan ketegangan sementara tangan-tangan gaib meremas jantungnya dengan brutal. Rasanya sangat sulit untuk bernafas terlebih ketika tatapannya mendelik ke bawah sana.

"Jangan! Tolong selamatkan aku! Aku akan menyerah pada polisi ... " Profesor Min meratap. Tentu saja Kim Ga On tidak mempercayainya. Sebaliknya, dia mengumandangkan tawa mengejek.
"Teruslah memohon. Seperti korban-korbanmu. Apa kau ingat mereka? Bagaimana rasanya mengalami kengerian yang sama?"

"To-tolong!"

"Diam!!" hardik Kim Ga On, rasa muaknya sudah tak tertahankan. Dalam satu kali tendangan yang kuat, ia membuat tubuh pria itu terpental melewati railing besi dan terjun bebas ke lantai dasar.

"Aaaaa ... !!"

Raungan keras membahana, merobek keheningan tempat itu disusul suara berdebam kala tubuh pria tua itu menghantam lantai. Darah mengalir dari kepalanya, perlahan-lahan membentuk genangan.

Kim Ga On memejamkan matanya, mengatur napas yang menderu. Tangannya masih terkepal, menggantung lemas di sisi tubuh. Perlahan amarah dan kebenciannya menyusut, tapi tidak hilang. Mungkin tidak akan pernah hilang. Akan meringkuk di sudut jiwanya serupa bayangan hitam. Dalam awan pikirannya, dia melihat bayangan wajah Eliyah. Cantik bercahaya, senyumnya polos dan menenangkan, terlalu polos dan lembut untuk hidup di dunia yang kejam. Kemudian bintik-bintik cahaya datang, menyamarkan visi itu, sebelum memudar dan hilang.

Ketika Kim Ga On membuka mata, ada kekosongan ruangan, dan kehampaan dalam jiwanya. Dia tahu pembalasan dendam semacam ini hanya akan membawa kepuasan sesaat. Seseorang yang mati tidak akan hidup kembali. Namun dengan membinasakan pria keji seperti Profesor, dia menyelamatkan gadis lain yang mungkin saja menjadi korbannya. Seseorang harus menghukum para bajingan, jika tidak, mereka akan menjadi sampah busuk yang meracuni dunia. Mungkin ini main hakim sendiri, tapi bagi Kim Ga On, inilah yang tercepat dan terbaik.
Menunggu pembalasan di kehidupan berikutnya dia rasa itu terlalu lama.

Setelah dia mengembalikan pengendalian dirinya, Kim Ga On berbalik pada So Hyun, kemudian melemparkan ponsel gadis itu ke hadapannya.

"Telepon Kang Yo Han sekarang juga. Dia pasti akan datang. Kau akan menjelaskan padanya bahwa Profesor Min terbunuh saat kalian berkelahi. Kang Yo Han tidak akan mendakwamu. Ini pembelaan diri. Kau dan aku akan baik-baik saja."

Dia tidak mengamati bagaimana raut wajah So Hyun yang dibayangi kehancuran dan rasa sedih serta penyesalan. Ditariknya tas kecil yang dia letakkan di atas meja tua, tanpa menyadari sehelai foto berukuran kecil terjatuh dari dalamnya.

"Aku akan pergi. Setelah Kang Yo Han dan timnya datang, aku akan kembali. Mari kita bersandiwara sebagai pasangan kekasih yang bahagia."

So Hyun melakukan apa yang diperintahkan pemuda itu dan bicara pada Kang Yo Han dengan suara bergetar. Ketika selesai, ia menatap Kim Ga On dengan air mata berlinang. Sayangnya, air mata itu tidak berpengaruh pada Kim Ga On.
Tanpa emosi, dia berbalik dan berjalan pergi. Derap langkahnya menggema di keheningan gudang, kemudian sosoknya lenyap dalam kegelapan.

*****

To be continued
Please vote and comment

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro