24
"Berhenti Menggangguku."
Senyum langsung lenyap. Rasanya sedikit meenyakitkan. Ah bukan sedikit, tapi sangat menyakitkan. "Maksud senpai apa?"
Ia meyipitkan mata, memasang sikap tubuh yang garang lalu berkata, "'Berhenti menggangguku,' itu adalah pesan yang Suna titipkan padaku untuk disampaikan kepada [name]-chan."
"Jadi..." aku masih bingung.
Matsumoto tersenyum lebar, ia lalu menangkup pipiku dengan kedua tangannya. Dia sangat wangi, sementara aku masih bau iler. "Aku menyampaikan pesan dari Suna untuk mu."
"Aku masih tidak mngerti." Mungkin saat ini muka ku tampak seperti orang linglung.
"Semalam Suna menyuruhku menyampaikan pesan itu kepadamu secara langsung."
Aku mengerti, tapi belum sepenuhnya paham. "Kenapa dia tidak mengatakannya secara langsung padaku? Dan hey, memangnya apa yang aku lakukan sampai dia menyuruh senpai untuk menyampaikan hal itu?!"
Masih memegangi pipiku, Matsumoto mengedikkan bahu. "Boleh aku masuk?" tanyanya.
Sungguh tak beradab nya diriku, ada tamu malah tidak diajak masuk kedalam. Lantas, aku mempersilahkan Matsumoto untuk duduk di ruang tamu, sementara aku pergi mengambil minuman untuknya.
Aneh, bukannya aku baru saja mengisi kulkas dengan bahan mentah dan beberapa minuman kaleng, tapi kenapa sudah lenyap begitu saja. Kerampokan? Kalau begitu, bodoh sekali yang merampok.
Untungnya masih ada jus jeruk kalengan. Ku harap Matsumoto akan menyukainya.
"Maaf senpai, hanya ini yang tersisa di lemari es."
Senyumnya jadi lebih anggun. Matsumoto telah menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Aku yakin, diluar sana banyak yang mengantri untuk menjadi kekasihnya.
"Tidak perlu repot-repot begitu."
"Sama sekali tidak merepotkan kok. Oh ya, kenapa senpai datang secara mendadak begini?"
"Mendadak? [name]-chan ini pelupa sekali ya. Kemarin kan aku sudah mengabarimu."
"Hah, yang benar?"
Masumoto menghela napas panjang. "Periksa saja riwayat panggilan dan pesan di ponselmu."
Lantas aku menurut. Benar, ada riwayat panggilan ke nomer Matsumoto dengan durasi hampir tiga jam. Memang apa saja yang kami bahas sampai selama itu. Itu tidak penting! yang lebih penting siapa yang menelopon, bukankah aku tertidur selama dua hari.
Dan lagi, kenapa ada banyak pesan yang terkirim untuk Rin. Mungkin hampir seratus. Isi pesan tersebut berisi permohonan untuk bertemu dengan Rin.
Ini semua menjelaskan kenapa dia menyuruhku untuk berhenti mengganggunya. Tapi persoalan kenapa dia tidak mau menyampaikannya secara langsung masih jadi misteri.
"Bagaimana, sudah ingat?"
Aku menggeleng. "Senpai, saat berbicara denganku lewat telepon, apakah suaraku terdengar seperti orang yang berbeda?"
"Tentu saja suaranya terdengar seperti suaramu. Hanya saja terdengar sedikit lelah. Wajar saja, belakangan ini kau bilang sering lembur soalnya."
"Lembur? Tapi aku tertidur selama dua hari."
Matsumoto mendekatiku. Tangannya memerikas suhu tubuhku. "Sepertinya kau kelelahan. Mau kuantar ke rumah sakit?"
Ada satu spekulasi yang menari-nari dalam benak ku. Dan kemungkinan besar, hal tersebut memang benar.
"Apa kita batalkan saja acara hari ini?" Matsumoto terlihat sangat khawatir. Aku jadi merasa tidak enak.
"Maaf sekali Senpai. Padahal kau sudah jauh-jauh datang kemari."
"Tidak masalah. Kesehatanmu nomor satu." Ia pun tersenyum di akhir katanya.
Dan akhirnya, rencana weekend bersama Matsumoto terpaksa harus dibatalkan. Setelah menenggak habis jus jeruk, ia pun pamit pergi. Matsumoto tidak ingin keberadaannya menganggu waktu istirahatku. Sunggung dia sangat baik hati.
Seperginya Matsumoto, Aku langsung berlari kekamar. Membuka diary dan buku catatan yang lain secara cepat. Sayang, aku tidak menemukan apapun dari pencarianku.
[Full name], apa tujuanmu kali ini.
*
Baru pukul 8 malam, tapi kedai Osamu sudah siap-siap untuk tutup. Diakhir pekan, pelanggan tempat ini memang selalu membludak. Jadi tidak heran kalau bahan makanan habis lebih awal.
Di kursi konter, ada Atsumu yang tengah melahap Onigiri spesial buatan Osamu. Ah, ini akhir pekan. Wajar kalau setter MSBY itu ada disini.
seorang pegawai magang yang tengah membersihkan meja langsung membungkuk sopan. Kedekatan ku dengan Osamu memang sudah jadi rahasia umum para pegawai disini.
"Oh [name]-chan!" sapanya, riang.
Aku pun duduk disampingnya. "Osamu mana?"
Atsumu menghela napas. "Kenapa kau dingin sekali. Setidaknya berbasa-basilah dulu denganku. Jangan langsung menanyakan kembaranku."
"Oh maaf, aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada Osamu. Dan hal ini sangat menggangguku."
Seketika raut wajah Atsumu jadi serius. "Kau tidak kenapa-napa? Apa Samu melakukan sesuatu padamu?"
"Tidak, bukan begitu... hanya saja..."
"Tsumu, jangan menjelek-jelekan aku dihadapan [Name]."
Sosok Osamu yang masih menggunakan celemek dan topi hitam muncul dari pintu dapur. Sesaat pandangan kami sempat beradu, sebelum akhirnya ia kembali terfokus pada saudaranya.
"Hey, siapa yang menjelek-jelekkan mu!" sangkal Atsumu.
Mengabaikan kembarannya, Osamu menatapku. "Mau kubuatkan sesuatu? Kurasa masih ada bahan sisa."
Menggeleng pelan. "Aku sudah kenyang."
"Lalu untuk apa kau datang kesini?" tanya Osamu
"Aku hanya ingin bertanya. Selama dua hari yang lalu, apa aku pernah datang kesini?"
Tanpa jeda, Osamu langsung menggeleng. "Memangnya kenapa?"
"Oh ya ngomong-ngomong, [Name]-chan, kemarin Suna sempat cerita kalau kau sangat menyebalkan. Dia bilang kau mengirimnya spam. Benar begitu?"
Apa aku ceritakan saja pada mereka. Rasanya lelah menyimpan hal ini sendirian. Masalah mereka percaya atau tidak itu urusan nanti. Yang penting aku hanya ingin meringankan beban.
"Atsumu." Yang dipanggil mengangkat sebelah alisnya. "Kau masih ingat tentang teori kalau aku memiliki kepribadian ganda?"
"Bukannya begitu ya," ucapnya dengan polos.
Seketika aku ingin memukul kepala Atsumu. "Dengar, aku ini tidak memiliki kepribadian ganda. Tapi, ada dua jiwa berbeda yang tinggal di tubuh ini."
Kembar tediam. Keterkejutan mereka memang sudah ku prediksa.
"Kau serius?" tanya Osamu. "Kau tahu, aku tak sebodoh Tsumu, jadi kau tidak bisa membodohiku."
"Heh, kenapa kau harus membawa-bawa aku?!"
"Bukan kah begitu kenyataannya."
"Sembarangan! Kalau aku bodoh, kau juga bodoh. Kita ini kan kembar!"
"Kita hanya berbagi wajah yang sama, tidak dengan otak."
Pertengkaran mereka tidak masuk dalam prediksi. Apa-apaan ini, kenapa aku malah di abaikan begini. Kesal, aku pun menggebrak meja. Sakit, tapi aku mencoba terlihat garang. Kan tidak keren kalau aku malah menjerit kesakitan.
"Sudah ributnya?" ugh, tanganku terasa senut-senut.
"Salahkan Samu!" teriak Atsumu.
"Kenapa harus aku?"
"DIAM!"
Dan akhirnya mereka benar-benar diam.
"Aku tidak berbohong. Shin-senpai pun sudah mengetahui hal ini lebih awal."
"Kenapa kau hanya memberitahukan kita-senpai?"
"Atsumu, bisa diam dulu?" tanya ku dengan penuh penekanan pada setiap katanya.
"Maaf."
"Aku berasal dari dunia lain, dunia yang berbeda dari dunia ini." Dan aku tidak bisa memberitahukan fakta kalau kalian tidaklah nyata di duniaku.
Keduanya mendengarkan dengan seksama. Tak lagi menyela perkataanku. Dan akupun bisa menjelaskan dengan leluasa bagaimana kronologi kisah misteri hdiup ku.
Osamu mencoba tetap tenang, tapi dibalik itu semua, tersembunyi berbagai ekspresi yang sulit dijabarkan dengan kata. Sedangkan Atsumu, tanpa ragu menunjukkan ekspresinya.
"...Dan kemungkinan besar, dua hari yang lalu, [Name] kembali mengambil alih tubuh ini." Perasaan yang bercampur aduk membuat suaraku bergetar. Ada takut, sedih, dan cemas. Tapi di sisi lain, aku ingin mencoba tetap ikhlas dan tidak ingin egois. Karena sedara awal, tubuh ini memang bukan milik ku
"Jadi, kau akan pergi lagi?" Ada kehampaan terlukis saat Atsumu menanyakan hal tersebut.
"Entah, tapi ada kemungkinan hal itu akan terjadi." Bulir air mata menetes dari mata kananku. "Kalau nanti, [Name] yang asli kembali mengambil tubuh ini. Perlakukan dia dengan baik, sama seperti kalian memperlakukanku. Bagaimanapun, doanya lah yang membawaku kembali kedunia ini. Jadi kumohon..."
Tak sanggup lagi melanjutkan kata. Rasanya benar-benar sesak. Aku tidak ingin memonopoli tubuh ini. Tapi, aku juga tidak ingin pergi dari dunia ini. Masih ada yang harus ku lakukan. Dan lagi, aku belum bertemu Rin.
"[Name]..."
Sentuhan tangan Atsumu mencuri perhatianku. Tangan besarnya menggenggam erat tanganku. Sorot mata nya seolah berkata, 'jangan pergi.'
Tebece
Halo, ada yang masih nungguin?
Maaf banget aku menghilang tiba-tiba.
Aku baru aja selesai uts, jadi baru bisa up sekarang hehehe...
Walau singkat, semoga kalian suka chap ini hehehe
10 April 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro