Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

༄ ‧ three

"Izinkan aku untuk pergi belanja."

Sukuna menggeleng.

"Tidak. Suruh saja manusia—"

"Aku butuh hiburan, Sukuna-san. Aku ingin memasak. Izinkan aku, ya?"

Sukuna menatap istrinya yang tetap tersenyum. Berdecih, ia mengalihkan pandanganya.

"Terserah."

Mungkin akan dianggap aneh jika belanja memakai kimono. Apalagi di zaman begini. Mengecek lemari, ia menemukan baju santai yang nampak nyaman.

Berganti pakaian, wanita itu kini melepas sanggulnya. Membiarkan mahkota hitam panjangnya terjatuh. Menjuntai indah meraba punggung.

"Aku pergi."

Menghela napas lega, wanita itu tersenyum kecil. Melirik ke arah kantong belanjanya yang cukup besar—dan juga berat— ia sedikit kewalahan membawanya.

"Berat juga—"

"(Name)?"

Tersentak, ia dengan cepat berbalik.

"Gojou ... -san?"

Satoru meletakkan nampan di atas meja. Teh hijau panas disajikan. Wanita tersebut mengambilnya. Menghirupnya perlahan, ia sesekali meniup asap yang mengepul.

"Tumben ... kau keluar."

Menyeruputnya, wanita itu tersenyum tipis. Menaruh gelasnya di atas meja, ia menaruh tangan di atas pangkuan.

"Aku bosan. Untung saja diizinkan."

Satoru melepas kacamata hitamnya. Membiarkan mahkota putihnya terjatuh—mengganggu penglihatan— ia menyisirnya ke belakang. Tersenyum, sepasang manik yang begitu indah, membuat sang wanita kembali terpesona.

"Lama tak bertemu, (Name)."

Menatap jam dinding, wanita tersebut tersentak.

"Ah! Sudah malam, aku harus pulang."

Terkekeh, nampaknya berbicara dengan teman lama membuatnya lupa waktu.

Berdiri, wanita itu meraih kantong belanjaannya. Menunduk sopan ke arah Satoru, ia yang hendak berjalan ke arah pintu berhenti kala Satoru mengangkat suara.

"Malam ini."

"Maaf?"

Wanita itu menoleh secara perlahan. Menatap Satoru yang perlahan berdiri, lalu menatapnya.

"Menginaplah di sini ... semalam saja."

(Name) tersenyum kecut.

"Harap diingat. Aku sudah bersuami, Gojou-san. Tak sepantasnya juga kau menanyakan hal ini."

Satoru berjalan mendekat. Sampai di hadapannya, Satoru menunduk. Ia tersenyum lemah.

"Sampai kapan?"

Wanita tersebut mengerjapkan matanya. Bertanya-tanya apa maksud Satoru bersikap seperti ini.

"Apanya?"

"Sampai kapan kau akan pura-pura tidak tahu?"

"Maaf?"

(Name) mengerutkan keningnya. Kepala ia miringkan dengan pandangan heran.

Satoru berdecih.

"Sampai kapan kau akan pura-pura tidak tahu kalau aku menyukaimu? Aku tahu kau tidaklah bodoh, (Name)."

Wanita tersebut tersentak. Kantongnya terjatuh dengan refleks. Isinya keluar. Tercecer di atas lantai.

Menunduk kaku, ia tak berani menatap mata Satoru.

"I-itu ... "

"Asal kau tahu. Mencintai tanpa dicintai itu ... "

(Name) mengulum bibir. Menahan jeritan yang ingin ia keluarkan. Mata dipejamkan. Berharap tetesan air di balik sana tak terjatuh. Telinga ditulikan. Berharap apa yang dikatakan Satoru hanyalah angin lewat.

"... sakit."

Wanita itu dengan perlahan mengangkat kepalanya. Mengatur napas, ia tersenyum tipis.

"Aku minta maaf."

Satoru menggeleng.

"Ini bukan salahmu. Mengapa kau masih bisa tersenyum? Mengapa kau meminta maaf? Ini bukan salahmu. Ini bukan kehendakmu. Tapi mengapa ... "

(Name) mengepalkan tangannya. Ia tersenyum kecil.

"Kumohon ... berhentilah. Jangan dilanjutkan."

Satoru terdiam. Ia nampak tak suka melihat wanita yang dicintainya meneteskan air mata.

Bukan ini yang ia harapkan.

Bukan tangisan wanita yang ia cintainya yang diinginkannya.

Bukan itu yang Satoru mau.

"Aku harus pergi."

Wanita itu berjongkok. Mengambil barangnya yang beberapa jatuh berceceran. Berdiri, ia hendak melangkah menjauh.

"Tunggu."

(Name) dengan refleks menghentikan langkahnya. Mengeratkan pegangan pada tali kantong belanjaan, wanita itu menghembuskan napas beratnya.

"Ya?"

"Izinkan aku untuk mengantarmu."

12 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro