Chร o cรกc bแบกn! Vรฌ nhiแปu lรฝ do tแปซ nay Truyen2U chรญnh thแปฉc ฤ‘แป•i tรชn lร  Truyen247.Pro. Mong cรกc bแบกn tiแบฟp tแปฅc แปงng hแป™ truy cแบญp tรชn miแปn mแป›i nร y nhรฉ! Mรฃi yรชu... โ™ฅ

๐™ฒ๐š‘๐šŠ๐š™๐š๐šŽ๐š› ๐Ÿป - ๐šƒ๐šŽ๐š—๐š๐šŠ๐š›๐šŠ ๐™ฑ๐šŽ๐š•๐šŠ๐š—๐š๐šŠ

"Jangan bergerak!"

Seruan dalam bahasa Belanda penuh penekanan itu mengundang seringai jahat bibir Albert hingga tentara Belanda salah mengartikannya sebagai ringisan kesakitan. Tubuh Albert dikepung dari berbagai arah. Empat moncong senjata laras panjang mengarah padanya.

"Tolong saya..." Wajah Albert dibuat sedemikian pasrah, sambil mengangkat kedua tangan tak ubahnya kriminal tertangkap basah sehabis melancarkan aksi.

Salah seorang tentara berbadan gempal meringkus pergelangan tangan Albert, mengikatnya di balik badan. Tentara lain mengobrak-abrik tas usang bawaan Albert yang berisi pakaian dan perbekalan makanan hingga air bersih yang cukup banyak. Salah satu tentara mengode rekannya dengan sekali picingan mata, tubuh Albert kemudian digiring seperti domba yang hendak dikuliti.

Sesampainya mereka di dalam ruangan 4x4 meter persegi dan memastikan bahwa tidak ada senjata berbahaya pada tamu mencurigakan itu, mereka menginterogasi Albert tanpa melepas ikatan ditangannya.

"Naam?" tanya si komandan tak ingin berbasa-basi. Mata birunya menatap tajam Albert yang wajahnya penuh goresan ranting dan semak belukar.

[ nama? ]

"Albertus van Stolen," jawab Albert mantap. Tidak terdengar keraguan dari suaranya seolah itu memanglah nama aslinya.

Kelompok kecil itu nampak berpikir, mengingat-ingat wajah Albert barangkali pemuda itu berbohong tentang identitasnya. Namun tak seorangpun diruangan itu yang mengenali Albert. Karena Albert memang bukan seseorang yang menonjol diantara teman-temannya yang lain.

"Darimana asalmu dan mengapa kau bisa sampai di tempat ini?" komandan itu bertanya, mengelilingi bangku kayu tempat dimana Albert terikat tak berdaya bagai elang yang mengincar mangsa dari kejauhan. Albert menelan ludah membasahi kerongkongan yang tercekat. Otak cerdas Albert menghitung mundur, mencoba menghindari aura intimidasi yang bisa saja mengagalkan rencananya.

"Saya... bukan berasal dari sini," Albert memenggal ucapannya, merangkai kebohongan yang telah ia persiapkan jauh sebelum terjun menjalankan misi.

"Ayah angkatku adalah pemilik pabrik gula daerah Batur. Aku tersesat di hutan ini saat menghindari kejaran Jepang. Dan ayahku, Brian Stolen tertangkap. Kami membawa banyak perbekalan yang untungnya berada di dalam ranselku saat itu."

Albert menarik napas panjang. Memperhatikan setiap ekspresi dari kelima tentara yang tertuju padanya. Bibirnya kembali terbuka, "Aku mendengar banyak orang Belanda yang menyembunyikan diri di dalam hutan, dan berharap menemui salah satu dari mereka."

Mata biru Albert berkilat cerah. Mengalahkan sinar lampu kuning temaram satu-satunya. Komandan tentara itu manggut-manggut menanggapi cerita palsu yang dirangkai oleh Albert, tentunya dengan bantuan Jepang berdasarkan riset. Pria bernama Brian Stolen memang memiliki anak angkat berdarah campuran. Sehingga tidak khawatir apabila kelak Belanda berniat menelisik asal-usul Albert.

Melalui pertimbangan dan musyawarah singkat, akhirnya Albert diterima dalam kelompok itu. Salah satu prajurit tentara mengantarnya ke tempat yang tak jauh dari tempat Albert ditemukan. Semak belukar setinggi dada orang dewasa menutup akses jalan, meyakinkan musuh bahwa tak ada seorangpun yang hidup di belakangnya. Dua orang pria bertubuh jangkung itu telah berdiri di hadapan sebuah tempat menyerupai goa yang disulap menjadi bunker. Sang tentara menyibak tanaman rambat dan terpampanglah pintu baja tepat di depan Albert.

"Masuklah," titah prajurit tersebut.

Albert mengangguk. Netranya silau kala memasuki bangunan serupa goa yang ternyata di dalamnya sangat terang oleh cahaya lentera yang dipasang di setiap sudut tembok batu. Aliran listrikpun agaknya kalah terang. Berbanding terbalik di luar sana, gelap nan sunyi bagai tak ada kehidupan.

Hal pertama yang ia lihat adalah wajah seorang perempuan keturunan caucasoid seusia ibunya. Matanya seolah bertanya kepada si prajurit tentara. Disusul kehadiran tiga pria paruh baya, satu wanita usia awal tiga puluhan, dan seorang bocah lelaki. Sang tentara memberi aba-aba penghuni tempat itu untuk masuk kedalam bangunan. Dan menutup rapat pintu baja seperti sedia kala.

"Dia Albert van Stolen, anak angkat Brian Stolen. Anggota baru kita dalam tempat persembunyian ini," jelasnya. Mereka yang ada di dalam ruangan itu saling pandang.

Lama kebisuan berkuasa, sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai salah seorang pria menyeletuk.

"Bagaimana kau yakin dia tak berbahaya? Kalian membawanya tanpa persetujuanku!" Raut mukanya berubah dingin memandang kepada Albert.



ยท ยท โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ ยท๐–ฅธยท โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ ยท ยท

Sengaja dibuat pendek per-bab karena ini bakal jadi story yang singkat alias gak panjang2 amat.
Jangan lupa vote kalau suka๐ŸŒž

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen247.Pro