Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Menurut ingatan [full name], dia tak pernah sama sekali terlibat dengan  klub voli SMA Inarizaki. Justru mereka tak saling kenal sama sekali. Lantas, bagaimana aku harus memulai mengakrabkan diri dengan mereka. Ah, mungkin Atsumu akan sedikit mudah lantaran dia memang terbiasa meladeni cewek. Tapi, bagaimana dengan anggota yang lain.

Kira-kira aku harus bagaimana ya...

Apa aku harus jadi manajer saja. Kan klub voli Inarizaki memang tidak punya menejer. Ok, sip! Aku akan langsung mendaftarkan diri.

Ah... Rasanya aku masih tidak percaya kalau aku sedang berada di dunia dimana Miya bersaudara bisa bergerak dan berbicara. Tuhan, terimakasih. Mulai sekarang aku tidak akan malas. Aku akan sering beribadah dan bersyukur. Aku juga akan jadi anak yang baik dan rajin.

"Lihat, dia sudah gila. Masih pagi, tapi senyum-senyum sendiri."

"Wah... Wah... [Surname], ternyata kau beneran gila ya."

"Pantas saja tidak ada yang mau berteman denganmu."

Eh tunggu, mereka ini —ah, yang rambutnya panjang, bulu matanya lentik, dan cantik itu namanya Nakamura Airi. Dan yang berambut pendek itu Saruki Anna, lalu yang beralis tebal dan berambut panjang itu Yamashita Mina. Dan mereka adalah trio pembuli. Iya mereka ini trio pembuli yang suka membuli [full name]

Hah?! Apa?!

Buk

"Hey! Aku sedang berpikir, jangan seenaknya menjorokkanku dong!"

Senyum mengejek Nakamura langsung lenyap. Matanya menggelap. Ia lalu berjongkok. "Hey, kamu sudah berani meninggikan suaramu ya."

[Full name], karena lemah dan kikuk cewek itu jadi santapan empuk para manusia tak beradab ini. Tapi, [full name] yang sekarang berbeda, dia tidak akan menurut pada kalian.

"Memang kalian siapa sampai aku harus takut?"

Trio itu terlihat kaget melihat perlawananku. Ya tentu saja, anak yang selama ini selalu ketakutan saat dirundung tiba-tiba bisa seberani ini.

"Kamu berani pada kami hah?!" Teriak Nakamura.

"Ya."

"Mina, Anna, pegangi dia!"

"Hey! Kalian apaan sih?! Lepasin!" Aku terus memberontak. Saruki, dan Yamashita tampak kelimpungan menghadapiku. Ah, sungguh tubuh cewek ini begitu gesit.

Ah! Aku melihat Osamu melintas. Apa ini akan jadi adegan dimana aku diselamatkan Osamu. Nanti aku harus ucapkan apa ya ketika sudah ditolong. Terimakasih? Jangan, seperti itu terlalu datar. Bagaimana kalau begini 'kenapa kau menolongku.' Keren juga, terkesan misterius dan berpotensi bisa menghubungkan kami. Nantinya Osamu, akan lebih penasaran padaku dan kisah diantara kami pun dimulai.

Saking asiknya memikirkan itu, aku jadi tidak fokus. Akhirnya Saruki dan Yamashita berhasil menangkapku.

"Biar kuberi kamu pelajaran," desis Nakamura.

Bodo amat, sebentar lagi Osamu juga akan menyelamatkanku.

Eh... Eh... Kenapa dia hanya lurus saja. Apa mungkin dia tidak menyadari keberadan kami.

"Os—" tidak sopan bisa langsung memanggil Osamu. "Miya Osamu, Miya Osamu!"

Berhasil. Cowok itu menoleh pada kami. Dengan keadaan diriku yang tengah dipegangi oleh dua antek-anteknya Nakamura, Osamu pasti paham keadaanku. Cowok itu terdiam sejenak sambil menyipitkan matanya.

"Maaf, jangan sok kenal begitu."

Eh, kok hanya begitu. Aku tahu dia dingin, tapi kenapa. Aku ini orang dari alam berbeda loh, aku kesini untuk kamu selamatkan loh, untuk kamu lindungi loh.

"Miya Osamu!"

Yang kupanggil terus berjalan menjauh. Seolah teriakanku tak mampu mencapai gendang telinganya.

Melihatku begitu kecewa, Nakamura justru tertawa kencang. Cewek yang satu ini sudah menyebalkan, kalo seperti ini jadi makin menyebalkan saja.

"Apa ketawa-ketawa?!"

"Heh! Kok nyolot ya!"

"Ya nggak apa-apa. Orang kayak kamu memang harus di gituin."

"Awas aja ya kamu!"

"Apa? Apa? Kamu mau ngapain, hah?!"

*

Jauh-jauh datang ke isekai cuma untuk dihajar manusia tidak berakhlak seperti mereka. Tidak lucu sama sekali. Ugh, pertama kali aku dipukul sampai memar begini. Dan rasanya sakit. Kira-kira kalau memar begini, kapan hilangnya ya.

Kalau saja tadi aku tidak fokus membayangkan kejadian yang akan terjadi saat Osamu lewat, pasti aku tidak akan tertangkap. Kalau sudah tertangkap, memang susah lepas. Apalagi badan mereka besar, badanku yang sekarang kan kecil terus kurus kering begini. Tapi, kalau dipikir-pikir ini bukan salahku juga. Ini salah Osamu. Manusia cuek itu boleh, tapi kalau sampai seperti namanya bukan manusia lagi. Iblis dia itu!

Sial!

Begitu masuk kelas, tak ada satupun yang peduli dari mana aku mendapatkan luka. Menurut ingatan [name], dia memang tidak memilik teman. Itu karena dia dijadika target bully oleh Nakamura. Menurut rumor, setiap orang yang dijadikan target bully oleh cewek itu pasti akan di jauhi oleh anak-anak.

Bangku ku terletak paling belakang. Kalau di serial komik cantik, sosok [full name] sudah memenuhi syarat untuk menjadi karakter utama. Duduk dibangku belakang, paras imut, korban bully, latar belakang keluarga yang kurang lengkap. Dan kalau di serial komik cantik, karakter seperti itu akan selalu di tolong cowok tampan setiap kali memdapat masalah.

Ah, meneyebalakan! Jangan bandingkan dunia ini dengan serial komik cantik. Fokus saja untuk mendekati klub voli.

Bel di mulainya pelajaran berdering. Para penghuni kelas berbondong-bondong masuk ke kelas. Aku juga melihat Nakamura cs memasuki kelas. Hampir lupa kalau kami sekelas.

Mau di dunia manapun guru menerangkan itu selalu memiliki kekuatan dasyat untuk membuat orang mengantuk ya. Dari pada tertidur dan nantinya ditegur guru, aku lebih memilih mengalihkan perhatian ke jendela.

Ah itu Atsumu!

Wah, dia tertawa. Sungguh menawan. Tak salah bila banyak cewek yang tergila-gila padanya. Mungkin secara fisik dia sangat mirip dengan Osamu yang membedakan hanya warna rambut dan arah poni. Tapi secara kepribadian dan aura sangatlah berbeda. Aura Atsumu itu lebih apa yah, cerah mungkin. Sedang Osamu lebih misterius begitu. Kalau disuruh memilih antara mereka berdua jelas aku pilih keduanya.

Atsumu berlari kecil sambil terus tertawa. Dia terlihat sangat senang, kira-kira kenapa begitu?

Ah ternyata Atsumu sedang menjahili seniornya, Oojiro Aran. Tampaknya lelaki itu merebut salah satu sepatu milik Aran. Lucu juga melihat mereka.

"Hey!"

Sontak, aku menoleh kedepan. Ya tuhan, ternyata kami sekelas dan dia duduk tepat didepanku.

"Minta isian pensil mekanik."

Yaampun, tadi Osamu sekarang orang ini. Tapi eh tunggu bukannya dia harusnya sudah kelas dua. Kenapa bisa sekelas denganku. Apa di dunia ini dia tidak naik kelas.

"Kau dengar tidak sih?!"

Sebentar, aku cari info dulu di memori [full name] yang masih belum tertata rapih di pikiranku ini.

"Woy!"

Ah rupanya begitu. Jadi ini adalah Inarizaki dimana Miya bersaudara masihlah anak kelas satu dan aku satu angkatan dengan mereka. Ku pikir aku akan masuk dimasa mereka sudah kelas dua. Tapi tidak terlalu buruk juga. Jangka waktu untuk mengakrabkan diri dengan mereka semakin panjang.

"Ck... Kalo tidak mau ngasih ya ngomong, jangan diem aja."

"Eh... Bukan begitu." Kebiasaan burukku saat melamun terbawa sampai kedunia ini rupanya. "Sebentar ya..." Aku mencari benda yang diminta orang tersebut di dalam —what kotak pensilnya berwarna pink dan bergambar unicorn. Yaampun [full name] sungguh sangat girly, berbeda dengan diriku sebelumnya. Sudah, sudah jangan pikirkan itu, cepat cari benda itu atau orang tadi akan sewot lagi. "Ini, maaf lama."

"Makasih."

"Eh Suna... —san." Aku lupa tidak menambahkan sufiks san. Bagaimanapun aku dan cowok sipit itu tidak akrab, jadi alangkah baiknya memakai sufiks. "Suna-san, ikut klub voli kan?"

"Ya," jawabnya sembari sibuk mengisi ulang pensil mekaniknya.

"Aku ingin bertanya bagaimana cara mendaftar jadi manajer untuk klub voli putra."

"Aku rasa kami tak memerlukan menajer tambahan."

Manajer tambahan? artinya klub voli sudah punya menajer. Bukannya di manganya tak dijelaskan begitu. Apa dunia ini sedikit berbeda dengan manga.

"Ck... Kenapa susah sekali."

Nampaknya Suna Rintarou tengah kesulitan dengan pensil mekaniknya. "Biar aku bantu." Begini-begini aku pandai memperbaiki pensil mekanik yang terkena trouble. Awalnya Suna ragu, tapi akhirnya dia mengizinkan aku memperbaiki pensilnya. Tak perlu memakan waktu lama, pensil Suna berhasil kuperbaiki. "Sudah selesai."

"Makasih."

"Oh ya suna-san, manajer klub voli itu siapa?"

"Matsumoto Ran."

Eh siapa itu, aku tidak pernah mendengarnya. Cewek macam apa dia yang berani mengambil kesempatanku menjadi menejer klub voli.

Niatnya ingin bertanya lagi. Tapi Suna sudah kembali menghadap kedepan.

Yasudahlah, mungkin obrolanku dengan Suna hanya cukup sampai situ.

Tapi lumayan juga. Setidaknya kesan pertamaku terhadap Suna tidak seburuk Osamu.

*

Bel pulang berbunyi. Aku bergegas mengemasi barang. Rasanya lelah sekali, padahal dari tadi tidak ngapa-ngapain.

Kerjaanku dikelas hanya diam dan menggambar. Tak ada yang bisa diajak mengobrol. Suna juga. Tadi itu benar-benar menyiksa, karena aku sudah biasa menghabiskan waktu istirahat dengan bergosip. Rasanya jadi hambar.

Ahh... Terkutuklah Nakamura Airi.

Setelah ini aku langsung pulang saja mungkin. Toh rencana untuk menjadi manajer Inarizaki gagal. Sudah ada orang yang mengisi tempat itu.

Pulang... Terus menyusun rencana lain untuk mendekati klub voli.

Baru saja aku mau berdiri. Para antek-antek setan itu mendatangiku. Siapalagi kalo bukan Nakamura and her friends. Aku mendengus kesal. Dan nampaknya, Nakamura tidak menyukai reaksiku tersebut. Terbukti dari raut wajahnya yang berubah masam.

"Kita, mau berbelanja. Kamu ikut ya," ajaknya. Tapi sebenarnya itu adalah perintah.

Ngapain aku ikut. Paling juga aku hanya akan dijadikan babu untuk membawa belanjaan mereka. Ogah, mending rebahan di rumah. "Nggak!" Jawabku tegas.

"Kamu tahukan kalo kamu nggak bisa nolak," ucapnya sinis.

"Nggak mau! Aku nggak mau ikut!"

Nakamura berdecak. Kemudian, dengan kekuatan kingkong, dia mendorongku sampai aku menabrak meja. Gila, kuat juga dia ini. Aku meringis pelan.

"Udah deh, kamu nurut aja. Aku lagi nggak ingin debat. Aku pusing." Sepertinya dia memang pusing. Gestur tubuhnya yang berkata demikian. Kasian, tapi aku senang.

"Kalo pusing, pulang! Jangan belanja," nasihatku."Pusing yang kamu rasa itu imbas karena kamu ngebully aku!"

Saruki, langsung mencengkram erat kerah bajuku. Tubuhnya tinggi, besar. Jadi dengan mudah tubuh mungil ini dapat terangkat. Satu fakta yang mengejutkan, Saruki ternyata atlet Judo. Yang artinya, kesempatanku melawannya hanya sebesar nol persen.

Aku meringis.

"Jadi..." Cengkramannya semakin kuat. "...kamu mau ikut apa nggak?"

"Saruki! Lepasin dia!"

*tebeceh*



Gengs... Jan lupa komen sama vote, biar fic ini terus berlanjut ya :*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro