Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

Secara tiba-tiba dibawa kelangit ketujuh lalu diberi hak sepesial untuk menikmati keindahan yang tak bisa kita temukan dibumi. Kemudian ketika mulai terbuai, kita dibuat terombang-ambing, kebingungan, hingga untuk mempertahankan kewarasan pun sulit.

Lalu saat hampir gila, namun tetap bersikeras berada diangkasa demi menikmati nirwana. mendadak gravitasi dari bumi menarik dengan kuat. Membuat tubuhmu membentur tanah memberikan rasa sakit luar biasa. Ketika sadar, ternyata tubuhmu telah hancur. Dan hanya tinggal menunggu waktu hingga napas terakhir berhembus.

Sekiranya begitulah apa yang tengah kurasakan.

Entah sekarang aku berada dimana. Gelap, tak ada cahaya setitik pun. Aku tak bisa merasakan tubuhku. Seolah yang tersisa di tempat ini hanya jiwaku saja.

Begitu sunyi dan mengerikan. Apa ini yang disebut kematian. Begitu menyedihkan juga menakutkan. Ada banyak hal yang kusesali saat ini. Aku belum sempat memakan es krim pemberian Atsumu. Aku juga belum memberikan hadiah untuk Rin.

Bagaimana orang-orang di dunia sana. Bagaimana dengan Shin yang menyuruhku untuk tetap tinggal. Bagaimana dengan Matsumoto. Ini ironi, Matsumoto yang berkata akan pergi, tapi aku sudah lebih dulu pergi ke tempat yang lebih jauh.

Tuhan, boleh kah aku meminta kesempatan untuk hidup lagi.

"—ngun..."

Aku mohon tuhan. Kematian sangat menakutkan. Kalau kau memang penuh kasih, kabulkan lah. Dimana pun itu tak masalah. Tapi tolong beri aku kesempatan untuk bisa bernapas kembali.

"Bangun!"

Apa memohon juga percuma. Kesal, aku menghela napas –Tunggu, aku bisa bernapas. Seketika aku bisa merasakan seluruh indraku. Bergegas membuka mata. Aku hidup kembali.

Pandanganku mengedar kesekitar. Ruangan yang terasa familiar. Ada perasaan hangat saat memandang kamar dengan interior biasa saja ini.

"Bangun, mau sampai kapan kamu tidur, nanti telat lho!"

Puluhan ribu kupu-kupu berterbangan membentur dinding perutku, memberikan sensasi geli yang membuat kedua sudut bibirku terangkat. Mungkin aku tak pernah menyinggung, atau mempersoalkan hal ini karena terlalu sibuk dengan urusan sendiri.

Tapi tak dipungkiri, aku sangat merindukan ibu dari dalam lubuk hati terdalam.

"Eh Kamu kenapa main peluk-peluk begini, mending sana mandi!"

Aku kembali kedunia ku. Dunia dimana aku memiliki ibu dan segalanya, tapi tak mampu bertegur sapa dengan mereka. "Aku kembali bu, anak mu kembali!"

"Kau sinting hah?! Cepat mandi sana!"

*

Aku sedang berkonspirasi. Memikirkan berbagai teori tentang apa yang telah kualami.

Teori pertama, yang selama ini aku alami hanya mimpi. Karena begitu terbangun, aku berada di hari selasa tanggal 13. Dimana aku tertidur di hari senin tanggal 12. Ini semua masuk akal. Tapi mimpiku kelewat panjang, dan aku mengingat semuanya dengan jelas. Bahkan sampai sekarang pun aku masih mengingatnya, tak ada detail yang terlupakan.

Dulu aku pernah membaca sebuah artikel, manusia tidak bisa mengingat 100% tentang apa yang terjadi didalam alam sadarnya. Kecuali dia memiliki kelebihan tertentu. Dan aku tidak merasa memiliki kelebihan dalam hal seperti itu.

Kalau memang mimpi, aku berharap nanti malam kembali memimpikannya. Tentunya tanpa kejadian mengerikan.

Teori kedua, aku benar-benar melakukan perjalanan ke dunia lain. Dan yang membuat ku kembali kedunia ini adalah kecelakaan yang membuat nyawaku terhempas dari tubuh itu. Dan dengan berbaik hati, tuhan kembali mengembalikan nyawaku ke dunia ini.

Jentikan jari membawaku keluar dari dunia teori.

"Kau melamun lagi," ucap Erika sambil mengunyah kentang goreng. Dia adalah temanku di dunia ini. Kami sudah berteman sejak kecil. Memiliki hobi dan pemikiran yang sama membuat persahabatan kami awet hingga saat ini.

Aku mencocol kentang dengan saos tomat yang di mix dengan saos pedas. Perpaduan yang mantap. "Erika, kau percaya tidak?"

Erika melempar kentang goreng yang sudah digigit padaku. Sialan memang dia. "Percaya apa? Kalau ngomong yang jelas dong!" sungutnya.

"Aku... habis pergi ke dunia haikyuu, lalu ketemu anak-anak Inarizaki."

"Aku bilang apa, kalau tidur baca doa, jangan baca fanfic." Erika berdecak tiga kali. Wajar kalau dia tidak percaya. Aku yang mengalaminya saja masih bingung. "Mulai sekarang kurangi halumu, aku mulai khawatir dengan kesehatan mentalmu."

"Erika, aku serius."

"Kalau begitu kau hanya bermimpi," balasnya santai. "Aku pernah dengar, mimpi adalah cerminan dari keinginan terkuat kita. Mungkin kau terlalu ingin mengalami perjalanan isekai, jadi kau memimpikannya."

Helaan napasku kelewat panjang. Teori awal memang yang paling benar. Semua hanya mimpi dan tidak nyata. Tapi kalau memang itu benar-benar mimpi, bisakah Kau menghadirkannya lagi malam nanti.

"Hey, kau tahu gerombolannya Yuna?"

Aku mengangguk sembari mengunyah burger. Terlalu asik berfikir, aku jadi lupa memakannya. Gila, enak sekali. Burger papa Bob memang yang paling enak. Setidaknya, burger ini jadi satu dari sekian hal kecil yang membuat ku bersyukur kembali kedunia ini.

"Kemarin aku dengar mereka membicarakanmu. Mereka bilang kau menyebalkan, dan mereka sangat... sangat membencimu." Erika terlihat berapi-api sekali. "Memang apa yang kau lakukan sampai mereka seperti itu padamu?"

Tunggu, memang aku melakukan apa. Aku hanya bersikap selayaknya diriku. Memang dasar Yuna dan gerombolannya itu, terlalu mudah untuk menyatakan benci terhadap sesuatu. Ah, aku jadi ingat Nakamura. Mungkin karakter Nakamura dalam mimpiku tercipta karena terinspirasi dengan Yuna.

"Aku tidak melakukan apa-apa kok."

"Coba ingat-ingat lagi."

"Ah merepotkan saja. Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi."

"Hey! Yuna itu penguasa kelas, kalau dia tidak suka denganmu ada kemungkinan anak-anak kelas juga akan membencimu."

Aku mendengus pelan. Yuna itu selebgram yang lumayan terkenal dikota ini. Anak-anak kelas –satu sekolah selalu bersikap manis agar bisa akrab dan bermain dengannya. Aku berbeda dengan mereka. Alih-alih menyanjungnya, aku lebih suka mengkritik sikap Yuna yang suka seenak sendiri.

Ah, mungkin karena hal itu dia membenciku.

"Kok melamun!"

"Erika, kalau anak-anak dikelas membenciku, kau akan tetap berteman denganku kan?" Ia tersenyum padaku. Sebuah senyum tulus yang begitu manis. Memang yang terbaik Erika ini.

"Aku akan ikut memusuhimu."

"Sialan!" Hampir saja aku melemparkan burger kemuka Erika karena terlalu emosi. Aku lupa kalau cewek satu ini sikapnya sangat buruk.

"Selagi itu belum terjadi, cobalah bersikap baik dengan Yuna," tegurnya sambil mengaduk-aduk kola dengan sedotan.

"Kita tidak dilahirkan untuk disukai semua orang, kita dilahirkan untuk jadi diri sendiri." Atsumu, aku pinjam kata-katamu. "Kalau dia tidak suka padaku, biarkan saja."

"Hey, kau melakukan apa saja dalam semalam? Kok jadi bijak begini."

Tanpa sadar aku tersenyum. Semalam terasa begitu indah dan menyenangkan. Segala sesuatu terasa begitu berharga bagiku. Itu semua memang hanya mimpi. Tapi mimpi itu lebih baik dari keseluruhan hidupku.

*

Waktu terasa seperti berlari, begitu cepat berlalu tanpa aku sadari. Sudah beberapa tahun berlalu setelah kejadian itu berlalu.

Awal-awal setelah kejadian tersebut, aku sangat rajin berdoa pada tuhan untuk menghadirkan mimpi itu lagi. Namun karena tuhan tak kunjung megijabah doaku, aku jadi lelah dan putus asa.

Aku menarik sebuah kesimpulan, mungkin tuhan ingin aku fokus di kehidupan nyataku alih-alih pada sebuah mimpi. Ya, pisitif, kamu harus selalu positif.

Tepat hari ini, manga haikyuu resmi tamat. Entah ini kabar gembira atau kabar buruk. Ada rasa haru sekaligus sendu. Senang melihat perkembangan anak-anak Inarizaki yang tertuga. Terutama Shin, tak kusangka dia akan menjadi petani.

Aku mengusap layar ponsel yang menampilkan fanart para pemain Inarizaki setelah time skip. Memang nyatanya begini, mereka tidak nyata. Dan aku hanya bisa memandangi gambar mereka.

Ah wahai diriku, jangan sedih, jangan berlarut lagi. Kau harus move on!

Tapi Atsumu versi time skip ganteng banget, jadi ingin bertemu lagi. Tuhan, rinduku berat, jadi kumohon biarlah aku memimpikan mereka untuk malam ini. Amin.

Aku menarik selimut, mematikan lampu tidur kemudian mencoba terlelap. Dan sekali lagi melantunkan doa yang sama.

Tebece


Halo yang kemarin kena tipu ahay... maaf ya ehehe

Oh ya mohon maaf (lagi) karena baru up jam segini. Hari ini lumayan sibuk soalnya.

Btw ada yang bisa nebak endingny bakal gimana hehehe


13 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro