CHAPTER 02
So Hyun memarkir sepeda motornya, melangkah was was melintasi halaman di bawah tatapan menyelidik seorang opsir. Dia melewati satu unit sedan polisi yang terparkir di satu sisi halaman luas rumah dr. Min. Gadis itu masih belum paham apa yang terjadi.
"Kau, masuklah!" Kang Yo Han sudah kembali ke lantai dasar, menemui So Hyun tepat di depan pintu utama.
So Hyun meremas tali tas selempang yang ia kenakan, melangkah ke dalam ruangan di mana nyonya Min masih duduk lemas di sofa dengan mata sembab.
"Nyonya, kau tahu siapa dia?" Kang Yo Han bertanya pada si empu rumah.
Nyonya Min menatap So Hyun, lantas menggeleng bingung.
"Aku--," So Hyun berkata agak gugup.
"Aku siswa lama professor Min. Dia memintaku untuk menemuinya sore ini."
Semua orang dalam ruangan saling berpandangan dengan tatapan bingung, kecuali So Hyun. Gadis itu masih memasang wajah naif.
"Apa yang terjadi?" suaranya nyaris serupa bisikan.
"Siapa namamu?" Kang Yo Han bertanya.
"Yoon So Hyun."
"Kapan professor memintamu untuk bertemu dengannya? Apa dia menyebutkan alasannya?"
So Hyun menggeleng, "Tidak pak, dia mengirim pesan padaku tadi malam. Tapi aku baru sempat kemari siang ini. Aku mencoba meneleponnya, tetapi ponselnya dimatikan."
"Di malam hari?" Kang Yo Han melayangkan tatapan curiga.
"Jam berapa tepatnya?"
"Sebentar pak," So Hyun memutuskan untuk memeriksa ponsel di hadapan inspektur sinis itu, agar terlihat lebih meyakinkan.
"Ini pak, pukul sebelas lebih empat puluh lima malam hari."
Kang Yo Han menerima ponsel yang disodorkan So Hyun, membaca satu pesan dari aplikasi Whatsapp.
'Temui aku besok di rumah, pukul satu siang. Ini sangat penting'
Pada titik ini, Kang Yo Han mau tidak mau harus percaya. Dia menyerahkan kembali ponsel itu pada So Hyun.
"Pak, bisa beritahu aku apa masalahnya?" tanya So Hyun, kali ini sedikit lebih tenang.
"Professor Min hilang sejak tadi malam," Kang Yo Han menuturkan.
"Apa?" So Hyun menahan nafas.
"Pesan ini satu-satunya bukti atas apa yang mungkin terjadi."
Kang Yo Han menatap So Hyun lagi dengan tatapan seperti sebelumnya. Curiga.
"Duduk!" Ia memberi isyarat pada So Hyun.
Gadis itu duduk dengan patuh di salah satu sofa single. Ditabahkannya hatinya untuk membalas tatapan tajam sang inspektur.
"Kau muridnya bukan?" ulang Kang Yo Han. "Sudah berapa lama sejak kau menyelesaikan wisuda? Lalu apakah dia menghubungimu lebih dulu atau kau menghubunginya karena alasan lain?"
"Aku lulus setahun yang lalu," jawab So Hyun. "Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya atau menghubunginya."
Melipat kedua lengan di dada, Kang Yo Han masih belum mengendurkan ketegangan yang ia ciptakan di dalam ruangan. Dia melihat So Hyun dan mengajukan pertanyaan lain.
"Apa pekerjaanmu sekarang?"
"Aku bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah, High Range Hospital, sebagai asisten dokter."
Seorang pelayan wanita muncul dari arah pintu yang berbatasan dengan ruangan lain, membawa nampan berisi dua gelas air putih dingin. Dia nyaris tidak berani mengangkat wajah di depan sang inspektur saat meletakkan gelas itu di meja. Tidak lama setelah itu, Kang Yo Han meraih gelas dan meneguk isinya.
"Kau tidak tahu kenapa dia ingin bertemu denganmu bukan?" Meletakkan gelas, ia kembali melirik So Hyun.
Gadis itu menggeleng, "Tidak pak."
Nyonya Min mengawasi So Hyun, tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Hanya sedih. Kantung matanya sudah menjelaskan seberapa berat ia terpukul.
Kang Yo Han menoleh pada nyonya rumah, dan bertanya, "Apa professor pernah mengatakan sesuatu tentang So Hyun padamu?"
"So Hyun??" Nyonya Min mengerutkan kening. "Aku rasa tidak pernah. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya." Dagunya bergerak ke arah So Hyun.
"Aku butuh dua foto Professor Min, satu close up dan satu foto ukuran penuh."
Nyonya Min mengangguk, kemudian memerintah si pelayan laki-laki yang sejak tadi duduk di sudut untuk mengambil foto suaminya dan menyerahkan pada sang inspektur.
Kang Yo Han kembali pada So Hyun dengan satu pertanyaan lain.
"Bagaimana dia di kampus? Maksudku, bagaimana dia dengan siswanya?"
"Semua orang sangat menyukainya, dan dia juga menyukai fakta itu."
"Apa ada sesuatu yang terjadi di antara kalian berdua selama masa kuliah?"
Pandangan sang inspektur semakin berbahaya, So Hyun tidak butuh waktu lama untuk membencinya. Dia menggeleng dengan wajah muram, balas menatap mata Kang Yo Han.
"Tidak pernah pak."
"Kau yakin?"
"Ya."
"Oke, pergilah. Tetapi jika seandainya terjadi sesuatu yang baru, kau harus segera melaporkannya. Kau dapat menghubungi nomorku.
"Oke."
So Hyun bernafas lega sekarang.
"Di mana kau tinggal?" Kang Yo Han bertanya terakhir kali.
"Rumahku di selatan Seoul. Tetapi aku menyewa sebuah rumah kecil di sini."
"Oke, kau bisa pergi setelah memberikan alamat dan detail kontakmu."
So Hyun mengangguk, perlahan-lahan dia bangkit, merasakan lututnya goyah. Semua yang terjadi di luar dugaan. Dia memberikan alamat dan kontaknya pada seorang opsir dan berlari tergesa dengan sepeda motornya. Sore ini nampaknya ia harus menemui Kim Ga On untuk meluapkan ketegangan yang ia rasakan.
Memang, tidak semua orang tahan di bawah interogasi Kang Yo Han berlama-lama. Termasuk So Hyun.
🍂🍂🍂
Coffee Bay
"Sudahlah, So Hyun. Lupakan saja," Kim Ga On memasukan sedotan pada gelas berisi ice cappuccino yang baru saja datang menghampiri mejanya. Di depannya, So Hyun menopang kening dengan wajah muram.
"Aku bilang padamu beberapa kali untuk tidak merusak harimu memikirkan masalah seperti itu. Professor Min memintamu untuk bertemu dengannya dan dia hilang pada saat kau pergi ke rumahnya. Tapi kita tidak tahu kenapa dia mengirim pesan kepadamu dan kemana dia sekarang."
So Hyun masih tidak bergeming.
"Jadi, jangan buang waktu untuk memikirkan hal itu," Kim Ga On menegaskan. "Kau tidak melakukan kesalahan, jadi kau tidak perlu khawatir tentang investigasi."
"Tapi ini pertama kalinya aku bicara dengan polisi," So Hyun mengangkat wajahnya.
"Asal kau tahu, inspektur itu sangat menyebalkan. Dia menatapku seolah-olah aku seorang kriminal kelas kakap, kupikir dia terbiasa menatap orang lain seperti itu. Apa hebatnya?" Gadis itu merengut, menarik gelas berisi kopi ke arahnya.
"Sudahlah. Kelak jika aku memiliki kesempatan bertemu inspektur sok keren itu, aku akan menumpahkan kopi di wajahnya. Kau dengar?" Kim Ga On terkekeh, bermaksud menetralisir suasana hati So Hyun yang buruk.
Jelas bukan hanya itu masalahnya, So Hyun memiliki dua kekhawatiran. Pertama, ia tidak menyukai inspektur itu, namun ia harus memberi kontak dan alamat padanya, itu sangat tidak menyenangkan. Kemudian, dia juga memikirkan professor Min yang merupakan dosennya saat masih kuliah di fakultas kedokteran.
"Dengar, Ga On. Professor Min hilang di malam hari, lalu kenapa dia mengirimiku pesan di malam hari?"
Kim Ga On menyedot minumannya, mengangkat bahu acuh tak acuh.
"Ya Tuhan, ini membuatku gila," desah So Hyun.
"Jadi, kau telah memutuskan untuk merusak hari ini kan?"
Nada bicara Ga On yang kesal mengusik perasaan So Hyun. Dia menatap pemuda itu, "Tunggu Ga On, coba kau pikirkan dari sudut pandangku. Jika situasi seperti itu terjadi dengan gadis atau mungkin saudarimu, apa kau akan tetap bereaksi dengan cara yang sama?"
Kim Ga On tersenyum, "Aku tidak punya saudari."
Reaksi pemuda itu sama sekali tidak berubah. So Hyun mendelik kesal.
"Dengar, biarkan itu terjadi. Sampai sekarang, kita bukan bagian dari kasus itu. Tidak perlu segila itu untuk bereaksi terhadap hal-hal yang tidak kita sadari."
Masuk akal, So Hyun setuju tapi tidak mau mengangguk. Dia hanya melirik dingin.
"Ayo, minum kopinya. Kau akan baik-baik saja setelah itu."
Gadis itu akhirnya meraih gelas berisi ice cappuccino, mulai meminumnya, namun minuman itu sama sekali tidak membantu.
🍂🍂🍂
Inspektur Kang menghentikan mobilnya di pelataran parkir MGM Medical College tempat professor Min mengajar di fakultas kedokteran. Ia melewatkan jam makan siang yang singkat, hanya menggigit sepotong burger yang ia beli secara drive trough di kedai McDonald's. Kali ini ia jalan sendirian tanpa opsir lainnya. Tujuan kedatangannya siang ini adalah menemui dekan fakultas kedokteran yang merupakan rekan kerja professor Min.
Jabatan sebagai inspektur memberinya privilege hingga ia tidak mengalami banyak kendala untuk menemui sang dekan. Mencuri beberapa menit waktunya yang sibuk. Dekan itu sebaya dengan professor Min dan cukup kooperatif. Hanya butuh beberapa menit bagi Kang Yo Han untuk mengajukan beberapa pertanyaan penting, terlebih bagaimana hubungannya dengan rekan sesama dosen atau pun mahasiswa di lingkungan kampus.
Pertanyaan normal yang pertama adalah,
"Apakah kau kenal baik dengan professor Min?"
Dekan itu mengangguk, "Ya pak. Aku mengenal dia dengan baik."
Kabar menghilangnya professor Min sudah lebih dulu ia jelaskan pada sang dekan sehingga dia tahu bahwa pertanyaan yang akan diajukan merupakan bagian dari investigasi yang menentukan.
"Bisakah beritahu aku kapan tepatnya kau bertemu dengannya tadi malam?"
"Mungkin sekitar pukul lima lebih tiga puluh sore hari," dekan itu menatap jendela, mengingat-ingat waktu yang tepat.
"Itu waktu biasa kami berinteraksi, setelah itu aku tidak bertemu dengannya lagi."
Kang Yo Han mengernyit samar, melontarkan pertanyaan selanjutnya.
"Kau tahu ada masalah apa yang mungkin melibatkan dia? Atau kau menemukan sesuatu yang mencurigakan? Itu bisa berupa urusan profesional atau pribadi. Kau kenal baik dengannya bukan, kurasa kau mungkin mengetahui sesuatu."
Sang dekan tahu ke arah mana pertanyaan itu akan menggiringnya, senyuman di wajah Kang Yo Han yang singkat dan sinis memancarkan banyak makna tersembunyi. Jelas inspektur itu tipe orang yang curiga pada semua orang yang cukup sial berinteraksi dengannya. Dekan itu tersenyum tipis, dan menjawab.
"Tidak pak. Aku tidak pernah memperhatikan hingga ke tahap mengetahui urusan personal. Tidak ada yang seperti itu."
Kang Yo Han mengangguk. Sampai di sini, ia merasa sudah cukup. Dia tahu tak akan menemukan apapun di sini bersama seorang dekan yang terlalu menjaga wibawa atas nama profesionalisme kerja.
"Oke, dokter. Terima kasih waktunya," Kang Yo Han berdiri, mengulurkan tangan untuk berjabatan.
Satu jam kemudian, saat matahari mulai bergeser ke langit barat, Kang Yo Han sudah kembali duduk di ruang kerja. Untuk beberapa saat, fokusnya tertuju pada coretan demi coretan yang ia buat pada selembar kertas. K duduk di depannya, menunggu sang inspektur mengatakan sesuatu.
"Atas dasar keterangan yang dikatakan rekan dan istrinya, professor Min tidak punya musuh sama sekali. Jadi, pertama-tama, tidak ada kemungkinan dia diculik," ia menatap K yang menyimak dengan seksama.
"Satu-satunya informasi yang kita miliki setelah jam lima tiga puluh sore, dia mengirim pesan ke salah satu siswa lamanya. Apa kau mendapatkan laporan dari divisi cyber?"
K mengangguk. "Ya pak, sesuai laporan, ponselnya dimatikan sejak pukul enam sore. Kemudian pada pukul sebelas empat puluh empat menit, ponselnya kembali dihidupkan dan sebuah pesan dikirimkan pada gadis itu. Setelah itu, ponsel dimatikan pada pukul sebelas empat puluh delapan menit dan belum dinyalakan hingga saat ini. Jadi kita tidam dapat melacak lokasinya sekarang."
Kang Yo Han menulis sesuatu di atas kertas. Jelas itu dimaksudkan untuk meningkatkan impulse sarafnya agar otaknya bekerja lebih cepat dan jernih.
"Apa kau punya laporan lokasi ponsel ketika dihidupkan?"
"Ya pak. Ponselnya mati di dekat kawasan pinggiran, dan itu dinyalakan lagi di sekitar perbukitan Guangdong."
"Lalu, apa kau mendapatkan riwayat panggilan telepon? Apa ada yang aneh?"
"Tidak. Sebagian besar panggilan telepon dilakukan kepada istrinya, beberapa nomor belum dilacak mau pun diidentifikasi."
"Apa nomor So Hyun ada dalam daftar panggilan?"
"Aku memeriksanya dan tidak ada catatan selama dua minggu terakhir. Hanya pesan yang dikirim padanya semalam."
Ini aneh, batin Kang Yo Han.
Seorang professor tidak menghubungi siswa lamanya selama setahun, tiba-tiba mengirim pesan menjelang tengah malam. Sepertinya itu tidak natural. Ada yang memgganjal dalam pikirannya, tapi ia belum tahu apa.
"Ada dua peluang dia mengirim pesan itu. Entah dia memutuskan untuk bertemu dengannya, atau dia mungkin ingin memberitahu bahwa dia hilang. Apapun masalahnya kita perlu menemukan alasan di balik pesan itu. Hanya itu satu-satunya petunjuk yang kita miliki."
K menatap atasannya, setuju dengan semua yang ia katakan. Sejauh ini, mereka belum bisa menyimpulkan apapun. Pekerjaan rumah masih banyak.
Kang Yo Han menekan ujung ballpoin, lagi-lagi mengangkat pandangannya pada K.
"Sekarang, cari dia di area perbukitan itu dan ambil foto juga. Kau bisa ajak rekan yang lain. Pergilah sekarang."
"Oke pak!" K berdiri dan memberi hormat sebelum mundur dari hadapan Kang Yo Han.
To be continued
Huft! Ditunggu voment - nya 🧡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro