CHAPTER 10
Malam mendekati pukul delapan saat Kang Yo Han menerima berkas yang diberikan K padanya.
"Anda lembur lagi, Pak," sapa seorang petugas lain, membungkuk samar padanya, bermaksud pamit pulang.
Kang Yo Han mengangguk. "Masih ada yang harus kuperiksa."
"Kalau begitu, saya pamit dulu."
"Pulanglah."
Dua petugas lagi menyusul pulang. Hanya K yang berdiri siaga di dekatnya.
"Semangat mereka menurun akhir-akhir ini," komentar Kang Yo Han, mulai membuka map tebal berisi berkas FIR kasus bunuh diri Eliyah.
"Jika kau lelah, bersantailah sejenak." Dia menoleh pada K, mengangguk sekilas.
"Baiklah. Aku di lobi jika Anda membutuhkanku."
"Pergilah."
K membungkuk ringan dan mundur dari hadapan Kang Yo Han.
Kang Yo Han membuka map, menelusuri halaman pertama berkas tersebut dengan ujung jemarinya. Di sana tertera nama Kim Eliyah. Ada pas foto berwarna yang menggambarkan sosok seorang gadis cantik berambut panjang. Tatapan polosnya membuat Kang Yo Han untuk sesaat menyesali kematiannya yang begitu tragis.
Eliyah? Kenapa dia bunuh diri?
Dering ponsel di samping map membuatnya tersentak, membuyarkan lamunannya. Kang Yo Han segera mengambil dan memeriksa siapa yang menelepon, tetapi nomor itu tidak dikenalnya.
"Hallo?"
"Hallo, Pak!" Suara panik seorang wanita menjawab di seberang.
"Siapa ini?" Kang Yo Han samar-samar merasa familiar dengan suara ini, ia hanya menunggu orang itu memberinya kepastian. Dan benar saja dugaannya.
"Ini aku, So Hyun!"
Tangannya segera menjauhi map dan mulai fokus ke masalah lain yang tampaknya akan datang.
"Oke, So Hyun, tenang. Di mana kau?"
"Aku tidak tahu di mana aku berada, Pak!" So Hyun menjawab gemetar.
"Dia akan membunuhku. Tolong, Pak! Tolong selamatkan aku!"
"Tenanglah," sahut Kang Yo Han. Ketegasan dalam suaranya ia harap bisa memberikan So Hyun sedikit keberanian untuk bertahan.
"Jangan tutup telepon. Katakan sesuatu yang kau lihat di sana! Seperti apa tempatmu berada sekarang?"
Suara So Hyun tiba-tiba terputus-putus, hanya ada hembusan nafas keras dan tak lama kemudian tak terdengar suara apa pun lagi.
"Hallo? So Hyun?! Kau masih di sana?" Kang Yo Han berdiri dari kursinya, sikapnya mulai tegang.
Terputus. Dia menaruh ponsel, meraih gagang pesawat telepon dan menekan nomor ke ruangan kontrol.
"Hallo, Pak?"
"Tolong periksa lokasi panggilan terakhir ke nomorku!"
"Oke!"
Tak lama petugas di ruangan kontrol dan kendali kembali menghubunginya tepat ketika Kang Yo Han selesai mengenakan mantel panjang dan menyambar kunci mobil.
"Pak, lokasinya di sebuah gudang tua sisi utara desa Namsan."
"Oke, aku akan segera menuju ke sana."
Kang Yo Han memanggil K dan seorang petugas lagi untuk mengikutinya ke lokasi.
Di bawah sinar bulan temaram, Kang Yo Han mengemudikan mobilnya di jalur dataran tinggi sisi utara desa Namsan. Selama mengemudi, petugas ruang kendali terus melacak posisinya dan berkomunikasi melalui earphone. Di belakangnya, satu mobil lain mengikuti yang dikendarai oleh K dan satu petugas lain.
Semakin dekat ke lokasi, kawasan semakin gelap dan mencekam. Hamparan kebun dan padang rumput serta beberapa bangunan tak terurus bekas pabrik pemotongan batu mereka lewati sepanjang jalan itu.
Hampir satu jam mereka melaju dengan kecepatan cukup tinggi melalui jalur turun naik dan berliku-liku, menggoyang tanaman semak di sepanjang tepi jalan hingga akhirnya petugas ruang kendali berkata pada Kang Yo Han.
"Seratus meter di depan, sisi kiri. Dari titik itu panggilan berasal."
"Oke!"
Segera, Kang Yo Han menepikan mobilnya di pekarangan sebuah bangunan tinggi yang gelap gulita. Tetapi, ada pendar cahaya lemah dari satu jendela di lantai dua. Cahaya itu berkedip-kedip mirip lampu yang nyaris rusak.
"Ikuti aku!" Dia memberikan isyarat dengan tangannya pada K dan petugas lain. Mereka berpacu dalam gelap dan suasana asing di sebuah gudang terbengkalai. Mungkin sudah bertahun-tahun gudang itu menganggur. Sekilas bukan bangunan paling tinggi yang mereka lewati sejak tadi, tapi jelas ini sudah tua dan seluruh dindingnya berselimut debu. Aroma pekat memenuhi hidung mereka, bahkan K sempat terbatuk-batuk sewaktu Kang Yo Han mendorong pintu besar yang terbuka tanpa kesulitan.
"Ini aneh," bisiknya pada K.
"Sepertinya seseorang sedang menunggu kita datang."
Di dalam ruangan luas dan kosong, aroma debu bercampur kelembaban kian kuat menyesakkan nafas mereka. Udara diam, menggantung misterius di seluruh ruangan. Mereka kini berdiri di satu ruangan luas dan kotor, dengan banyak rongsokan di satu sisi. Atap gudang tinggi dan dipenuhi sarang laba-laba, dan cahaya berkedip yang memancar lemah berasal dari satu bola lampu kekuningan yang dipasang di tengah langit-langit. Di ujung kiri ada tangga besi yang menuju lantai atas dengan beranda berpagar besi. Semua benda di dalam ruangan gudang ini berdebu, dan selain serangga-serangga dan tikus, tak ada satu sosok manusia pun di sana.
Ketiga petugas mendongak mengedarkan pandangan ke seluruh lantai. Tidak ada yang mencurigakan.
K berjalan perlahan di bawah cahaya minim dan remang-remang hingga ke tengah ruangan. Tercekat, dia menghentikan langkah. Nyaris saja ia tersandung sosok yang tergeletak di lantai kotor, tepat di bawah salah satu beranda berpagar besi di lantai dua gudang.
"Pak!" ia berseru. Walaupun di luar dugaan, setidaknya mereka menemukan seseorang. Suara K memantul di ruangan kosong, menggerakkan sepasang kaki Kang Yo Han untuk segera bergabung dengannya.
"Apa yang kau temukan?"
K berjongkok, menahan nafas akibat aroma debu bercampur bau amis darah. Sesosok mayat pria terbujur mengenaskan, kepalanya tergenang dalam darahnya sendiri, ada beberapa memar di wajahnya, mulut dan hidungnya mengalirkan darah, dan pakaian serta rambut yang berantakan menunjukkan bahwa dia mengalami penganiayaan sebelum mati.
Kang Yo Han ikut berjongkok, mengamati sosok pucat yang sudah tak bernyawa. Nafasnya terhenti sejenak.
"Profesor Min Jungho," desisnya.
K mengangguk dengan wajah hampa.
"Kita terlambat," ia berkomentar, perlahan berdiri tanpa mengalihkan perhatian pada mayat malang itu. Kang Yo Han ikut berdiri.
"Jika kejahatannya benar terbukti, dia layak menerima hukuman. Tetapi, seseorang telah mendahului pihak yang berwenang," desah Kang Yo Han.
"Ini tidak bisa dibenarkan."
Suasana gudang berubah lebih mencekam dibandingkan saat mereka datang. Lampu yang berkedip-kedip menciptakan bayangan-bayangan suram sosok mereka di dinding. Dua ekor tikus putih berkejaran di sudut, menggulingkan satu kaleng penyok. Bahkan suara paling samar pun terasa menakutkan.
"Panggil ambulan," Kang Yo Han berkata pada K.
Yang disuruh mengangguk, siap mengeluarkan ponsel. Kala itu suara lain bergema dari lantai dua, mengatasi cicit tikus dan derik serangga. Isakan seorang perempuan.
Ketiganya serempak mendongak, menatap hampa pada beranda panjang berpagar besi dengan pintu pintu ruangan yang berbaris. Suara itu sepertinya berasal dari satu ruangan dengan pintu yang terbuka.
"Ada orang di sana," bisik Kang Yo Han. Seketika K batal menghubungi ambulan karena Kang Yo Han mengisyaratkan mereka untuk naik. Debu di tangga besi tidak setebal di lantai tempat mayat profesor ditemukan. Bagi Kang Yo Han jelas ini petunjuk bahwa seseorang pernah atau bahkan beberapa kali melewati tangga ini. Derap sepatu mereka bergema, sesekali menciptakan derak aneh dari gesekan besi tua berkarat. Dengan langkah-langkah pasti dan tak kenal takut, Kang Yo Han memimpin di depan. Dia melewati pintu yang terbuka lebar untuk kemudian masuk ke satu ruangan lain yang lebih sempit dibanding aula utama dan jelas lebih sedikit debu di dalamnya. Di antara kursi dan meja kayu yang berantakan, dan pecahan gelas di sudut ruangan, mereka melihat seorang gadis berambut pendek duduk meringkuk dalam kemenangan. Wajahnya tenggelam di antara kedua tangan yang memeluk lututnya. Sepertinya sejak lama gadis itu berada di sana, menangis ketakutan.
"So Hyun?" gumam Kang Yo Han.
Gadis itu mengangkat wajah pucat yang carut marut oleh air mata dan maskara yang luntur, serta rambut berantakan, membuat So Hyun terlihat menyedihkan.
"Tenanglah. Tidak apa-apa. Kami di sini." Kang Yo Han berjongkok di depan gadis itu, mencoba menenangkan.
"Pak, dia ... " tangan So Hyun menunjuk ke luar pintu, ke arah beranda dengan pagar besi.
Kang Yo Han mengangguk-angguk. "Jangan khawatir. Semuanya sudah berakhir sekarang. Kau aman."
"Tapi ... dia mati," gumam So Hyun di sela tangisan tertahan.
"Aku tahu. Dia tidak akan bisa menyakitimu lagi."
Kang Yo Han mengangguk pada K. Dengan sigap, petugas itu mendekat dan membantu So Hyun untuk bangkit berdiri.
"Kita bicara di mobil," ujar Kang Yo Han. Namun sepertinya So Hyun terlalu gugup dan ketakutan untuk bergerak dari ruangan itu. Akhirnya, K membantunya duduk pada satu kursi kayu tua yang masih tersisa di sudut.
Untuk beberapa saat yang hening, mereka terdiam. Kang Yo Han sibuk meneliti So Hyun, sementara K mengamati seluruh ruangan.
"Tampaknya ruangan ini pernah digunakan baru-baru ini," ujar K, berjongkok mengamati pecahan gelas di lantai.
"Lihat, gelas ini bening. Dan ada pecahan botol juga."
K melihat sebuah ponsel tidak jauh dari puing-puing kursi rusak. Dia mengeluarkan sepasang sarung tangan dari saku mantel dan mengenakannya sebelum mengambil ponsel itu dengan hati-hati.
"Apakah ini milikmu?" Dia menoleh pada So Hyun. Gadis itu terlihat lebih tenang sekarang, melihat pada ponsel yang dipegang K, ia menjawab dengan anggukan.
"Ponselnya menyala. Tetapi baterainya sangat kritis, dan ada keretakan di tepi layar," gumam K.
"Pria tua itu menginjaknya," sahut So Hyun terbata-bata.
Kang Yo Han menggeser posisi berdiri, mengubahnya menjadi lebih santai. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku mantel. Dia menatap So Hyun lekat-lekat dan bertanya, "Ceritakan pada kami apa yang terjadi."
So Hyun menghela nafas panjang, mengumpulkan keberaniannya.
"Pada pukul satu malam itu, Profesor Min menghubungiku dan memintaku diam-diam keluar rumah dan menemuinya di depan pagar. Dia mengancam akan membunuhku jika tidak patuh, karena itu aku ketakutan dan tidak ada pilihan lain selain menemuinya. Aku pikir dia hanya ingin bicara, nyatanya, pria jahat itu memaksaku naik ke mobilnya dan membawaku kemari."
"Mobilnya? Kami telah mengamankan mobil Profesor. Apa maksudmu dia menggunakan kendaraan lain?"
"Uh, yah. Sepertinya begitu. Aku tidak meneliti mobil yang dia gunakan. Aku ketakutan."
"Kau tidak segera menghubungi polisi?"
So Hyun menggeleng lambat. Ketakutan masih membayang di matanya. "Dia merampas ponselku saat itu juga."
"Jadi kau dikurung di gudang ini selama tiga hari?"
So Hyun mengangguk dengan wajah kian memucat. "Kukira aku akan mati di tangannya. Tetapi, malam ini dia tiba-tiba lengah dan meletakkan ponselku sembarangan. Aku ... aku segera menghubungi Anda."
"Lantas dia memergokimu?"
"Ya. Dia murka dan membanting ponselku. Kemudian dia mencoba melecehkanku. Aku melawan sekuat tenaga dan kami bergulat, lalu ... tanpa sengaja aku mendorongnya dengan sangat kuat hingga di menabrak pembatas besi itu." So Hyun menunjuk ke luar pintu.
"Dia berjuang di sana agar tidak jatuh, berpegangan dengan panik. Kemudian aku menendang tangannya hingga akhirnya dia terjun ke lantai dasar. Dia mati seketika. Aku ... aku sangat ketakutan." So Hyun kembali bergidik, membayangkan akibat dari perbuatannya. Kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri.
"Tenanglah, So Hyun ... " ujar Kang Yo Han.
Saat itu juga K menghubungi ambulan dan petugas forensik.
Satu jam kemudian, gudang sunyi itu hiruk pikuk oleh beberapa orang petugas dari departemen yang berbeda. Paramedis memindahkan mayat Profesor Min ke dalam ambulan untuk dibawa dan diautopsi. Sementara beberapa petugas forensik memeriksa sidik jari di seluruh ruangan.
Kang Yo Han dan K membawa So Hyun ke luar gudang. Mereka duduk beberapa saat di dalam mobil, mengamati kesibukan di sekitar gudang.
"Peristiwa ini cukup mengguncangkan," komentar K.
Dilihatnya Kang Yo Han termenung, seakan terserap dalam satu pemikiran yang dalam.
"Inspektur," K menyentuh tangannya.
"Apa yang Anda pikirkan?"
Kang Yo Han menghela nafas panjang.
"Aku tengah memikirkan beberapa keganjilan," desahnya. Dia menoleh ke kursi belakang, di mana So Hyun meringkuk, bergulat dengan kecemasannya sendiri. Gadis itu membalas tatapannya ragu-ragu, seakan khawatir Kang Yo Han menemukan sesuatu dalam ekspresinya.
Saat itu, mendadak satu mobil datang dari kejauhan, menembakkan cahaya terang dalam kegelapan. Satu unit SUV silver menderu ke arah mereka kemudian berhenti.
"Oh, sepertinya malam ini akan sedikit terang," gumam Kang Yo Han, mengawasi siapa yang turun dari mobil itu melalui kaca spion.
"So Hyun!" Seseorang itu berseru, bergegas menuju pelataran gudang.
"Kim Ga On?" K mencondongkan bahunya, mengintip lewat kaca mobil.
Sementara Kang Yo Han menyipitkan mata ke arahnya. "Sungguh aneh. Dia selalu saja terlambat menyelamatkan kekasihnya .... "
*****
Macet kali Bang 😁
To be continued
Please vote 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro